Mohon tunggu...
Nur Lailatul Jannah
Nur Lailatul Jannah Mohon Tunggu... Guru - Kepala TK/PAUD

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membentuk Akhlak Mulia dengan Teladan Para Sahabat dan Tabiin

5 Juni 2024   20:45 Diperbarui: 5 Juni 2024   22:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membentuk Akhlak Mulia melalui Teladan para Sahabat dan Tabiin

Oleh: Nur Lailatul Jannah dan Eni Nuraeni

Di era globalisasi yang serba terhubung dan dinamis saat ini, pengaruh budaya global terhadap identitas seorang muslim menjadi kian terasa. Dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuka berbagai akses terhadap berbagai informasi, budaya, dan gaya hidup dari seluruh dunia. Jika tidak dimbangi dengan memperkuat identitas seorang muslim sebagai benteng iman dan akhlak, maka kita akan kesulitaan menghadapi berbagai pengaruh budaya global yang tidak terarah pada nilai-nilai Islam.

Untuk itu, kita perlu mempelajari tentang Syakhsiah Islam agar dapat membentuk akhlak mulia sebagai identitas seorang Muslim. Syakhsiah Islam merupakan konsep diri umat Muslim yang bersumber pada ajaran Islam. Konsep ini mencakup pemahaman tentang identitas, moralitas, dan tujuan hidup seorang Muslim. Syakhsiah Islam merupakan cerminan dari nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul, sehingga menjadi panduan dalam setiap aspek kehidupan seorang muslim. Memiliki syakhsiah yang kuat membantu seorang muslim untuk memahami jati dirinya sebagai hamba Allah dan anggota masyarakat muslim yang memiliki peran dan tanggung jawab.

Salah satu cara mempelajari Syakhsiah Islam yaitu dengan meneladani kepribadian para sahabat Nabi Muhammad SAW dan generasi setelahnya, yaitu Tabi'in. Tak perlu disangsikan lagi perihal kepribadian para sahabat dan tabi’in. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan setiap anjuran Rasulullah. Kita akan dibuat takjub oleh pengalaman mereka yang demikian konsisten, seperti batu karang di tengah gelombang kekufuran yang dahsyat menimpa. Dari perilaku sahabat-sahabat itu, kita pun bisa menilai betapa suksesnya Rasulullah membina dan menempa pribadi-pribadi mereka.

Berikut beberapa cara efektif untuk mempelajarinya:

1. Memilih Teladan yang Sesuai:

Tidak semua sahabat dan tabi'in memiliki kisah yang terdokumentasi secara detail. Pilihlah tokoh yang memiliki kepribadian dan kisah yang sesuai dengan aspek syakhsiyah Islam yang ingin dipelajari. Misalnya, jika ingin memperdalam kesabaran, pelajari kisah Nabi Ayub AS dan ketabahannya menghadapi cobaan.

2. Pelajari Sumber-Sumber yang kredibel:

Baca buku-buku, artikel, atau kajian Islam yang membahas kisah dan keteladanan para sahabat dan tabi'in. Pastikan sumber tersebut kredibel dan bersandar pada referensi terpercaya seperti kitab-kitab hadis dan sejarah Islam. Waspadalah terhadap sumber yang tidak jelas atau berpotensi menampilkan cerita yang tidak akurat.

3. Analisis Kepribadian dan Akhlak:

Gali lebih dalam dari sekadar cerita. Pelajari bagaimana para sahabat dan tabi'in menghadapi situasi tertentu, keputusan yang mereka ambil, serta alasan di baliknya. Coba analisis nilai-nilai Islam apa yang mereka terapkan dalam keseharian mereka.

4. Fokus pada Sifat dan Perilaku:

Cermati sifat-sifat terpuji dan perilaku keseharian yang ditunjukkan para sahabat dan tabi'in. Misalnya, kejujuran Abu Bakar Ash-Shiddiq, kedermawanan Usman bin Affan, kesederhanaan Umar bin Khattab, dan keikhlasan Ali bin Abi Thalib.

5. Aplikasikan dalam Kehidupan:

Pelajaran yang didapat dari para sahabat dan tabi'in tidak berhenti sampai pada tahap mengetahui saja. Cari tahu bagaimana karakter dan akhlak tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dari kisah kedermawanan Usman bin Affan, kita bisa belajar untuk selalu berbagi dan membantu sesama.

6. Konsisten dan bertahap:

Meneladani para sahabat dan tabi'in membutuhkan keteguhan dan kesungguhan. Mulailah dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan secara konsisten. Perlahan-lahan kita dapat membangun syakhsiyah Islam yang lebih baik.

7. Berguru dan Berdiskusi:

Belajar dari guru atau ulama yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah Islam dan kehidupan para sahabat serta tabi'in. Diskusikan dengan teman atau keluarga tentang pelajaran yang bisa diambil dari kisah para teladan tersebut.

Dengan demikian, kita dapat belajar syakhsiyah Islam dari para sahabat dan tabi'in secara lebih efektif. Mempelajari kisah dan keteladanan mereka dapat menginspirasi untuk menjadi pribadi muslim yang lebih baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Lalu, apa saja dampak apabila kita tidak mempelajari Syaksiah Islam? Berikut penjelasannya:

  • Krisis identitas: Muslim dapat mengalami kebingungan dan krisis identitas, terutama generasi muda, karena terpapar berbagai budaya dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam.
  • Westernisasi dan sekularisasi: Pengaruh budaya Barat yang dominan dapat mendorong sekularisasi di kalangan Muslim, yaitu memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari.
  • Terpengaruh ideologi ekstrem: Muslim yang tidak memiliki identitas yang kuat lebih mudah terpengaruh ideologi ekstrem, seperti radikalisme dan terorisme.
  • Lemahnya persatuan umat Islam: Umat Islam yang tidak memiliki identitas yang kuat akan mudah terpecah belah dan tidak mampu bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan.
  • Hilangnya nilai-nilai Islam: Nilai-nilai Islam seperti keadilan, kasih sayang, dan toleransi dapat terkikis jika identitas Muslim tidak diperkuat.

Mempelajari syakhsiyah Islam, atau kepribadian Islam, memberikan banyak manfaat bagi individu Muslim, termasuk menumbuhkan akhlak mulia. Akhlak mulia dalam Islam tercermin dalam konsep-konsep seperti shiddiq (kejujuran), amanah (kepercayaan), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas).

Shiddiq, atau kejujuran, adalah salah satu nilai utama dalam Islam. Seorang muslim yang memiliki akhlak mulia akan selalu berbicara dan bertindak dengan jujur, tanpa menyembunyikan kebenaran atau memanipulasi fakta. Contoh nyata dari akhlak shiddiq adalah ketika seseorang mengakui kesalahan atau kekurangan dirinya tanpa rasa malu atau takut. Seorang yang jujur tidak hanya dilihat dari perkataannya, tetapi juga dari perbuatannya yang selaras dengan nilai-nilai kejujuran yang dia anut.

Amanah, atau kepercayaan, juga merupakan aspek penting dari akhlak mulia dalam Islam. Seorang muslim yang memiliki akhlak amanah akan menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, baik dalam hal materi, informasi, maupun tanggung jawab lainnya. Contoh nyata dari akhlak amanah adalah ketika seseorang dipercayai untuk mengelola harta atau rahasia orang lain, dan dia menjaga amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab dan integritas.

Tabligh, atau menyampaikan, adalah akhlak mulia yang menekankan pentingnya berbagi pengetahuan, nilai, dan ajaran Islam kepada orang lain. Seorang muslim yang memiliki akhlak tabligh akan aktif dalam menyebarkan dakwah Islam dan memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama kepada sesama manusia. Contoh dari akhlak tabligh adalah ketika seseorang dengan penuh kesabaran dan kelembutan menyampaikan pesan-pesan agama kepada orang lain tanpa memaksakan kehendak atau menyalahkan.

Fathanah, atau kecerdasan, adalah akhlak mulia yang menekankan pentingnya berpikir cerdas dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Seorang muslim yang memiliki akhlak fathanah akan menggunakan akal dan pengetahuannya untuk mencari solusi yang terbaik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Contoh nyata dari akhlak fathanah adalah ketika seseorang menggunakan akal dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan yang tepat, dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.

Beberpa contoh Akhlak mulia dari kisah Rasulullah SAW dan para Sahabat:

1. Iman dan Ketaqwaan:

Mempelajari syakhsiyah Islam memperkuat pemahaman tentang ajaran Islam, sehingga meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Contoh: Belajar tentang keteladanan Rasulullah SAW dalam menjalankan syariat Islam dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT.

2. Kejujuran dan Amanah:

Syakhsiyah Islam menekankan pentingnya kejujuran dan amanah dalam setiap aspek kehidupan. Contoh: Belajar dari kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dikenal sebagai orang yang paling jujur di masa Rasulullah SAW.

3. Kedermawanan dan Kepedulian:

Islam menganjurkan umat muslim untuk saling membantu dan berderma kepada yang membutuhkan. Contoh: Belajar dari kisah Usman bin Affan yang terkenal dengan kedermawanannya dan selalu membantu orang lain.

4. Kesabaran dan Keteguhan:

Syakhsiyah Islam mengajarkan individu untuk menghadapi cobaan dan kesulitan dengan sabar dan teguh pendirian. Contoh: Belajar dari kisah Nabi Ayub AS yang menghadapi cobaan berat dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman.

5. Kesederhanaan dan Rendah Hati:

Islam menganjurkan umat muslim untuk hidup sederhana dan tidak sombong. Contoh: Belajar dari kisah Umar bin Khattab yang hidup sederhana meskipun menjabat sebagai Khalifah.

6. Keberanian dan Keadilan:

Syakhsiyah Islam mendorong individu untuk berani membela kebenaran dan menegakkan keadilan. Contoh: Belajar dari kisah Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai orang yang berani dan selalu menegakkan keadilan.

7. Syukur dan Keikhlasan:

Syakhsiyah Islam mengajarkan individu untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT dan ikhlas dalam menjalankan ibadah dan amalan. Contoh: Belajar dari kisah Nabi Ibrahim AS yang menunjukkan keikhlasannya dalam menaati perintah Allah SWT.

Seorang Muslim yang menerapkan akhlak mulia dalam setiap aspek kehidupan dan benar-benar berpegang pada syakhsiah Islamnya akan menjadi pilar yang kuat dalam masyarakat. Ia akan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menjalankan ibadah dengan khusyuk, dan memperlakukan sesama dengan kasih sayang. Dengan akhlak dan perilaku Islami yang dimiliki, ia tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya dan masyarakat secara keseluruhan. Ia akan menjadi cahaya bagi lingkungannya, memberikan pengaruh positif dan mendorong orang lain untuk menjalani hidup yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun