Mohon tunggu...
Nur Kholik
Nur Kholik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sebagai seorang pendidik dengan spesialisasi dalam sosiologi, antropologi, dan pendidikan Islam, saya memiliki pemahaman mendalam tentang analisis fenomena sosial, budaya, dan keagamaan. Dalam kapasitas saya sebagai akademisi dan penulis, saya mendorong para pembaca dan mahasiswa untuk menjelajahi kerangka berpikir kritis dan analitis dalam memahami kompleksitas dunia kita. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan berbagai penelitian yang telah dipublikasikan, saya berfokus pada peran agama dalam membentuk identitas sosial dan implikasi sosial dari struktur kekuasaan dalam masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Musuh Terbesar Pembodohan, Bukan Kebodohan

22 November 2024   10:47 Diperbarui: 22 November 2024   11:10 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa dan dosen di Indonesia pada dasarnya tidak memiliki karakteristik bawaan yang mencerminkan ketidakmampuan intelektual. Setiap individu, baik mahasiswa maupun dosen, yang lahir dalam kondisi normal memiliki potensi luar biasa untuk berkembang menjadi pribadi yang cerdas, kritis, dan memiliki daya tawar tinggi dalam masyarakat. Namun, tantangan utama yang dihadapi bukanlah keterbatasan bawaan, melainkan adanya sistem yang secara struktural melemahkan potensi intelektual tersebut. Sistem ini, secara tidak langsung, dipertahankan oleh pihak-pihak tertentu, termasuk "pimpinan" (aktor politik) yang bekerja sama dengan kekuatan lain, demi menjaga dominasi kekuasaan serta stabilitas status quo.

Pembodohan ini berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan, terutama melalui sistem pendidikan/pembelajaran dan informasi yang dikendalikan. Proses pendidikan yang masih stagnan daripada pemahaman, sehingga kreativitas dan kemampuan berpikir kritis tersumbat. Kurikulum yang terlalu birokratis dan kebijakan pendidikan yang otoriter tidak berpihak pada pembentukan pemikiran independen merupakan bagian dari upaya ini. Informasi yang disajikan sering memanipulasi realitas dan mengalihkan perhatian publik dari masalah-masalah mendasar yang sedang terjadi.

Saya sebut ini proses pembodohan terstruktur dan sistematis.

Dengan menjaga agar mahasiswa dan dosen tetap pasif dan tidak kritis, mereka bisa terus memanfaatkan sumber daya untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka. Sebaliknya, jika ada seseorang yang cerdas dan terdidik akan menjadi ancaman bagi kekuasaan mereka karena semakin banyak orang yang sadar akan ketidakadilan, semakin kuat pula dorongan untuk melakukan perubahan sosial.

Oleh karena itu, tantangan utama dalam dunia akademik bukan sekadar ketidaktahuan, melainkan praktik sistematis yang mempertahankan kebodohan melalui pembodohan. Untuk menghadapinya, mahasiswa dan dosen harus memiliki keberanian untuk bersikap kritis, tidak hanya menerima secara pasif atau mengucapkan persetujuan dengan sekadar "nggih/setuju" dan "maturnuwun/terima kasih". Sikap merdeka dalam berpikir dan bertindak harus menjadi landasan utama, dengan mendorong budaya diskusi yang mendalam dan keberanian untuk mengajukan pertanyaan kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun