Mohon tunggu...
Nur Faizah
Nur Faizah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 SANGKAPURA

Menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mekanisme Survival Kaum Urban di Bantaran Rel Kereta Api, Kawasan Wonokromo-Surabaya

22 Oktober 2022   11:27 Diperbarui: 22 Oktober 2022   11:29 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEKANISME SURVIVAL KAUM URBAN DI BANTARAN REL KERETA API

DI KAWASAN WONOKROMO-SURABAYA

Urbanisasi merupakan salah satu proses  perpindahan yang dilakukan oleh masyarakat dari desa menuju ke kota dengan tujuan tertentu. Dalam proses urbanisasi ini, masyarakat yang berpindah ke kota terkadang juga tidak memiliki modal baik dari modal yang fisik maupun non fisik. Mereka hanya bermodalkan keberanian saja untuk bergelut nasib di kota yang menurut mereka kota tersebut memberikan banyak lapangan pekerjaan daripada di desa.

Masyarakat atau kaum urban ini terkadang tidak memikirkan akan dampak yang negatif bagi dirinya sendiri. Mereka hanya berfikir bahwa mereka akan mendapatkan suatu pekerjaan yang cocok dan baik sehingga bisa mengubah kehidupan mereka sendiri. padahal faktanya adalah kalau di zaman sekarang tidak memiliki skill atau keahlian yang cukup di kota, mereka akan banyak yang tidak bisa survival bertempat tinggal di kota. Akhirnya, banyak yang akan bertempat tinggal di kolong jembatan, dan juga bertempat tinggal dipermukiman kumuh agar mereka bisa hidup di kota metropolitan ini. Yang ada dibenak mereka hanyalah kehidupan yang memberikan kenyaman karena mereka sudah bisa hidup di kota.

Dari informan yang kami wawancarai, informan tersebut terdorong berpindah dari desa ke kota karena informan ingin mengubah hidup keluarganya yang selama hidup di desa tidak bisa berubah-rubah. Informan yang kami wawancarai ini berasal dari bojonegorao dan melakukan urbanisasi ke kota Surabaya bersama dengan keluarganya. Makanya informan bersama suaminya berinisiatif untuk mengubah nasib hidupnya sekalian mereka berdua tidak memiliki modal apapun dalam kehidupannya. Mereka hanya bermodal dengkul dan bermodal fisik yang yakin akan kehidupan mereka bisa berubah di kota. Awal informan bersama keluarga dan suaminya pergi ke kota. Mereka merasa kebingungan untuk bertempat tinggal dimana. Dan akhirnya mereka mencari kos yang sekiranya murah dan bisa menampung mereka dalam beberapa hari sampai mereka mendapatkan pekerjaan dan tempat yang layak untuk mereka tinggal. Awal mereka tinggal di Surabaya, mereka berdua hanyalah bekerja sebagai buruh kecil saja yang gajinya juga tidak terlalu banyak. Sampai beberapa bulan lamanya, akhirnya mereka juga bisa bertempat disalah satu kos yang bisa dikatakan layak karena hasil dari gaji dan pendapatan yang dikumpulkan oleh mereka berdua.

Informan juga berkata bahwa sekarang kehidupan informan sudah baik daripada yang sebelumnya. Sekarang informan bersama suaminya bekerja sebagai pengisian air isi ulang aqua di kawasan ketintang baru gang 9. Dan sekarang juga mereka sudah memiliki toko sendiri air isi ulang. Dari hasil pengisian isi ulang tadi bisa memenuhi kebutuhan untuk memenuhi kehidupan keseharian mereka. Dan setelah beberapa tahun mereka tinggal dan bekerja di Surabaya, mereka sudah bisa membeli rumah sendiri dan sampai sekarang juga mereka merenovasi bangunan mereka semakin bagus dan terlihat nyaman. Informan juga memiliki dua anak yang keduanya sekarang menempuh dunia persekolahan. Anak pertama dari informan sedang menempuh kuliah di Unitomo dan yang satunya lagi sedang bersekolah di SMA Surabaya. Dari hasil wawancara informan, informan sadar akan ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya kelak walaupun sebenarnya kehidupan dari informan itu sendiri bisa dibilang berkecukupan hanya untuk kehidupan kesehariannya. Kalaupun hasil pendapatan yang dihasilkan dari kerjanya untuk ditabung, itupun hanya sedikit saja uangnya yang ditabung. Informan juga berkata seperti ini, "biarkan hidupku tidak berpenghasilan yang tepat dan bisa dikatakan juga masih ditaraf penghasil normal, asalkan anak-anak saya masih bisa menempuh dunia pendidikan sebagaimana mestinya. Walau bagaimanapun caranya, saya akan tetap berusaha menyekolahkan anak-anak saya sehingga cita-cita yang diidam-idamkan selama ini bisa tercapai". Kata-kata itulah yang keluar dari mulut informan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun informan masih memiliki kesadaran akan dunia pendidikan yang sangat penting di zaman yang semakin maju ini.

Lain halnya dengan informan yang lain yaitu bapak Maulana, beliau adalah pensiunan pelatih bulu tangkis, beliau berasal dari Nganjuk, beliau pertama kali ke Surabaya untuk mencari pekerjaan, dengan kemampuan beliau bisa bermain bulu tangkis ternyata beliau bekerja sebagai pelatih bulu tangkis, tetapi dengan umur yang tidaklah muda lagi beliau pensiun dan bekerja serabutan di Surabaya, akhirnya beliau tinggal di bantaran rel kereta api dengan bekerja serabutan, beliau pernah bekerja sebagai pegawai PT. Kereta api dan bekerja pegawai swasta, dengan pekerjaan tersebut Bapak Maulana dan keluarganya dapat bertahan hidup di Surabaya. dan sekarang kehidupan beliau hanyalah seorang mantan pelatih bulu tangkis karena usia yang telah tua dan hanya bisa duduk dan berjalan-jalan di sekitar rumah, sekarang beliau hanya mengandalkan anaknnya yang bekerja untuk kehidupan sehari-harinya. meskipun keadaan ekonomi yang tidak begitu bagus beliau dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi bahkan ada anaknya yang kuliah di UNESA dan sekarang telah lulus dan bekerja. Menurut beliau pendidikan yang utama untuk masa depan anaknya. Kehidupan beliau sekarang bisa dikatakan pas-pasan dan tidak pernah kekurangan karean kesehariannya beliau dan keluarganya bisa makan dengan tenang. Yang menjadi permasalah menurutnya adanya isu tentang penggususran yang akan dilayangkan oleh pihak PT. Kereta api terhadap perumahan kaum marjinal di sekitar bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya yang termasuk rumahnya sendiri.

Berbeda dengan informan yang  bekerja sebagai penjual soto keliling yang menyekolakan anaknya sampai ke jenjang universitas. Beliau yang  mengaku dari Kediri menjelaskan awalnya melakukan migrasi ke kota Surabaya yang menurutnya kota yang banyak dengan lapangan pekerjaan yang dikhususkan kepada penduduk pendatang dengan mengadu nasib dan mencari kesejahteraan hidupnya. Akan tetapi, takdir berkata lain kepada informan yang biasa di sapa pak suparman ini. Ia bersama istrinya malah harus tinggal di bantaran rel kereta api bersama anaknya. Padahal rencana awal informan mengaku berniat untuk bekerja di sebuah pabrik yang menampung banyak pekerja. Akan tetapi karena situasi yang dibilang kurang beruntung pada hidup informan, akhirnya informan beserta keluarga mencari pekerjaan lainnya. Menurutnya mencari pekerjaan di kota tidak begitu mudah. Berbeda dengan di desa yang sebagian pekerjaan mudah untuk dicari meskipun upah yang di dapat sangat kecil. Kehidupan di kota menuntun informan selaku masyarakat urban untuk tetap bertahan hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Akhirnya keluar inisiatif informan untuk membuka usaha kecil-kecilan demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Setidaknya yang terlintas di pikiran informan adalah berjualan soto yang dianggap paling sederhana mengingat banyaknya masyarakat yang sangat suka dengan makanan itu. Setelah keperluan usahanya tersedia, dimulialah usaha dagang soto informan dengan berjualan keliling di daerah sekitar ketintang. Meskipun di sekitar rumah di bantaran rel kereta api banyak yang berjualan bakso yang rata-rata memiliki gerobak setiap rumah, tetapi tidak membuat informan cemburu bahkan berkecil hati dengan usahanya. Beliau tetap optomis menjalankan usahanya meskipun hasilnya di bilang sangat berkecukupan untuk membiayai pendidikan anaknya dan kebutuhan keluarganya.

Dari beberapa informan yang di mintai informasi bisa di lihat bahwa mereka kebanyakan ingin merubah nasib kehidupan di desa yang tergolong sangat dibawah garis kehidupan. Mereka berharap ketika melakukan migrasi ke kota, kehidupan mereka yang serba kekurangan dapat merubah pola hidup mereka menjadi sejahtera. Akan tetapi tak banyak dari sebagian masyarakat yang makmur bahkan sejahtera hidup di kota khususnya di sekitar bantaran rel kereta api yang kebanyakan dari mereka jika di lihat dari rumah yang mereka tempati sangat sederhana sekali. Tak heran jika beberapa kali pemerintah ingin melakukan penggusuran karena perumahan di sekitar bantaran rel sangat mengganggu kenyaman kota. Terkadang banyaknya kaum urban yang memenuhi kota banyak menimbulkan dampak yang sangat nyata, misalnya angka kemiskinan semakin meluas dan tindak kejahatan semakin meraja lela. Tapi bagi sebagian masyarakat yang benar-benar ingin melakukan perubahan dalam kehidupanya, hal-hal negative seperti itu mereka hindari bahkan merka tetap berusaha sekuat yang mereka bisa melanjutkan kehidupan di kota.

Meskipun mencari pekerjaan di kota tidak semudah di desa, masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran rel kereta api ini tetap melakukan usaha meskipun di bilang sangat sederhana tapi membuahkan hasil. Tak heran jika kebanyakan rumah yang berjejer secara teratur mengikuti panjang kereta api banyak yang membuka usaha sendiri. Sebut saja mereka berjualan bakso maupun soto yang rata-rata tiap rumsh memiliki gerobak masing-masing. Akan tetapi, usaha yang mereka lakukan semuanya hampir sama dengan penduduk sekitar. Terkadang timbul rasa kecemburuan antar mereka mengenai kesamaan usaha yang mereka jalankan. Namun, menurut mereka itu tidak menjadi masalah karena semua rezeki udah di atur masing-masing oleh tuhan. Penuturan mengenai kehidupan di kota tidak hanya menurut dari sebagian penduduk urban yang memulai usahanya menjual bakso atau dagangan lainnya, melainkan ada dari mereka yang membuka warung kopi yang biasa menjadi tempat kumpul baik remaja maupun masyarakat setempat. Dari penuturannya, hasil yang di dapatkan, mereka cukup menikmati dengan hasil yang di dapatkan dari membuka usaha warung kopi. Meskipun untungnya tidak seberapa, tapi mereka tetap mensyukuri dengan hasil yang diperolehnya. Setidaknya mereka dapat membiayai anaknya melnjutkan pendidikan di kota dengan mendapatkan pengetahuan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

Banyak masyarakat yang merasa resah ketika ada kebijakan dari pemerintah yang berniat mengadakan penggusuran terhadap rumah-rumah yang berada di seberang rel kereta, namun hal itu tak membuat masyarakat gusar meskipun kebijakan itu secara tegas akan mengusir mereka secara langsung dari tempat tinggal mereka tetapi mereka tetap menempati rumah tersebut yang menjadi tempat tinggal mereka. Jika dilihat dari kondisi lingkungan, sekitar rumah penduduk memang terlihat teratur mengingat lokasi penempatannya berjejer dengan rapi. Tetapi dengan luas rumah yang sangat minim bahkan kamar yang menjadi satu set dengan dapur memungkinkan bahwa mereka hidup dengan keadaan yang sangat terbatas. Itu tak membuat mereka takut bahkan merasa sangat senang menempatinya ketimbang harus berada di pinggir jembatan yang belum tentu mendapatkan fasilitas rumah yang sederhana berada di kota. Mengenai pekerjaan masyarakat di bantaran kereta api wonokromo ini, semuanya memang banyak melakukan usaha dagang mengingat dari sekian banyak rumah yang ada di hiasi dengan gerobak dagangan, otomatis mayoritas masyarakat setempat memang menggeluti usaha dagang.

  • Akan tetapi, kehidupan masyarakat urban ini tidak jauh dengan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Masih banyak kriminalitas yang menjadi profesi mereka di lingkungan kota-kota besar. Tidak hanya di bantaran rel kereta api saja, melainkan di daerah jagir wonokromo misalnya masih banyak tindak kejahatan yang mereka lakukan. Itu semata-mata tidak member pandangan negative bagi masyarakat urban, melainkan semakin banyaknya penduduk yang melakukan migrasi ke kota maka memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat sekitar. Sebenarnya, dari pihak pemerintah sudah menertibkan bahkan melakukan sensus penduduk bagi masyarakat pendatang akan tetapi semakin meluasnya area yang mereka tempati maka membuat pemerintah melakukan sebuah kewajiban demi kenyamanan kota sendiri. Tidak hanya di bantaran rel kereta api saja yang menjadi rumah masyarakat urban, melainkan pinggir sungai yang di anggap layak oleh mereka juga menjadi tempati. Hingga timbullah slum area yang merusak ketertiban kota yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Mengingat sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada di kota Surabaya, banyak sebagian masyarakat yang mengalami angka kemiskinan dari dampak urbani ini dengan ciri-ciri Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masyarakat, yang berakibat munculnya rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan perpecahan.
  • Sehingga tidak heran Negara dengan memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di dunia memiliki masalah-masalah kemiskinan yang belum teratasi. Sebenarnya, mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, akan tetapi dengan perkembangan dunia pendidikan yang menuntut mereka di dunia kerja harus memiliki keterampilan dalam dunia bekerja maka mau tidak mau harus sesuai dengan pendidikan yang di lakukannya. Karena kebanyakan dari masyarakat urban sendiri hanya berbekal keberanian dan tidak sedikit dari mereka memiliki keterampilan dalam bidang pekerjaan yang ada di kota tempat mereka mengadu nasib. Meskipun begitu, mereka malah banyak bekerja yang tak jauh menjadi pengemis, pengamen bahkan sampai anak-anak mereka juga di ikut sertakan dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Untuk itulah bagaimana caranya masyarakat urban harus mempertahankan hidupnya meskipun harus berada di tempat pinggiran khususnya di bantaran rel kereta api wonokromo Surabaya.

Mengenai isu-isu tentang penggusuran terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran rel kereta api. Mereka semua sudah tahu tentang itu. Anehnya mereka tidak ada rasa untuk memberontak atau menolak akan kebijakan yang seperti itu. Mereka semua sadar bahwa tanah yang ditempati sekarang ini memang bukan hak mereka sepenuhnya. Kalaupun memang akan terjadi penggusuran sebagaimana isu-isu yang ada, mereka akan pergi dan akan menerimanya. Tetapi dari dalam diri masyarakat itu sendiri sebenarnya kalau ada yang mendukung untuk meminta ganti atas bangunannya, mereka mau menerima. Tetapi itupun kalau diganti rugi, kalaupun tidak diganti rugi mereka juga tidak apa-apa. Darisinilah terlihat bahwa masyarakat di bantaran rel kereta api ini hanyalah bisa menerima begitu saja tentang kebijakan-kebijakan yag seperti ini. Mereka yakin akan kebaikan mereka sendiri tanpa harus ada rasa penolakan yang hanya akan mempersulit keadaan itu.

Melihat fenomena yang ada di masyarakat Bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya yang terdiri banyak masyarakat di sekitar bantaran tersebut adalah pendatang yaitu kaum urban yang terdiri dari banyak kota yaitu dari Nganjuk, Lumajang, Gresik, Madura, Bojonegoro dan lain-lain. Banyak perbedaan alasan mengapa mereka ingin pindah dari desanya ke kota Surabaya, dinulai karena alasan tekanan ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan di desanya, adanya kecemburuan sosial dan lain sebagainya. Tetapi yang menjadi prioritas utama kenapa mereka memilih ke Surabaya karena alasan ekonomi dan ingin mencari pekerjaa di Surabaya, dengan hanya berbekal keberanian dan sedikit kemampuan untuk bekerja di Surabaya. mereka lebih memilih tinggal di bantaran rel kereta api Wonokromo karena tempat tersebut tidak terlalu mahal untuk di tempati,dengan murahnya tempat tinggal tersebut mereka memilih untuk tinggal di bantaran rel kereta api Wonokromo. Lagipula mencari rumah kontrakan yang layak untuk di tempati untuk masyarakat urban harus dipikirkan secara matang karena melihat biaya yang cukup mahal untuk satu rumah saja untuk tinggal di kota Surabaya. Selain mengenai murahnya sewa tempat tinggal di bantaran rel kereta pai, masalah biaya hidup juga sangat dikatakan efisien dan hemat. Karena untuk kebutuhan sehari-hari mereka cukup berbelanja di daerah rumah yang ada di sekitar rel kereta pai tersebut.Mungkin manfaat bagi mereka kenapa memilih untuk tinggal dan melakukan urbanisasi adalah karena ingin memperbaiki perekonomiannya, manfaat urbanisasi misalnya bisa juga dilihat dalam konteks migrasi internasional. Contohnya Malaysia, negara tetangga ini bisa merayakan ulang tahun emas kemerdekaannya dengan gagah karena pembangunannya ditopang salah satunya oleh arus migran asal Indonesia. Dan dikarenakan lapangan pekerjaan di Indonesia sendiri sangat terbatas bahkan semakin melonjaknya angka pengangguran maka sebagian penduduk melakukan urbanisasi ke Negara lain demi mendapatkan kesejahteraan hidup yang makmur. Tidak heran jika banyak para TKI sendiri lebih berminat melakukan urbanisasi ke luar Negara dengan berbagai macam iming-iming bahwa mereka akan mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang lumayan. Itulah sebabnya banyak masyarakat yag tergiur akan fenomena urban di Negara tetangga dengan angka kemakmuran yang menjamin kehidupan mereka.

Mengenai dampak negatif yang akan terjadi akaibat Urbanisasi ini bisa dihendel dengan Cara mengurangi dampak nigatif urbanisasi tersebut. Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

  • intensifikasi pertanian.
  • mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana.
  • memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan.
  • program pelaksanaan transmigrasi
  • penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah.
  • pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa.
  • pemberdayaan potensi utama desa.
  • perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah.
  •  
  • Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benar benar berorientasi pada kepentingan warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Dampak urbanisasi yang biasanya menjadi perhatian adalah masalah kemiskinan kota. Potret ini umumnya terekam melalui wajah perkotaan, dengan sudut-sudut pemukiman kumuh. Hal ini, dikarenakan sebagian besar kaum urban adalah tenaga tak terdidik yang biasanya menjadi buruh kasar dan memperoleh penghasilan minim. Akibatnya, mereka hanya mampu tinggal di kawasan kumuh dengan segala permasalahan yang di hadapinya.

Oleh karena itu banyaknya pemukiman kumuh yang ada di Bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya ini menjadi masalah bagi pemerintah kota, dan jika kalau memang ingin di gusur nasib mereka harus di perhatikan karena mereka hanya bergantung pada rumah tersebut.

Mengenai strategi pengendalian tingkat urbanisasi yaitu:

  • Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih terencana dan permanen di desa, terutama desa tertinggal, lewat menteri yang terkait.
  • Peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa sangat dibutuhkan dalam memberi prioritas pembangunan pedesaan terutama dalam pengurangan kemiskinan dan peluang penciptaan tenaga kerja.
  • Perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau membantu atau berperan dalam pembangunan pedesaan.
  • Perlunya penggalanan dana baik dari pajak, zakat dan shodakoh untuk membangkitkan peluang usaha baru.
  • Perlu ada komunikasi kota desa sehingga untuk setiap pemuda yang meninggalkan desa harus berkonteribusi dalam pembangunan desa.
  • Hindari profokasi yang berlebihan terhadap enaknya hidup di kota.
  • Perlu adanya transmigrasi apabila terjadi urbanisasi yang sangat meluap.

Isu-isu penggusuran yang akan terjadi di bantaran rel kereta api Wonokromo memang sudah sejak dulu menjadi wacana, telah banyak tau masyarakat yang tinggal di situ tetapi masyarakat hanya memandang sebelah mata karena hal tersebut hanyalah isu semata atau wacana saja maka dari itu masyarakat yang ada di sekitar bantaran rel kereta api Wonokromo menganggapnya hanya biasa dan seperti biasa melakukan aktifitasnya. Tetapi wacana sekarang memang benar-benar akan terjadi yaitu akan adanya penggusuran di bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya, dengan adanya hal tersebut masyarakat di sekitar bantaran rel kereta Wonokromo telah siap kalau memang adanya penggsuran, menurut informan yang kami teliti bahwa dia telah siap rumahnya untuk di gusur tetapi harus ada wacana yang jelas agar masyarakat bisa siap-siap dan pihak PT. Kereta api tidak menggusur seenaknya saja, dan kalau memang beneran di gusur harus ada ganti rugi yang setimpal atas penggusuran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun