Ibu :"ini bapak (sambil memberikan teleponya ke bapak)
Lia :"hallo bapak, apa ibu beneran udah sehat"
Bapak :"iya de, ibu dah mendingan.,barusan minum obat.jangan terlalu di pikirkan.selesaikan tugasmu de. Jangan khawatir.doakan ibumu sehat"
Lia :"tapi aku kepikiran terus pak,ibu kalau sudah sakit begitu pasti semua panik semua bingung,.lia pun mau mengerjakan ujian sampai kurang fojus"
Bapak :"doakan saja, selesaikan dengan benar ujianmu. Jika sudah, pulanglah segera"
Lia : "baik pak"
Hari demi hari, ujian selesai.lia pun bergegas pulang ke rumah. Sampainya di rumah ia merawat ibunya. Ternyata yang dijalaninya membuatnya bingung (mengapa ibuku belum sembuh juga, dulu ibu kalau sakit cuma paling lama 2 minggi.kenapa ini sampai hampir satu bulan lebih belum juga sembuh total.sebetulnya sakit apa).Â
Kondisi keuangan mulai menipis, untuk berobat ibundanya, sedangkan ia harus membayar uang kuliah semester yang cukup tinggi. Takdir memanglah sedang membuatnya tegar dan dewasa.akhirnya ia menguatkan hati untuk bekerja, dan ia memberanikan diri bekerja di suatu perusahaan.serta tak lupa panjatan Doa doanga agar diberi jalan kemudahan tak lupa doa yang ia go ucapkan untuk orangtuanya dan dirinya agar diberi ketabahan hati.
Bangun pagi, membantu kakanya memasak, mengontrol obat ibunya, membantu ayahnya menyiapkan dagangannya. Lalu bergegas berangkat kerja. Ia merasa tubuh ini cukup kuat menjalani takdir yang tak semua anak usianya juga mengalaminya.Â
Sampai pada dua bulan terakhir ibunya diberi kesembuhan. Hal ini membuat dirinya dan keluarganya lega dan bersyukur. Walau pada hari hari sebelumnya ia banyak sekali yang harus dipikirkan, ada pekerjaan, kuliah yang ia tunda, ibunya yang sakit, belum lagi kondisi dirinya yang sakit harus ia tutupi demi baik baik saja dihadapan semua saudaranya. Bersyukur ia mampu menjalaninya dengan kuat dan sabar.Â
Terimakasih kepada takdir ia ucapkan, semoga mampu menjadi motivasi dan semangat dalam menjalani proses dewasa.Â