Mohon tunggu...
Nur Alifazhahra
Nur Alifazhahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Semua Pengetahuan Berasal dari Pengalaman

18 Desember 2022   15:28 Diperbarui: 18 Desember 2022   15:30 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori dan lain sebagainya. 

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu, tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir  karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu ini timbul karna tuntutan dan  kebutuhan dalam kehidupan yang terus berkembang.

 Funngsi dari pengetahuan ini yaitu kita dapat  membedakan yang benar dan salah, merupakan sarana menuju surga serta meningkatkan derajat  seseorang dan merupakan hal yang berharga selain harta, dengan ilmu dapat membuat orang  menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menghadapi persoalan kehidupan yang mereka jalani. 

Salah satu tokoh filsafat yang membahas tentang pengetahuan yaitu David Hume, ia merupakan seorang skotlandia, dilahirkan dan dibesarkan di sebuah perkebunan kecil milik keluarganya, pada  tanggal 26 April 1711 M. 

Ia merupakan anak dari Josep Hume, dan Catherine Falconer, namun  josep hume meninggal saat ia masih berumur tiga tahun. Setelah josep hume wafat istrinya mendedikasikan hidupnya untuk merawat ketiga putranya. Hume dibesarkan dalam keluarga pengusaha dan pakar hukum. David Hume wafat di Edinburgh pada tahun 1776 akibat penyakit kanker hati yang dideritanya.  

Kepergiannya meninggalkan nama dan pengaruh di dunia eropa dan filsafat. Hume diberi gelar dengan sebutan "Saint David" oleh masyarakat Skotlandia dan di Prancis dikenal dengan "Lebon  David". Hume merupakan skeptis sejati, skeptis yaitu kesangsiaan atau ragu-ragu, skeptis berasal  dari bahasa Yunani "skeptomai" artinya saya pikir dengan seksama atau saya lihat dengan teliti.  

Teori tersebut dimaknai bahwa teori tersebut didasarkan sikap keragu-raguan dalam menerima kebenaran Dia meragukan semua hal yang dapat mencapai kebenaran hakiki dan juga agama. Hume menggunakan cara berpikir skeptis ini untuk memperkokoh filsafat.

Pemikiran David Hume tentang empirisme, merupakan suatu aliran yang ada di dalam filsafat, yang dimaksud dengan empirisme yaitu semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme ini menolak anggapan bahwa manusia sudah membawa fitrah pengetahuan dalam
dirinya sejak lahir. Kata empirisme berasal dari Bahasa Yunani emperia, yang artinya pengalaman, dalam empirisme ini kebenaran atau pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. 


Metode empiris dan penelitian empiris, konsep sentral dalam ilmu pengetahuan dan metode ilmiah merupakan bukti harus empiris atau berbasis empiris yaitu bergantung pada bukti-bukti yang
diamati oleh indra. Rasio tidak akan memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu tanpa adanya pengalaman, walaupun digambarkan sedemikian rupa, jika tampa pengalaman itu hanyalah khayalan belaka.

 
Empirisme berlawanan dengan konsep rasionalisme. Empirisme dalam tradisi pengetahuan yang dibangunnya, bahwa pengetahuan yang sempurna tidak dapat diperoleh dari akal melainkan dapat
diperolerh dari pengalaman panca indra manusia. Dengan istilah lain kebenaran yang hakiki adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. 

Empirisme mengalami puncak pada masa David Hume, karena hume menggunakan prinsip empirisme dengan cara yang paling radikal. Hume mengajak manusia mengalami realitas (kenyataan), memulai relasinya (hubungan) dengan
realitas melalui persepsi (pandangan). Persepsi adalah gambaran indrawi atas bentuk luar dari obyek-obyek. 

Manusia memiliki dua persepsi yaitu pertama, kesan (imprestion) yaitu sebagai
pengindraan lansung atas realitas lahiriah. Kedua, gagasan (ideas) yaitu ingatan akan kesan-kesan, seperti, jika tangan terbakar dengan api maka akan langsung terasa panas, ingatan inilah yang disebut dengan gagasan. Realitas masuk kedalam diri manusia melalui kesan, jadi kesanlah yang membuat kita mengenal realitas, sedangkan gagasan hanyalah tiruan samar-samar dari kesan.

 
Pemikiran Hume ini merupakan usaha analisis agar empirisme dapat dirasionalkan terutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengamatan dan uji coba, kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan. Hume memiliki tiga argument tentang cara menganalisis sesuatu, pertama, ada ide tentang sebab dan akibat (kausalitas), suatu kejadian disebabkan oleh kejadian yang lain, jadi setiap kejadian memiliki sebab terjadinya. Kedua, karena kita mempercayai kausalitas dan penerapannya secara
universal, kita dapat memperkirakan masa lalu dan masa depan kejadian. 

Ketiga, dunia luar dirimemang ada, yaitu dunia yang bebas dari pengalaman kita. Dunia itu ada sekalipun kita tidak mempunyai kesan dan ide tentangnya. Dari ketiga dasar kepercayaan hume, ia sebenarnya hanya mempercayai kausalitas sebagai pusat  utama seluruh pemikirannya. Ia menolak prinsip kausalitas universal dan menolak prinsip induksi  dengan memperlihatkan bahwa tidak ada yang dapat dipertahankan, baik reletions of ideas maupun  matter of fact. 

Ia memulai dengan mengajukan pernyataan bahwa semua pengetahuan haruslah  pengetahuan tentang sesuatu. Hume mengatakan agar manusia Kembali pada pengamatan spontan  menyangkut dunia. Ia tidak ingin manusia selalu dibelenggu oleh konsepsi tentang dunia. 

Jadi inti dari pemikiran empirisme David Hume yaitu dalam ungkapan yang singkat " I never catch my self at any time with out a perception" ( saya selalu memiliki perspsi pada setiap  pengalaman saya). Dari pernyataan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan  pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Empirisme adalah sebuah  pernyataan bahwa tiap pengalamannya memiliki persepsi atau pandangan, dari gagasan ini ia  mengembangkan prinsip bahwa serangkaian kesan merupakan pembentukan dari pemikiran dan  pengalaman. Menurutnya, pengalaman lebih dari pada rasio sebagai sumber pengetahuan, baik  pengalaman internal maupun eksternal. Menurutnya semua ilmu berhubungan dengan hakekat  manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun