Perkembangan zaman yang ditandai dengan luasnya media sosial dalam berkomunikasi sehari-hari ibarat  setengah diri kita ada pada media sosial. Perkembangan media sosial yang pesat bisa kita rasakan dari tahun 2020 sampai saat ini. Tidak heran jika sering kita jumpai kanal-kanal media baru yang juga mulai naik daun. Ditambah lagi kondisi dunia saat ini yang berada di tengah pandemi virus Covid-19 mengharuskan setiap orang menetap di rumah masing-masing, membatasi pertemuan, menjaga jarak antar individu, dan lain-lain.Â
Begitupula dengan aktivitas lainnya seperti, sekolah yang terpaksa di alihkan menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ), pelaku usaha khususnya UMKM membuka lapak online, juga staf perusahaan mulai bekerja dari rumah. Pasti sangat berat untuk menjalankan aturan tersebut. Namun, tindakan ini juga baik untuk kesehatan masyarakat dalam beraktivitas ditengah pandemi.
Oleh karena itu, penggunaan media sosial kini menjadikan fasilitas utama dalam melakukan berbagai bidang seperti berdagang, promosi, belanja, belajar, membuat konten, dan lain-lain. Begitupula dengan media hiburan yang sedang booming saat ini seperti, Â Instagram, Twitter, TikTok, dan Youtube. Dengan aplikasi-aplikasi tersebut, kita dapat menunjukkan passion, menarik perhatian orang lain, bertemu teman baru, menambah wawasan, berbagi wawasan, dan banyak lagi.
Namun, ada hal yang disayangkan dalam penggunaan media sosial saat ini, banyak kasus-kasus yang berawal  dari media sosial. Karena ruang publik adalah milik bersama maka, masyarakat bebas dalam mengutarakan pendapat , bahkan lupa untuk menggunaan bahasa yang baik dalam menyampaikan pendapatnya di media sosial. Akibatnya, banyak kasus pertengkaran yang terjadi. Tidak jarang terlihat maupun terdengar kata-kata yang kurang nyaman ditelinga masyarakat muncul dalam media.Â
Sejauh ini, banyak para Youtuber yang menggunakan kata kasar, mereka berasumsi bahwa, asalkan tidak menampilkan konten porno, konten yang mengandung unsur SARA, dan konten yang tidak pantas lainnya, hal itu sah-sah saja. Tidak sedikit orang menganggap kalimat kasar yang digunakan tersebut terdengar tidak sopan,  sebab  ada mereka yang lebih nyaman menyimak video dengan bahasa sehari-hari.
Dilansir dari CNN Indonesia menyebutkan bahwa, netizen RI dicap paling tidak sopan se Asia Tenggara. Dalam salah satu beritanya, netizen Indonesia ramai menyerbu kolom komentar di akun Instagram Microsoft atas hasil surver yang menyatakan bahwa warganet RI termasuk yanng paling tidak sopan. Dari ulasan tersebut dapat kita amati bahwa, kurangnya etika dalam menggunakan media yang baik.
Bagaimana membiasakan diri untuk menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi di media sosial? Membiasakan diri bisa dmulai dari hal-hal sederhana seperti, memilah berita yang tepat (bukan berita HOAX), memperhatikan tata bahasa yang tepat dalam mengungkapkan sebuah pendapat, mengetahui letak topik pembicaraan, memperhatika ejaan dan huruf yang digunakan, dan yang paling penting ialah juga bisa mengendalikan emosi diri saat berpendapat.
Dari pembahasan di atas, telah tergambar bagaimana kedaan masyarakat Indonesia dimata dunia. Oleh sebab itu, hendaknya kita harus tetap sadar dalam menggunakan bahasa di media sosial.Â
Penting untuk ditanamkan sejak dini etika-etika yang baik untuk kedepannya ketika sudah mulai terjun ke dunia publik.Â
Kebaikan publik adalah kebaikan bersama dimana, ketika media massa masuk dalam ranah sosial, maka media massa perlu diatur untuk menjamin kontribusinya terhadap kebaikan publik.Â
Begitupula dengan penggunanya, kebebasan dalam beropini perlu dijaga demi kententraman publik, merasa kesal dengan postingan media itu wajar tetapi, tetap menjaga kenyamanan publik juga sangat penting. Boleh mengkritik seseorang namun tetap gunakan bahasa yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H