Mohon tunggu...
Nur Kholik
Nur Kholik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sebagai seorang pendidik dengan spesialisasi dalam sosiologi, antropologi, dan pendidikan Islam, saya memiliki pemahaman mendalam tentang analisis fenomena sosial, budaya, dan keagamaan. Dalam kapasitas saya sebagai akademisi dan penulis, saya mendorong para pembaca dan mahasiswa untuk menjelajahi kerangka berpikir kritis dan analitis dalam memahami kompleksitas dunia kita. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan berbagai penelitian yang telah dipublikasikan, saya berfokus pada peran agama dalam membentuk identitas sosial dan implikasi sosial dari struktur kekuasaan dalam masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mimikri Sang Kroco Akademik

23 Agustus 2024   22:27 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:46 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Potret lingkungan akademik, menunjukkan bahwa dinamika kekuasaan sering kali diwarnai oleh individu-individu yang tidak memiliki posisi struktural signifikan, namun mencoba memposisikan diri mereka sebagai penguasa. Merujuk pada teori yang di gaungkan Bourdieu, ia menjelaskan kekuasaan dalam suatu arena sosial, termasuk akademik, ditentukan oleh distribusi modal yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Modal tersebut dapat berupa modal ekonomi, budaya, sosial, maupun simbolik. Adapun seorang kroco, dalam konteks ini, umumnya memiliki modal yang terbatas. Namun, dengan mengandalkan habitus serangkaian disposisi yang terbentuk dari pengalaman masa lalu dan internalisasi norma sosial mereka dapat mencoba meniru perilaku dan gaya penguasa.

Diketahhui seorang kroco yang berlagak seperti penguasa biasanya menggunakan modal simbolik untuk mengklaim kekuasaan. Modal simbolik ini mencakup pengakuan, kredibilitas, dan legitimasi yang diperoleh bukan dari posisi formal, tetapi dari pengakuan sosial yang mungkin mereka bangun melalui manipulasi persepsi. Bourdieu menyebut sebagai "kekerasan simbolik," di mana kekuasaan dipaksakan tidak melalui paksaan fisik, tetapi melalui mekanisme simbolik yang membuat orang lain menerima klaim tersebut sebagai sah. Dalam konteks akademik, seorang kroco mungkin menunjukkan sikap superior, memanipulasi relasi sosial, atau menyebarkan narasi tertentu untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi.

Lebih jauh, dalam konsep “illusion” seorang kroco yang berlagak penguasa beroperasi dalam kerangka permainan kekuasaan seolah-olah mereka memiliki modal yang cukup. Namun, sebenarnya perilaku ini sering kali didasarkan pada “misrecognition” ketidaksadaran orang lain terhadap modal yang sebenarnya terbatas pada individu tersebut. Sebenarnya Kroco ini sedang menciptakan ilusi kekuasaan yang sering kali ditopang oleh kebingungan atau ketidaktahuan dari anggota komunitas akademik lainnya.

Tentunya, ketika seorang kroco berhasil memproyeksikan diri sebagai penguasa, ini dapat mengganggu struktur kekuasaan yang mapan di lingkungan akademik. Menurut Bourdieu ini sebagai disrupsi terhadap logika modal dan habitus yang berlaku. Namun, tanpa dukungan modal yang kuat, klaim kekuasaan ini cenderung rapuh dan rentan. Ketika ilusi tersebut terungkap, struktur kekuasaan yang sebenarnya akan muncul kembali, sering kali disertai dengan delegitimasi dan penolakan terhadap individu tersebut.

Berangkat dari fenomenologis tersebut seorang kroco yang berlagak seperti penguasa dalam lingkungan akademik adalah hasil dari kombinasi modal yang terbatas, habitus yang terinternalisasi, dan permainan simbolik yang cerdik. Namun, kekuasaan yang dibangun di atas ilusi simbolik ini tidak dapat bertahan lama. Ketika modal yang sesungguhnya tidak mendukung klaim kekuasaan tersebut, ilusi ini akan runtuh, mengungkapkan kerapuhan kekuasaan simbolik yang telah dibangun.

Bourdieu, P. (1986). “The Forms of Capital”. In J. Richardson (Ed.), Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education. Greenwood.

Bourdieu, P. (1998). Practical Reason: On the Theory of Action. Stanford University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun