Mohon tunggu...
Nur azizah
Nur azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Azizah

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jumat Kliwon

22 April 2021   13:46 Diperbarui: 22 April 2021   13:52 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kliwon adalah nama hari dalam sepasar atau juga disebut dengan nama pancawara, minggu yang terdiri dari lima hari dan dipakai dalam budaya Jawa dan Bali. Hari Selasa-Kliwon dinamakan hari Anggara Kasih dan dianggap sebuah hari yang istimewa dalam budaya Jawa dan Bali.

Masyarakat Jawa banyak yang mengatakan bahwa jum'at kliwon adalah angker, terutama pada malam hari. Tradisi puasa 40 hari masyarakat Yogyakarta yang puncak puasanya terjadi pada Jumat Kliwon itu sendiri. Selama hari-hari tersebut, biasanya disediakan beraneka sesajen di lokasi-lokasi yang dianggap sakral. Meski begitu, saat ini orang-orang mengambil tiga hari puasa untuk mewakili 40 itu, yakni pada Rabu Wage, Kamis Pon dan puncaknnya Jumat Kliwon.

Selain itu, kepercayaan tentang menganggap malam jumat sebagai 'malam sunnah rasul'. Namun, sebagian besar lebih dipercaya kalau malam Jumat sendiri itu angker. Tidak heran keangkeran Malam Jumat pun berkaitan dengan keangkeran Jumat Kliwon itu sendiri. Atau, dapat dikatakan pula, para nenek moyang yang memulai kepercayaan ini ingin mengingatkan masyarakat betapa pentingnya Jumat Kliwon. Namun, masyarakat Jawa sendiri memiliki pandangan yang berbeda terkait kekeramatan Jumat Kliwon ini. Masyarakat Jawa Tengah ada yang lebih percaya kalau malam Jumat Wage adalah hari yang dikeramatkan. Selain Jumat Kliwon, masyarakat Yogyakarta juga percaya kalau Selasa Kliwon itu hari yang keramat.

Masyarakat mengira bahwa dedemit pada berkeliaran. Banyak lokasi yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya makhluk halus. Konon, di malam Jumat dianggap sebagai waktu di mana hantu-hantu berkeliaran. Hal itu kerap disampaikan oleh pemangku adat. Makanya, biasanya di malam tersebut sering dilakukan ritual untuk meminimalisir gangguan makhluk halus. Contohnya saja adanya sesembahan yang diperuntukkan untuk Nyi Roro Kidul di Pantai Parangtritis.

Masyarakat setempat melarutkan beragam sesajen dan juga bunga sebagai upaya untuk mendapat keselamatan dan tidak diganggu oleh dedemit yang berkeliaran. Dipercaya kalau arwah leluhur pulang ke rumah. Orang tua, Mbah atau kerabat lain yang telah meninggal dipercaya diberi kesempatan untuk pulang ke rumah pada malam Jumat Kliwon. Hal itu membuat masyarakat Jawa memiliki kebiasaan untuk 'penyambutan'. Biasanya, mereka memasang sandingan, atau semacam sesaji berupa makanan favorit almarhum selama hidup. Yang paling umum dijadikan sandingan adalah ikan bandeng dan secangkir kopi di letakkan di ruang tamu. Dipercaya bahwa arwah leluhur yang datang akan menikmati sesaji tersebut dan bahagia.

Hingga saat ini, kebiasaan tersebut juga masih dilaksanakan sebagain besar masyarakat Jawa. Meninggal di malam Jumat kliwon dianggap baik. Orang yang meninggal di malam Jumat Kliwon atau malam Jumat lain memang kerap dianggap baik. Mungkin bukan hanya di mata masyarakat Jawa, namun juga para Muslim. Sebab, meninggal di hari Kamis malam atau Jumat merupakan tanda bahwa orang tersebut merupakan orang yang baik. Diyakini bahwa itu adalah salah satu tanda dari khusnul khotimah, orang yang meninggal di hari itu katanya akan dibebaskan dari siksa kubur. Meninggalnya kerabat di hari tersebut setidaknya membuat yang ditinggalkan merasa lebih tenang. 

Menurut saya, malam jum'at kliwon ataupun jum'at yang lain adalah sama, Sama sama sayyidul ayyam (tuan bagi hari hari yang lain). Hanya saja, keterangan jum'at kliwon di atas adalah kepercayaan orang Jawa dari nenek moyang terdahulu hingga masih banyak yang percaya sampai sekarang. Akan tetapi sebagai pemuda islam yang modern, sebaiknya kita meluruskan pendapat tersebut sesuai ajaran syariat islam. Sebagaimana yang telah di sunnah kan oleh Rasulullah SAW. 

Kalau misalnya orang Jawa dulu banyak yang mengirimkan makanan atau sandingan untuk orang yang telah meninggal, maka kita juga demikian. Akan tetapi sebaiknya makanan tersebut kita shadaqohkan kepada tetangga kita dengan niatan pahalanya di berikan pada orang yang telah meninggal. Dan juga di malam jum'at sebaiknya kita menjalankan sunnah rasul, diantaranya seperti: membaca surat al Kahfi, membaca surat yaasiin, dan memperbanyak membaca al Qur'an. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun