Mohon tunggu...
NUR FATAH
NUR FATAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

KELEMBUTAN ADALAH BAGIAN DARI SIFAT ALLAH

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wisata Religi

1 September 2023   21:50 Diperbarui: 1 September 2023   22:00 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
juru kuci sedang berkisah kepada tim kami  di pendopo makam, dok. pribadi

Ziarah adalah wisata rohani bagi kami 

ziarah selain sebagai refreshing dan berwisata, ziarah juga bertujuan mengharap keberkahan dan saling mendo'akan dan menjaga hubungan antara yang masih hidup dengan mereka yang sudah pergi ke alam barzakh.

Dalam kesempatan kali ini team kami, berzirah ke makam nyai roro mursiyah di desa ngombak kec kedung jati kab grobogan.

Menurut artikel wikipedia yang kami baca, penamaan desa ngombak ini di latar belakngi nyai kendini ( sebutan  nyai mursiyah muda ) yang menemukan tempat tersebut dengan menyusuri bukit dan lembah yang naik dan turun bagaikan ombak di lautan.

Nyai mursiyah adalah sesepuh desa di masa lalu atau sering di sebut DANYANG desa yang kisah cinta beliau di jadikan kegiatan adat penduduk setempat setiap 2 tahun sekali yang di namai " asrah bathin "

ritual adat asrah bathin di sungai tuntang, dok. pribadi
ritual adat asrah bathin di sungai tuntang, dok. pribadi

Upacara ini, di selenggarakan setiap 2 tahun  oleh 2 desa yaitu karanglangu sebelah timur sungai tuntang   yang di tempati oleh eyang sutejo dan desa ngombak di sebelah barat sungai yang di tempati nyai mursiyah,

Mbah kasir sang juru kunci makam , bercerita banyak kepada kami mengenai sosok Nyai mursiyah, menurut kisah yang beredar Nyai mursiyah adalah bangsawan dari keraton solo, ada juga yang mengisahkan anak dari seorang janda yang  mana Nyai mursiyah muda bernama kendini diusir bersama saudara kandungnya kendono yang berganti nama eyang sutejo,

Namun, menurut mbah kasir Nyai mursiyah adalah sosok bangsawan dari tatar pasundan yang berkelana dan singgah di desa ini.sedangkan pasangan nya raden sutejo memilih singgah di sebelah timur sungai di desa karanglangu. Jadi bagi beliau raden sutejo bukanlah saudara Nyai mursiyah. Mbah kasir banyak bercerita hingga jam 2 malam kami pamit pulang, namun apa yang di sampaikan beliau tak selayaknya untuk kami tuliskan.

Di area pesarean Nyai mursiyah terdapat 2 pohon randu alas gandeng ( menjadi satu ) dan beberapa pohon lumayan besar lain, yang konon sejak dahulu kala tetap sama tanpa ada perubahan dalam besar maupun tingginya yang mana aneka pohon ini penambah nuansa kesakralan di pesarean ini.

Selain dikelilingi pohon besar, makam ini juga terletak di samping bekas rel yang menuju stasiun ambarawa. Tentunya kondisi ini menjadi kesan tersendiri bagi peziarah.

Yang lebih aneh adalah kondisi makam beliau yang masih di dalam bangunan rumah kayu yang menurut kami sangat sederhana dan masih tanah tanpai lantai, walau sudah di bangun pendopo dan di kelilingi pagar tembok,bahkan konon di dalam makam yang ruangan nya cukup sempit itu ketika di pasang lampu dalam hitungan hari akan mati lagi.

Mbah kasir juga menambahkan orang yang menyumbang dana untuk pembuatan pagar pun meninggal dengan cepat, juga salah satu panitia pembangunan pendopo terjangkit sakit lumpuh yang lama dan akhirnya pun meninggal.

Mungkin begitulah sosok Nyai mursiyah, walaupun beliau termasuk bangsawan, namun lebih suka kesederhanaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun