Mohon tunggu...
Nur Seta Bramadi
Nur Seta Bramadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Book writer and former English teacher in LPIA Jakarta and Bekasi (2008-2018)

I'm just a simple man who likes writing, blogging, playing PC game, watching movie, and listening to music. I had an experience in teaching English in Jakarta and Bekasi (2008-2018). My books: Filateli Sebagai Hobi dan Investasi (Balai Pustaka, 2001), Kursus Singkat Bahasa Inggris (BIP, 2011), Kursus Singkat Percakapan Bahasa Inggris (BIP, 2013), Kursus Singkat Bahasa Inggris Bisnis (BIP, 2016), and Percakapan Inggris-Indonesia Bidang Perawat dan Rumah Sakit (BIP, 2021). I had a diploma in graphic design from a School of Design in Jakarta (1993), but later changed my interest into English and literacy. Sometimes I write my blog in English or Indonesian. I was born and live in Jakarta. No one is perfect. Stay humble.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(Esai Pendek) Berkarakter Lebih Baik dengan Membaca Buku

30 April 2024   12:13 Diperbarui: 30 April 2024   13:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: okezone.com

Seorang pembaca buku apakah pasti orang baik?

Tentu saja tidak ada jaminan demikian. Namun, setidaknya seorang pembaca buku lebih memiliki empati dan wawasan lebih luas. Artinya, ia tentu akan punya pertimbangan emosional dan rasional yang lebih baik. Seorang pembaca buku bukanlah "manusia sempurna" yang tahu segalanya. Akan tetapi, ia akan cenderung punya pertimbangan yang lebih matang ketika hendak memutuskan sesuatu. Banyak membaca membuatnya lebih kaya pemikiran.

Seorang pembaca buku apakah pasti lebih religius?

Belum tentu juga. Hal itu tentunya tergantung pada apa yang dibacanya. Sebagian orang yang gemar membaca, bisa saja menjadi lebih religius atau sebaliknya... makin sekuler atau bahkan ateis. Kok bisa? Tentunya banyak faktor penyebab. Yang paling mendasar tentunya didikan orangtuanya sendiri plus panutan keluarganya. Menjadi sekuler, ateis, atau pindah agama adalah pilihan pribadi. Saya pribadi tak melihat ada yang salah di sini, selama perilaku individunya sendiri tetap positif. 

Seorang pembaca buku apakah pasti lebih sukses dalam karir?

Kemungkinan besar iya karena ia punya wawasan lebih baik sehingga bisa mempertimbangkan dunia karir secara lebih baik pula. Sukses di sini tak harus berarti lebih kaya secara material, tapi lebih pada kebahagiaan individu dalam menekuni profesinya. Seseorang bisa saja menyukai bidang pekerjaan tertentu sesuai passion-nya, meskipun mungkin tidak menawarkan imbalan materi lebih tinggi. Kebahagiaan memang tak melulu harus diukur dengan uang atau jabatan. Itulah mengapa ada profesi seniman yang lebih menyukai kebebasan. 

Akhirnya, seorang pembaca buku apakah pasti lebih kritis?

Oh, yes... sepertinya begitu. Membaca banyak buku membuat seseorang punya sudut pandang lebih luas. Membaca karya beragam penulis membuatnya jadi tahu keberagaman pola pikir dan sudut pandang kaum cerdik pandai. Tidak semua buku bagus memang, dan tidak semua penulis genius. Justru itulah, seorang pembaca buku bisa bersikap proporsional dan paham bahwa kita boleh saja tidak sependapat dengan buku/penulis tertentu. Sebagai individu, kita berhak punya sudut pandang pribadi tanpa harus merasa lebih benar dari siapapun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun