Terkadang juga ada beberapa dosen yang menjelaskan menggunakan bahasa daerahnya. Ini juga menjadi salah satu kendala.
"Di kelas itu kan kita berbeda-beda, ada banyak mahasiswa yang dari luar Jawa, ada yang dari NTT, Sulawesi, Kalimantan, Papua dan lain-lain. Dosen kadang menjelaskan materi dengan bahasa Jawa, nah kami orang Timur tidak paham apa yang disampaikan walaupun di sisi lain kami dituntut harus menyesuaikan diri tapi menyesuaikan diri tidak bisa langsung dengan cepat, ada prosesnya", kata Aleks.
Seperti yang kita ketahui, dalam komunikasi sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi. Bahkan di Indonesia ada 742 bahasa yang dimiliki masing-masing daerah di seluruh pelosok negeri.Â
Bayangkan saja jika di sebuah kelas seorang pengajar dengan menggunakan bahasa Sulawesi, pertanyaannya apakah orang Jawa, Kalimantan, Aceh, itu mengerti apa yang sedang dibicarakan?
Tentu tidak. Jadi, sudah seharusnya bijak juga dalam menggunakan bahasa yang memang dimengerti oleh semua mahasiswa yaitu, Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan agar tidak ada sekat di dalam kelas.
Ada banyak harapan yang dilontarkan mahasiswa, "Ya harapannya bisa lebih lagi mendidik mahasiswanya lebih baik, sukses lagi kedepannya, terus berbenah yang kurang-kurang pokoknya the best lah untuk dosen-dosen", tutup Rafli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H