Pendidikan adalah kunci untuk mencapai kebebasan dan kemandirian. Menurut Irianto (2017), Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting bagi pembangunan suatu Negara. Kualitas pendidikan yang baik dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan bangsa, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia yang akan mampu bersaing di pasar global, serta meningkatkan kemajuan dan daya saing bangsa di kancah internasional. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tanah air.
Salah satu gebrakan pemerintah untuk memperbaiki pendidikan adalah dengan menerapkan kurikulum merdeka, yang lebih dikenal dengan istilah "Merdeka Belajar". Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang dirancang dengan tujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan jenjang pendidikan, materi pelajaran, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka. Proses pembelajaran yang merdeka dan berbudaya adalah salah satu bentuk pendidikan yang mendorong peserta didik untuk belajar dengan mandiri dan mempertimbangkan budaya dan nilai-nilai lokal dalam pembelajaran mereka.
Konsep merdeka belajar merupakan salah satu konsep yang sangat erat kaitannya dengan pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Merdeka belajar bermakna bahwa peserta didik harus memiliki kebebasan untuk menentukan arah dan jenis pembelajaran yang mereka inginkan, serta diberi ruang untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Hal ini sangat konsisten dengan pandangan Ki Hajar Dewantara tentang kebebasan peserta didik dalam menentukan pendidikan yang mereka inginkan, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
Sementara itu, konsep merdeka berbudaya juga sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya menghargai kebudayaan. Dalam konsep ini, peserta didik diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan budaya yang sesuai dengan dirinya, sekaligus menghargai budaya orang lain. Hal ini juga merupakan bagian dari pendidikan holistik yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara, karena peserta didik tidak hanya belajar tentang hal-hal akademik, tetapi juga mengembangkan kesadaran tentang kebudayaan dan pluralisme dalam masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Amir et al (2022), Secara keseluruhan, pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang bersifat holistik dan memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat konsisten dengan konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Ki Hajar Dewantara berusaha membentuk manusia Indonesia yang mandiri, memiliki kesadaran tentang kebudayaan, dan mampu menghargai pluralisme dalam masyarakat. Oleh karena itu, konsep-konsep tersebut dapat dianggap sebagai implementasi dari pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.
Menurut Soraya (2020), Kurikulum Merdeka dan Berbudaya adalah sebuah program dari pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan karakter yang lebih  holistik dan menyeimbangkan. Program ini mengusung pendekatan yang menitikberatkan pada penguatan keterampilan sosial dan kreativitas peserta didik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkarakter kuat, mandiri, dan berbudaya.
Pada kurikulum ini, pendidikan tidak hanya berfokus pada pembelajaran akademik semata, tetapi juga membahas pembelajaran yang bersifat keterampilan, seperti kegiatan ekstrakurikuler, serta pengenalan dan pengembangan nilai-nilai budaya Indonesia (Subakti et al, 2021). Salah satu praktik dalam Kurikulum Merdeka dan Berbudaya adalah memperkuat keterampilan peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif. Menurut Kertati (2023), Hal ini dilakukan dengan memberikan ruang yang lebih besar bagi peserta didik untuk mengeksplorasi gagasan, pemikiran dan ide-ide mereka, serta memperkuat keterampilan mereka dalam mengekspresikan gagasan tersebut. Selain itu, kurikulum ini juga memperkuat pendidikan multikultural dengan mengajarkan peserta didik untuk memahami dan menghargai berbagai budaya di Indonesia.
Dalam proses pembelajarannya merdeka belajar dan berbudaya memiliki prinsip-prinsip dalam praktik pembelajarannya. Menurut Kerti (2023), Prinsip-prinsip praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya didasarkan pada upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dan memberikan mereka kesempatan untuk memahami konteks budaya dan sosial di sekitar mereka. Berikut adalah beberapa prinsip utama dalam praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya:
- Partisipasi aktif peserta didik: Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan untuk aktif dalam mencari informasi, mengeksplorasi gagasan, dan berkontribusi dalam diskusi dan aktivitas kelompok.
- Keterlibatan budaya: Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya juga menekankan pentingnya mengintegrasikan budaya dalam proses pembelajaran. Ini mencakup pengakuan dan penghormatan terhadap berbagai budaya, serta integrasi aspek budaya dalam materi pelajaran.
- Kemampuan berpikir kritis: Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi gagasan dan informasi yang mereka terima. Peserta didik diharapkan untuk mengambil pendekatan analitis dan kritis dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan.
- Pembelajaran mandiri: Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya menekankan pentingnya pembelajaran mandiri, di mana peserta didik belajar untuk mengambil inisiatif dalam mempelajari materi pelajaran secara mandiri. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk belajar sepanjang hidup mereka.
- Pembelajaran kolaboratif: Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya juga mendorong pembelajaran kolaboratif, di mana peserta didik belajar dalam kelompok dan saling mendukung dalam proses pembelajaran. Ini dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kerja sama, serta membantu peserta didik untuk memahami berbagai sudut pandang.
Praktik pembelajaran merdeka dan berbudaya memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang konteks budaya dan sosial di sekitar mereka, sambil mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan mereka.
Salah satu cara untuk mencapai pembelajaran merdeka dan berbudaya adalah melalui pembelajaran projek yang berdiferensiasi. Dalam pembelajaran projek, merdeka belajar dan berbudaya dapat diwujudkan dengan memperkenalkan pembelajaran diferensiasi sebagai strategi pengajaran yang mempertimbangkan perbedaan individu peserta didik. Menurut Rahayu et al (2023), Dalam proses pembelajaran ini, peserta didik diberikan tugas untuk menyelesaikan prrojek yang terkait dengan topik yang sedang dipelajari. Peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan projek tersebut, sambil mengembangkan kemampuan problem solving dan kemampuan komunikasi mereka. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk memilih topik yang menarik bagi mereka, serta memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai budaya dan lokal yang terkait dengan topik tersebut.
Dalam pembelajaran projek, implementasi pembelajaran diferensiasi sangat penting. Hal ini dikarenakan peserta didik memiliki beragam latar belakang dan kemampuan, serta memiliki preferensi yang berbeda dalam belajar. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran diferensiasi, guru dapat memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik secara individual dan memberikan dukungan yang tepat untuk setiap peserta didik. Salah satu cara implementasi pembelajaran diferensiasi dalam pembelajaran projek adalah dengan memberikan beragam pilihan topik projek kepada peserta didik. Menurut Naibaho (2023), Dalam hal ini, guru dapat menentukan beberapa topik projek yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan membiarkan peserta didik memilih topik yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka. Dengan memberikan pilihan topik, peserta didik akan merasa lebih terlibat dalam proses belajar dan dapat mengembangkan keterampilan serta minat mereka dengan lebih baik.
Selain itu, guru juga dapat menggunakan beragam metode dan strategi pembelajaran untuk mengakomodasi beragam gaya belajar peserta didik. Misalnya, guru dapat memberikan materi pembelajaran dalam bentuk visual atau audio untuk peserta didik yang lebih suka belajar secara visual atau auditori. Selain itu, guru juga dapat memberikan materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang berbeda, tergantung pada kemampuan dan kebutuhan belajar peserta didi
Dalam pembelajaran projek, guru juga dapat memberikan umpan balik yang spesifik dan berorientasi pada peningkatan kemampuan peserta didik. Guru dapat memberikan umpan balik yang berfokus pada perbaikan kemampuan atau penguatan keterampilan yang sudah dimiliki peserta didik. Dengan memberikan umpan balik yang spesifik, peserta didik akan memiliki gambaran yang jelas tentang kemampuan mereka dan dapat mengembangkan kemampuan mereka secara lebih efektif. Dalam mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi dalam pembelajaran projek, penting untuk memperhatikan bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus memastikan bahwa mereka terlibat secara aktif dalam membantu setiap peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka.
Selain itu Hasanah et al (2023) berpendapat, bahwa dalam mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi, guru harus memastikan bahwa pembelajaran projek tidak hanya memenuhi kebutuhan akademik, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan sosial, emosional, dan budaya peserta didik. Â Dalam pembelajaran projek berdiferensiasi ini peserta didik dilatih untuk berpikir kritis, memecahkan masalah sendiri, dan menghargai pendapat temannya. Pembelajaran projek berdiferensiasi ini juga diharapkan setiap peserta didik dapat menumbuhkan karakter yang mencerminkan budaya Indonesia, seperti bergotong royong.
Karakter yang diharapkan terbentuk dalam pelaksanaan kurikulum merdeka adalah profil pelajar Pancasila yang dapat terwujud dengan mendasarkan pada enam dimensi profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila yaitu pelajar yang berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan berkebhinnekaan global. Profil pelajar Pancasila merupakan karakter yang merujuk pada Pancasila dan diharapkan dapat terwujud melalui proses pembelajaran (Martati et al, 2022).
Berdasarkan penjelasan diatas, kesimpulan yang dapat diambil yaitu, dalam praktik pembelajaran merdeka belajar dan berbudaya, pembelajaran projek berdiferensiasi merupakan strategi yang sangat relevan untuk diterapkan selama proses pelaksanaan pembelajarannya. Strategi ini dapat membantu peserta didik untuk lebih mandiri dan aktif dalam belajar serta mempertimbangkan perbedaan individu dalam kemampuan dan preferensi peserta didik. Selain itu dalam proses pembelajaran projek berdiferensiasi dapat menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila dalam pembelajaran yang menjadi elemen penting pada kurikulum merdeka belajar sebagai dasar yang digunakan dalam pembentukan karakter anak bangsa yang berbudaya dan berkualitas.
REFERENSI
Amir, I., Nursalam, N., & Mustafa, I. (2022). Tantangan Implementasi Nilai-Nilai Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka Belajar. GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 204-215.
Hasanah, E., Maryani, I., & Gestiardi, R. (2023). Model Pembelajaran Diferensiasi Berbasis Digital di Sekolah. Ika Maryani.
Kertati, I., Zamista, A. A., Rahman, A. A., Yendri, O., Pratama, A., Rusmayadi, G., ... & Arwizet, K. (2023). Model & Metode Pembelajaran Inovatif Era Digital. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Kerti, I. A. D. W. J. (2023). Kebijakan Pendidikan Berbasis Paradigma Merdeka Belajar Dalam Menunjang Pendidikan Karakter. Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter di Masa Merdeka Belajar, 57.
Martanti, Fitria., Widodo, J., Rusdarti, R., Priyanto, A.S. (2022). Penguatan Profil Pelajar Pancasila Melalui Pembelajaran Diferensiasi Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Penggerak. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana. 2022, 412-417.
Naibaho, D. P. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research, 1(2), 81-91.
Rahayu, S., Yanuarsari, R., Suwandana, C., Romansyah, R., Farid, M., Supriatna, A., ... & Yasmadi, B. (2023). Kebijakan dan Kinerja Birokrasi Pendidikan. Tohar Media.
Soraya, Z. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 1(1), 74-81.
Subakti, H., Simarmata, J., Hasanuddin, F., Silaban, P. J., Hasan, M., Kunusa, W. R., ... & Chamidah, D. (2023). Pembelajaran Abad 21 di Indonesia. Yayasan Kita Menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H