Mohon tunggu...
Nur Faizah
Nur Faizah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 SANGKAPURA

Menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Brokohan di Desa Menganti-Gresik

17 Oktober 2022   19:32 Diperbarui: 17 Oktober 2022   19:57 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keanekaragaman budaya yang sangat eksotik dan mendunia. Dari sabang sampai merauke semuanya memiliki banyak kebudayaan yang khas dari daerah manapun pulau masing-masing. 

Sehingga dengan kebudayaan yang ada sangat diharuskan untuk melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh anak bangsa kita sendiri agar kebudayaan kita dipandang dan selalu ada bahwa betapa banyaknya kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. 

Seperti halnya pada upacara adat yangsudah menjadi tradisi sejak zaman nenek moyang, dari fase manusia dilahirkan, beranjak dewasa, menikah hingga meninggal dunia dan juga upacara adat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap roh-roh orang yang sudah meninggal maupun tolak bala, setiap darahpun memiliki upacara adat yang berbeda dengan daerah lainnya sehingga menjadikan kekayaan dan keberagaman budaya daerah. Hal ini tidak terlepas dari tradisi budaya yang ada di jawa timur sendiri yaitu tradisi Brokohan.

Brokohan adalah salah satu upacara adat jawa untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur dan sukacita karena kelahiran itu selamat. 

Upacara adat seperti ini merupakan warisan kebudayaan nenek moyang khususnya pada zaman Hindu-Budha, sejak masuknya islam ke jawa, tradisi ini dirubah namanya oleh Wali menjadi Brokohan yang diambil dari bahasa arab "barokah" yang berarti mengharap berkah dari Tuhan. 

Tujuannya dalah untuk keselamatan proses kelahiran dan juga untuk perlindungan terhadap bayi dan dengan harapan bayi yang lahir menjadi anak yang berprilaku baik. 

Biasanya rangkaian acara diawali dari mendhem ari-ari yang dilanjutkan dengan bagi-bagi sesajen Brokohan untuk saudara dan tetangga. Upacara Brokohan diselenggarakan pada sore hari setelah kelahiran anak dengan mengadakan selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh dukun perempuan (dukun beranak), para kerabat, dan ibu-ibu tetangga terdekat. 

Setelah kenduri selesai, para hadirin segera membawa pulang sesajian yang telah didoa'kan. Sesajian dikemas dalam besek dan encek, yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu yang dianyam.

Biasanya dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sesaji yang harus disediakan. Sesaji untuk bayi laiki-laki dan bayi perempuan tidak sama. Untuk bayi laiki-laki sesaji yang digunakan adalah ayam betina yang belum pernah kawin sedangkan untuk bayi perempuan sesajinya adalah ayam jantan yang juga belum pernah kawin. Sesajian lain baik untuk anak laki-laki dan bayi perempuan adalah jenang abro-baro, bunga raken, jenang putih, dan jenang merah putih.

Prosesi ritual selamatan ini dilakukan saat bayi berusia satu hari. Kemudian selamatan ini juga dilanjutkan dengan kenduri yang mengundang para tetangga sekitar. Untuk selamatan ini yang datang hanyalah kaum wanita saja. 

Dalam upacara selamatan, dilakukan prosesi pemotongan ayam. Proses ritual diatas adalah proses Brokohan secara umum. Namun sebenarnya perlengkapan upacara Brokohan untuk bangsawan dan rakyat biasa itu berbeda. 

Untuk golongan bangsawan, perlengkapan yang diperlukan untuk Brokohan adalah telur mentah, dawet, sayur menir, sekul ambeng, pecel dengan lauk ayam, jeroan kerbau, kembang setaman, beras dan kelapa. 

Sementara itu untuk golongan rakyat biasa, perlengkapan yang dibutuhkan saat acara Brokohan yaitu nasi ambengan yang berisi nasi dan sayur beserta lauk pauknya yaitu peyek, tempe, bihun, sambel goreng, pecel ayam, dan sayur menir.

Upacara permohonan agar bayi kelak menjadi anak yang baik dimulai dengan mengubur ari-ari, kemudian meneydiakan sesaji Brokohan yang kemudian dibagikan pada para tetangga sekitar. Brokohan yang diberikan pada tetangga biasanya telur ayam mentah, kelapa setengah buah, gula jawa setengah tangkep, dawet, bunga mawar, bunga melati, dan bunga kartil. Ibu yang baru saja melahirkan juga harus menghindari makanan pantngan yaitu sayur bersantan, telur asin, telur ikan tawar, dan sambel.

Kecamatan Menganti merupakan salah satu kecamatan yang berada di kawasan kabupaten Gresik. Kecamatan Menganti ini terdiri dari dua puluh desa. Diantaranya adalah desa Beton, Boboh, Boteng, Bringkang, Domas, Drancang, Gading Watu, Gempol Kurung, Hendrosari, Hulaan, Kepatihan, Laban, Menganti, Mojo Tengah, Pelem Watu, Pangalangan, Peranti, Putat Lor, Randu Padangan, Setro, Sidojangkung, dan Sidowungu. Dari berbagai desa yang sudah disebutkan, bahwa peneliti lebih memfokuskan penelitiannya di desa Domas. Di desa ini terdiri dari empat dusun yaitu dusun Mrico, Petal, Kedono, dan Kebondalem. Desa ini juga dikatakan desa yang berlokasi di tempat strategis dan dekat dengan jalan raya. Untuk memenuhi kebutuhan keseharian masyarakat, di tempat ini terdapat banyak orang yang berjualan di pinggir jalan raya. Mulai dari sandang, pangan, dan papan yang sudah disediakan untuk memenuhinya.

Dalam sebuah penelitian di Desa Domas, Menganti-Gresik memiliki berbagai macam jenis budaya yang salah satunya yaitu budaya Brokohan. Tradisi ini dilakukan oleh mayoritas penduduk Jawa Timur khususnya bagian barat dari daerah atau kota Surabaya. Dimana dikawasan tersebut masih menganut tradisi budaya Brokohan yang masih mengental secara turun temurun sampai sekarang. Tradisi Brokohan ini adalah selametan atau syukuran yang dilakukan oleh pasangan suami istri atas kelahiran bayinya yang selama ini diidam-idamkan. Jikalau tradisi ini tidak dilakukan maka tidak afdolnya kelahiran si cabang bayi tadi.

Brokohan ini dilaksanakan ketika si cabang bayi sudah dibawa pulang dari tempat persalinan dan biasanya juga dilakukannya pada siang hari ba'da shalat dzuhur. Secara spontan tanpa di undangpun warga sekitar akan datang ke rumah yang mengadakan acara Brokohan tersebut untuk membantu dalam proses memasaknya dan sampai pada proses penyajiannya. Orang yang menghadiri  tradisi Brokohan ini adalah tetangga yang rumahnya berdekatan dengan keluarga yang mempunyai acara hajatan tadi, khususnya bagi warga perempuan. Tradisi ini bisa dikatakan tradisi yang bersifat kejawen, dimana perpaduan (akulturasi) antara dua budaya yang dianut pada saat agama Hindu dengan ajaran agama Islam saat ini. Tujuan dari diadakannya Brokohan untuk memperkuat solidaritas masyarakat agar rasa kegotong-royongan semakin tinggi dan integrasinya juga semakin kuat. Biaya yang dipakai untuk Brokohan sekitar tiga ratus akan tetapi itu pun tergantung kepada masing-masing orang yang melakukan tradisi tersebut. Menu yang disajikan dalam tradisi ini diantaranya nasi bucet bucu (tumpeng), rempeyek, sambel oreg, ayam goreng, ikan bandeng, urap-urap, telur goreng, mie putih rebus, dan sayur kelor yang konon mempunyai khasiat untuk menghilangkan  susuk yang digunakan oleh seseorang.

Ada perbedaan dari Brokohan itu sendiri terlihat dari cara penyajiannya. Dahulu cara penyajiannya menggunakan tumpeng yang diletakkan di asahan atau lengser yang dicampur menjadi satu dengan lauk pauk maupun yang lainnya. Setelah makanan yang sudah di bacakan do'a, lalu makanan yang disajikan tadi dibagi rata sesuai jumlah warga yang datang. Sedangkan zaman sekarang penyajiannya menggunakan makanan yang dimasak para tetangga ibu-ibu berdasarkan berbagai macam makanan yang disajikan, seperti nasi, lauk pauk, sayuran, minuman, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun