Namun dihitung-hitung tidak menjadikan kami kaya, karena ada keharusan untuk tutup poin dengan membeli produknya setiap bulan.
Alih-alih saya bisa memanfaatkan dan menghasilkan lebih banyak uang, ternyata malah barang menumpuk dan tidak bermanfaat. Demikian juga dengan keharusan mengikuti seminar ini itu yang seringnya berada di luar kota. Jadi yaah sama saja saya harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit baik untuk membeli produk dan mengikuti seminarnya.
4. Saya pernah juga mencoba menekuni bisnis Warnet, sayangnya bangkrut. Ada tangan tak kelihatan yang menggerogotinya, hahhaha. Begitu naif nya saya bisa dikibuli mentah-mentah. Ada drama mengerikan disini. It's a long story to tell. Buntut cerita, akhirnya saya manfaatkan komputernya buat ngeblog dan bergabung di Kompasiana.Â
Saya juga sempat mengajak anak belajar ngeblog. Ini dia profilnya, Amri Mahardhika Dhimasanti. Kami berdua akhirnya menjadi Kompasianers. Pada awal-awal kami bergabung, kadang saya ajak Amri ikutan acara Nangkring. Saya ingat waktu itu Kompasiana mengadakan kunjungan ke Perusahaan Garuda, lupa di site (bagian) yang mana.Â
5. Saya pernah buka bisnis laundry dan dryclean serta pernak pernik lainnya, seperti: jualan voucher game online, pulsa, dan token listrik. Untuk laundry dan drycleannya, sifatnya saya sebagai agent. Jadi tidak menangani sendiri, hanya menerima orderan dan menyerahkannya kembali ke pelanggan setelah bersih dan rapi.
Saya buka jasa ini kalau tidak ada tugas mengajar, jadi sering buka tutup tergantung kesibukan. Namun kini semuanya sudah tutup dan tidak aktif lagi, setelah anak saya berangkat ke Amerika dan saya pindah lokasi. Saya justru banyak menyepi sekarang dan menangani bisnis dalam diam.Â
6. Menekuni dunia pasar modal dengan Investasi dan Trading. Yang terakhir inilah yangmasih saya tekuni  sampai sekarang. Alhamdulillah, walaupun belum menjadi seorang yang kaya raya, tapi sudah bisa memberangkatkan anak saya ke Amerika. Bagi saya ini suatu hal yang luar biasa karena bisa membahagiakan seorang anak untuk menemukan jati dirinya dan mengejar mimpi-mimpinya.
Walaupun sekarang saya belum menjadi seorang yang kaya raya seperti Warren Buffet atau Lo Kheng Hong, tapi saya merasa bahagia karena bisa melihat anak saya bahagia. Keinginan kami untuk kembali ke US, baru bisa diwujudkan setelah 10 tahun lebih berjibaku yang sudah menguras begitu banyak energi dan perasaan. Dan itu pun baru anak saya yang berangkat.
Sungguh saya sangat bersyukur dengan keberlimpahan yang kami peroleh selama ini. Suka duka silih berganti. Sekarang saya merasakan banyak kegembiraan dan keberkahan dari anugerahNya. Saya merasakan benar, "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan." Never give up on your dreams