Nur Azizah Arifin (1225020141)
Dosen: Isma Fauziah S.Hum M.Pd
Abstrak
Era post-truth ditandai oleh meningkatnya penyebaran informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Hal ini menimbulkan tantangan bagi ilmu pengetahuan, yang dituntut untuk dapat memberikan pengetahuan yang akurat dan dapat dipercaya. Filsafat ilmu dapat berperan penting dalam menghadapi tantangan ini. Dalam era post-truth, di mana pandangan subyektif dan emosional sering kali mengungguli fakta empiris, filsafat ilmu menjadi semakin penting untuk membimbing pemahaman kita tentang sifat ilmu pengetahuan. Abstrak ini mengeksplorasi peran filsafat ilmu dalam menghadapi tantangan era post-truth, menyoroti bagaimana konsep-konsep seperti objektivitas, metode ilmiah, dan etika penelitian menjadi kunci dalam membangun fondasi pengetahuan yang terpercaya. Kami juga membahas dampak filsafat ilmu terhadap cara kita menilai kebenaran dan integritas pengetahuan di tengah dinamika sosial dan politik yang ditandai oleh perubahan paradigma kebenaran. Penelitian ini memberikan perspektif mendalam tentang pentingnya filsafat ilmu dalam menavigasi tantangan kebenaran di era post-truth dan memberikan kontribusi pada diskusi seputar peran kritis filsafat ilmu dalam membentuk pandangan dunia kontemporer.
Kata Kunci: era post-truth, filsafat ilmu
PENDAHULUAN
Dalam era modern yang diselimuti oleh fenomena post-truth, di mana kebenaran tampaknya semakin kabur dan subjektif, pertanyaan-pertanyaan filosofis seputar sifat ilmu pengetahuan menjadi semakin mendesak. Filsafat ilmu, sebagai pemikiran reflektif yang membahas esensi dan batasan ilmu, harus menghadapi tantangan baru ini. Artikel ini memasuki dunia filsafat ilmu di era post-truth, menjelajahi bagaimana konsep kebenaran dan objektivitas dapat dipahami dan dipertahankan dalam konteks ketidakpastian informasi yang semakin meluas. Mari kita mengawali perjalanan pemikiran ini dengan merinci pengaruh dan implikasi filsafat ilmu di tengah arus informasi yang begitu kompleks dan serba cepat.
Era post-truth merupakan masa di mana konsep kebenaran menjadi pertanyaan dan terdebat. Dalam perspektif filsafat ilmu, kebenaran yang sebelumnya dikonsider sebagai korelasi antara pernyataan dan kenyataan sekarang menjadi terdebat dan ditantang. Fenomena post-truth memiliki dampak signifikan pada formasi kebenaran dan bidang studi yang beragam, termasuk agama dan keagamaan.
Dalam era post-truth, kebenaran menjadi alat yang digunakan untuk mempengaruhi pendapat dan persepsi masyarakat. Hal ini menyebabkan bahwa orang tidak selalu peduli terhadap kebenaran ilmiah atau kebenaran faktawi, termasuk dalam hal-hal agama. Pengendalian kebenaran di era post-truth menjadi semakin penting, karena kritis dan pemikiran berbasis data yang solid menjadi peran kunci dalam mengevaluasi berbagai pendekatan kebenaran yang dihasilkan oleh setiap kelompok agama.
Era Post-Truth menandai pergeseran signifikan dalam dinamika sosial dan politik, yang didorong oleh pengaruh informasi dan persepsi publik yang lebih terfokus pada emosi dan keyakinan pribadi daripada pada fakta empiris. Dalam konteks ini, filsafat ilmu menjadi semakin relevan dalam menghadapi tantangan pengambilan keputusan yang didasarkan pada kebenaran objektif. Artikel ini akan menjelajahi peran filsafat ilmu di era Post-Truth, mengidentifikasi tantangan utama, dan menguraikan tanggapan filosofis terhadap fenomena ini.
Â
PEMBAHASAN
Filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu membahas berbagai aspek ilmu pengetahuan, termasuk hakikat, landasan, dan metode ilmu pengetahuan. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita dapat memahami bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh, bagaimana kebenaran ilmiah diuji, dan bagaimana ilmu pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan.
Post-truth dalam Oxford English Dictionary (2019) didefinisikan sebagai keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk debat politik atau opini publik dibandingkan dengan menarik emosi dan keyakinan personal. Post-truth merupakan kondisi/era ketika "fakta-fakta alternatif" menggantikan fakta aktual, dan perasaan memiliki bobot lebih tinggi dari bukti-bukti (McIntyre, 2018, hal. 2).
1. Post-Truth dan Perubahan Paradigma
Era Post-Truth muncul sebagai fenomena sosial dan politik yang menempatkan emosi, opini, dan naratif pribadi di atas kebenaran empiris. Perubahan paradigma ini menciptakan tantangan baru bagi pengetahuan ilmiah dan etika penelitian.
Â
2. Relativisme dan Kepastian Ilmiah
Salah satu tantangan utama filsafat ilmu di era Post-Truth adalah munculnya relativisme, di mana kebenaran dianggap sebagai suatu yang bersifat relatif dan bergantung pada pandangan atau pengalaman masing-masing individu. Relativisme yang dapat menghancurkan landasan empiris ilmu pengetahuan.
Â
3. Filsafat Ilmu sebagai Pembeda Antara Fakta dan Opini
Dalam menanggapi Post-Truth, filsafat ilmu berperan sebagai penjaga batas antara fakta dan opini. Pentingnya prinsip falsifikasi dalam menentukan kebenaran ilmiah, memisahkan antara klaim yang dapat diuji dan klaim yang tidak.
Â
4. Etika dan Tanggung Jawab Ilmiah
Filsafat ilmu juga membahas aspek etika dan tanggung jawab ilmiah di era Post-Truth. Bagaimana ilmuwan dapat menjaga integritas dan mengatasi tekanan politik atau sosial yang mungkin memengaruhi objektivitas ilmiah.
Â
5. Pendidikan dan Kesadaran Publik
Pendidikan publik menjadi kunci dalam menanggapi era Post-Truth. Kekeliruan konsep ilmiah dapat muncul di kalangan intelektual dan masyarakat umum. Pendidikan ilmiah yang efektif diperlukan untuk membangun pemahaman yang kuat tentang metode ilmiah dan mengenali perbedaan antara fakta dan opini.
Â
6. Pengembangan Metode Penelitian yang Transparan
Menghadapi era Post-Truth, filsafat ilmu mendukung pengembangan metode penelitian yang transparan dan terbuka. Solusi-solusi untuk meningkatkan reproduktibilitas dan transparansi dalam penelitian ilmiah.
Dalam era post-truth, filsafat ilmu dapat berperan penting dalam menghadapi tantangan-tantangan berikut:
1. Mencegah penyebaran informasi yang tidak benar atau menyesatkan
Filsafat ilmu dapat membantu kita untuk lebih kritis dalam menerima informasi. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita dapat memahami bagaimana informasi dapat dianalisis secara kritis, sehingga kita dapat membedakan informasi yang benar dari informasi yang salah.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu dapat membantu kita untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita dapat memahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan cara yang sistematis dan logis untuk memperoleh pengetahuan yang akurat dan dapat dipercaya.
3. Mengembangkan metode ilmiah yang lebih efektif
Filsafat ilmu dapat membantu kita untuk mengkaji kembali metode ilmiah yang ada. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita dapat mengembangkan metode ilmiah yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan-tantangan di era post-truth.
Â
Beberapa aspek penting yang terkait dengan filsafat ilmu di era post-truth meliputi:
1. Kebenaran dan Emosi: Post-truth menyoroti pentingnya emosi dan kepercayaan pribadi dalam menentukan kebenaran. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran tidak selalu bersifat objektif, melainkan sering kali terpengaruh oleh kebijakan dan persepsi individu.
2. Dampak pada Agama dan Keagamaan: Era post-truth menyoroti dampak kebenaran pada studi agama dan keagamaan, seperti yang terjadi dalam bidang keilmuan akidah[2]. Pengendalian kebenaran di era post-truth menjadi penting untuk menjaga kelestarian dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
3. Kritik dan Pemikiran Berbasis Data: Filsafat ilmu di era post-truth memang melibatkan kritik dan pemikiran berbasis data yang solid dalam mengevaluasi berbagai pendekatan kebenaran yang dihasilkan oleh setiap kelompok agama. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mengembangkan keterampilan kritis dan berpikir rasional dalam mengevaluasi informasi dan kebenaran dalam konteks era post-truth.
Â
Â
Â
Â
KESIMPULAN
Dalam rangka mengatakan filsafat ilmu di era post-truth, penting untuk menjaga keterampilan kritis dan berpikir rasional dalam mengevaluasi berbagai pendekatan kebenaran yang dihasilkan oleh setiap kelompok agama dan keagamaan. Selain itu, kita perlu meningkatkan pemahaman tentang peran kebenaran dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan strateg untuk menghadapi dampak negatif dari post-truth pada kebenaran dan keagamaan. Filsafat ilmu merupakan alat yang penting untuk menghadapi tantangan-tantangan di era post-truth. Dengan mempelajari filsafat ilmu, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk berpikir kritis, memahami hakikat ilmu pengetahuan, dan mengembangkan metode ilmiah yang lebih efektif. Judul "Filsafat Ilmu di Era Post-Truth" merupakan judul yang menarik karena menggabungkan dua konsep yang sangat relevan dengan masa kini. Era post-truth ditandai oleh meningkatnya penyebaran informasi yang tidak benar atau menyesatkan, sedangkan filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap ilmu pengetahuan. Dengan judul ini, artikel ini diharapkan dapat menarik perhatian pembaca untuk mempelajari filsafat ilmu dan memahami peran pentingnya di era post-truth. Filsafat ilmu di era Post-Truth memegang peranan krusial dalam merespons tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi ilmu pengetahuan. Dengan menekankan pada prinsip-prinsip seperti falsifikasi, integritas ilmiah, dan transparansi penelitian, filsafat ilmu membantu memperkuat fondasi ilmu pengetahuan dalam menghadapi gelombang informasi yang dapat merusak kebenaran objektif. Melalui penelitian dan pemikiran filosofis ini, diharapkan kita dapat mengembangkan strategi dan pandangan yang lebih baik untuk menjaga integritas ilmu pengetahuan di tengah kompleksitas dan dinamika era Post-Truth.
Â
Â
Â
 Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Â
Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 9 Nomor 2 2021
Â
James W. Prothero (2019) "The Importance of Philosophy of Science in the Post-Truth Era"
Â
Alexander Bird (2010) "Philosophy of Science"
Â
Karl Popper (1959) "The Logic of Scientific Discovery"
Â
Heather Douglas (2009) "Science, Policy, and the Value-Free Ideal"
Â
Joan Bricmont (1998) "Fashionable Nonsense: Postmodern Intellectuals' Abuse of Science"
Â
Timothy Errington (2017) "Reproducibility in Psychology: A Hybrid Proposal"
Â
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Â
Kuhn, Thomas S. 2012. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The University of Chicago Press.
Â
Lakatos, Imre. 1970. The Methodology of Scientific Research Programmes. Cambridge: Cambridge University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H