Mohon tunggu...
Nur Laila
Nur Laila Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa

hobi mmbaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Mekanisme Pertahanan Diri dalam Teori Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud

12 November 2023   10:17 Diperbarui: 12 November 2023   10:36 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Sarah Nadzira (PAI 5-B)

Pada hakikatnya, manusia adalah mahluk sosial yang memerlukan manusia lain dalam menjalani hidupnya. Meskipun kadang ditemukan manusia yang memiliki prinsip akan hidup sendiri selamanya, namun tak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak dapat benar-benar dapat hidup secara mandiri (individualisme). Dalam aktivitasnya, tanpa disadari manusia tetap membutuhkan peran manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebagai mahluk sosial, tentu saja manusia harus melakukan interaksi dengan manusia lain. Manusia diharuskan mampu membangun komunikasi yang baik dengan sesama agar dapat tercipta hubungan yang baik pula antar keduanya. Dalam menjalin hubungan antar sesama, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat mendukung dan hal yang dapat merusak hubungan antar manusia. Dengan kata lain, manusia harus mengerti dan memahami kode etik dalam berinteraksi.

Sigmund Freud, adalah bapak psikoanalisis. Seorang ahli fisiologi, dokter medis, psikolog dan pemikir berpengaruh pada awal abad kedua. Lahir pada 6 Mei 1856 dan meninggal pada 23 September 1939. Ia merupakan seorang Austria keturunan Yahudi yang juga mendirikan aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.

Dalam teorinya, Sigmund Freud menjelaskan tentang bagaimana mekanisme pertahanan diri manusia. Mekanisme pertahanan diri adalah cara seseorang bereaksi untuk melindungi dirinya sendiri terhadap suatu situasi yang berdampak negatif secara emosional. Adapun yang akan dijelaskan dalam artikel ini yakni mekanisme pertahanan diri berupa intelektualisasi, rasionalisasi, isolasi, undoing, serta denial.

Intelektualisasi dapat terjadi ketika sedang menghadapi permasalahan, seseorang bisa mengabaikan semua emosi di dalam dirinya dan fokus ke hal-hal konkrit dalam realita hidup. Contohnya adalah ketika seseorangkehilangan oekerjaan, ia akan berpikir dan mencari pekerjaan yang baru tanpa berlama-lama merasa sedih akan keadaan tersebut.

Sedangkan rasionalisasi dapat terjadi ketika Rationalization seseorang berusaha membenarkan kesalahan atau perasaan bersalah dirinya dengan memunculkan sebuah gagasan atau fakta yang dibuat sendiri. Dengan begitu, seseorang akan merasa lebih nyaman dengan pilihan yang diambil walaupun ia menyadari bahwa hal tersebut tidak benar. Misalnya ketika seseorang melakukan kesalahan, ia akan mencoba mencari alasan agar ia tidak malu dan tidak merasa bersalah.

 Adapun isolasi adalah keadaan dimana individu mengalami suatu kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995). Isolasi juga dapat diartikan dengan menarik diri dari lingkungan (menyendiri).

Mekanisme selanjutnya yaitu undoing. Mekanisme yang dilakukan individu yang secara simbolis mengkompensasikan tindakan atau pikiran yang dicap buruk oleh masyarakat atau egonya sendiri. Sebagai contoh, suami yang selingkuh dan kemudian memberikan banyak hadiah untuk istrinya agar tidak diketahui.

Terakhir ada mekanisme denial (penyangkalan). Menyangkal Kenyataan merupakan tindakan menolak untuk mengakui adanya stimulus yang menjadi penyebab terjadinya rasa cemas. Jika individu menolak tentang kenyataan, maka ia akan beranggapan jika hal tersebut tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan agar bisa melindungi dirinya sendiri.

Sebagai contoh, seorang anak yang divonis menderita kanker namun saat ia bertanya pada orang tua, maka orang tuanya akan berkata jika ia hanya sedang mengalami sakit biasa yang bisa sembuh hanya dengan minum obat. Orang tua akan berusaha untuk menyangkal kenyataan yang terjadi agar tidak menyebabkan kecemasan sehingga ia akan berbohong untuk dirinya sendiri sebagai cara menghilangkan rasa takut berlebihan.

Jadi, dalam mekanisme pertahanan diri menurut teori psikoanalisis klasik Sigmund Freud, terdapat beberapa macam mekanisme pertahanan yang digunakan manusia agar ia tetap bisa melindungi dirinya dari segala sesuatu yang dianggap sebagai ancaman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun