Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Inilah Produk Perbankan yang Paling Aku Suka

13 Juli 2020   12:00 Diperbarui: 13 Juli 2020   12:04 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Produk Perbankan (doc: blog.netray.id)

Siapa sih yang tidak butuh jasa dari perbankan?? Rasanya hampir semua orang membutuhkannya, termasuk mereka yang berada di pelosok negeri diharapkan bisa memanfaatkannya. Apalagi sekarang ada program inklusi dari perbankan yang berusaha mendekati dan mencoba memberikan pelayanan kepada masyarakat secara tepat waktu, nyaman dan terjangkau.

Ada beberapa produk  perbankan yang saya kenal, diantaranya adalah tabungan,  kredit, deposito (tabungan berjangka), obligasi, sukuk, Surat Berharga Negara, asuransi, reksdana dan Rekening Dana Nasabah. Karena semua produk ini dikeluarkan oleh perbankan, maka saya yakin legal,  aman dan diakui oleh OJK, BI dan BEI. Dengan demikian Makroprudential Aman Terjaga.

Dari sejumlah produk tersebut, ada dua (2) produk perbankan yang paling saya suka, yaitu tabungan biasa dan Rekening Dana Nasabah (RDN). RDN adalah produk yang digunakan untuk bertransaksi di pasar modal, termasuk didalamnya investasi.    

Dengan dua produk inilah, saya berusaha Manfaatkan Produk Keuangan, tentunya dengan mengikuti aturan dan tetap menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Lebih-lebih ke dua produk tersebut dikeluarkan oleh perbankan, diakui oleh OJK, dan  Bursa Efek Indonesia, maka saya yakin Makroprudensial Aman Terjaga.

1. Tabungan (Biasa)

Entah sudah berapa tahun saya menjadi nasabah perbankan karena menabung. Bahkan sampai sekarang saya masih tercatat sebagai nasabah. Saya sendiri boleh dibilang sudah banking minded, karena keikutsertaan saya sebagai nasabah sejak saya masih SMA.

Jadi boleh dibilang sudah 30 tahun lebih, saya menjadi nasabah. Menariknya saya tidak pernah bosan, walaupun  status saya belum menjadi nasabah prioritas. Hmmm, apa itu nasabah prioritas? Silakan ditanyakan kepada pegawai di bank tempat Anda menabung yaa.

Saya tahu Tabungan biasa tidak menghasilkan banyak uang, kecuali dalam jumlah nominal yang besar. Disamping itu tingkat bunganya juga sangat rendah, dan masih dipotong pajak lagi. Jadi bisa dibayangkan betapa kecil uang yang bisa didapat dari produk tabungan ini.

Namun bukan itu yang saya cari. Saya membutuhkan produk ini untuk menjaga keamanan diri dan keluarga serta fleksibilitas dalam melakukan transaksi. Bayangkan kalau menyimpan uang di rumah atau dibawah bantal, apalagi dalam jumlah yang banyak. Bagi saya risikonya terlalu besar untuk ditanggung. Makanya saya tidak pernah membawa uang ke rumah dalam jumlah yang besar.

Takutnya saya malah tidak bisa tidur nyenyak karena hanya memikirkan uang. Belum lagi saya akan menjadi incaran pencuri maupun perampok kalau  mereka tahu saya menyimpan banyak uang di rumah. Waduh kok repot amat, kenyamanan dan keamanan saya tergadaikan . Bagi saya keamanan diri  dan keluarga jauh lebih penting daripada menyimpan banyak uang di rumah.

Disamping itu, Tabungan biasa adalah produk perbankan yang paling fleksibel. Dalam situasi sulit seperti sekarang ini, saya justru mengurangi pengeluaran yang tidak perlu  dengan cara mengubah atau membatalkan rencana yang tidak begitu penting, misalnya traveling.

Hal ini saya lakukan karena saya tidak tahu kapan kondisi ketidakpastian ini akan berakhir, maka saya masih perlu pegang  uang (cash). Dengan menyimpan uang yang cukup, saya bisa tetap melakukan aktivitas tanpa ada kendala. Membayar tagihan listrik, belanja untuk keperluan bulanan maupun untuk membeli paket internet agar saya bisa terus produktif.

Disamping itu, saya juga tidak perlu rush mengambil uang di ATM dalam jumlah yang besar. Apalagi memborong barang-barang untuk disimpan di rumah. Bagi saya tindakan itu tidak cerdas dan tidak bijaksana. Bahkan mungkin mubadzir, apabila tidak terpakai dan malah numpuk di gudang. Justru disaat inilah kita perlu meningkatan kepedulian akan sesama, karena mungkin orang lain membutuhkan dan distribusi logistik yang terganggu.

Karena saya sebagai nasabah biasa, jika saya mengambil semua uang pun  Makroprudensial Aman Terjaga, karena saya hanya seorang nasabah biasa yang  hanya membutuhkan jasa penyimpanan (sementara).  Tentu sewaktu-waktu uang itu akan saya ambil untuk diwujudkan dalam bentuk yang lain.

Diantaranya adalah ketika saya memerlukan  uang untuk membiayai perjalanan anak saya untuk sekolah di Amerika, maka saya terpaksa mengambil uang dari tabungan yang saya peroleh dari hasil investasi di pasar modal. Makanya dua (2) produk perbankan inilah yang paling saya sukai karena produk 1 saling berhubungan dengan produk yang ke 2.

2. Rekening Dana Nasabah (RDN), yaitu produk perbankan untuk melakukan transaksi di pasar modal

RDN  merupakan produk perbankan yang bisa digunakan untuk bertransaksi di pasar modal atau Bursa Efek Indonesia (BEI). RDN ini merupakan satu divisi yang khusus menangani dunia pasar modal yang dikelola oleh Perusahan Sekuritas. Menariknya, di produk inilah justru saya lebih aktif melakukan transaksi, seperti berbisnis dan investasi saham

Pada awalnya, uang saya simpan (sementara) di rekening tabungan,  lalu saya ambil untuk diinvestasikan. Oleh karena itu saya perlu tempat yang fleksibel dan aman. Saya khawatir kalau saya simpan semua  di rekening saham, pikiran saya menjadi tidak jernih dalam bertransaksi.  

Tujuannya agar saya tidak panik jika sewaktu-waktu saya membutuhkan uang, saya masih punya uang di tabungan. Dengan saya melakukan tindakan save more, spend less, maka saya mempunyai  uang cash yang relatif banyak. 

Bagi saya Cash is the King. Kenapa begitu?? Dengan saya mempunyai cash (persediaan uang) yang cukup, saya bisa dengan mudah untuk membeli sesuatu dan berinvestasi setiap saat. Justru disaat ketidakpastian inilah saya bisa mendapatkan barang-barang (saham-saham) bagus dengan harga murah.

Ilustrasi Cash is the King (doc:tsorkarsono.com)
Ilustrasi Cash is the King (doc:tsorkarsono.com)
Mindset saya memang dari dulu adalah berinvestasi dulu baru belanja. Bukan belanja dulu baru berinvestasi. Itu sebabnya saya  berusaha menahan diri untuk kenikmatan masa kini demi kenikmatan yang  lebih besar dan produktif dimasa depan. Hal ini karena  saya menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup.

Dan investasi yang saya pilih adalah saham. Beberapa jenis investasi lainnya adalah  deposito, reksadana, obiligasi, properti, atau emas. Karena investasi biasanya untuk jangka panjang, maka banyak yang menasehati  penuhi dulu kebutuhan sebelum mulai berinvestasi apalagi di saham.

Karena jumlah kepemilikan saya di perusahaan sebagai retail,  tentunya relatif sedikit dibanding  apabila saya sebagai bandar. Itu sebabnya kepemilikan saya di perusahaan tersebut sangat  minim, alias minoritas. Namun saya tetap bangga, walaupun sebagai pemilik saham minoritas dari sebuah perusahaan terbuka Indonesia. Apa yang saya lakukan di pasar modal, jelas membuat Makroprudensial Aman Terjaga, karena uang yang saya investasikan dipakai kembali oleh perusahaan terbuka untuk mengembangkan bisnisnya. 

Apalagi melihat kondisi pasar modal sekarang ini terasa seperti naik  roller coaster. Dunia terasa begitu menyatu dan saling berkaitan, sehingga  sulit buat kita untuk memprediksi besok bursa mau merah (turun) atau hijau (naik), walaupun sinyal itu sudah kelihatan.

Itu sebabnya disaat awal-awal pandemic bursa saham kita sempat beberapa kali mengalami crash (turun tajam)  sampai bursa dihentikan. Disaat inilah harga saham terlihat begitu murah, maka saya pun sering ambil bagian untuk belanja. Bagi saya mumpung murah harganya, maka saya ikut membeli.

Dengan demikian  saya bisa mendapatkan jumlah lembar atau lot yang lebih banyak dibanding kalau harga kembali normal (mahal lagi). Tentunya saya melakukan belanja saham ini dengan uang dingin, uang yang saya niatkan untuk berinvestasi. Jadi  tidak mengganggu kebutuhan perut atau dapur.

Memang bisnis di pasar modal high risk high return. Untuk itu, saya berusaha memahami dan mengenal apa yang saya beli investasikan. Saya pun belajar teknik berinvestasi untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan bagaimana mengelola keuangan dengan  meminimalisir risiko dan menekan kerugian.

Dengan RDN ini,  saya Manfaatkan  Produk Keuangan untuk beinvestasi dan berbisnis di pasar modal. Justru di saat pandemic inilah bisnis saya tetap jalan, karena sudah beralih ke digital atau online. Saya bisa mengerjakannya dari rumah dan tetap produktif  menghasilkan pundi-pundi keuangan yang lumayan.

Menariknya saya merasa lebih aman, karena tidak  perlu keluar rumah. Siapa sih yang tidak senang punya bisnis tetap jalan dan lancar? Betul, kata Sri Mulyani bahwa "Covid-19 membatasi interaksi, sehingga aktivitas ekonomi benar-benar terpukul. Kegiatan yang mampu pindah ke online dan digital yang bisa survive." Ungkapan ini beliau sampaikan  dalam konferensi pers virtual dengan BNPB, 30 Juni1 2020 yang lalu.

Bisnis ini juga bisa dikerjakan dimana saja selama ada jaringan internet, tidak terikat pada tempat. Bahkan jika suatu saat saya ingin menengok anak saya  yang sedang sekolah di Amerika serta jalan-jalan di sana, saya tetap bisa memonitor atau melakukan transaksi. Inilah keuntungan dari online trading, yang membuat saya bisa aktif dimana saja.  Tentunya tujuan utama saya jalan-jalan adalah pergi ke New York City,  Amerika dimana anak saya tinggal.

Manhattan, NY (docpri)
Manhattan, NY (docpri)
Grand Central, NY City (docpri)
Grand Central, NY City (docpri)
Gedung PBB di NY City (dokpri)
Gedung PBB di NY City (dokpri)
Gambar di atas bebagai contoh dimana saya bisa berbisnis sekaligus bisa jalan-jalan. Inilah buah manis dari kegiatan investasi yaitu dengan menunda keinginan saat ini demi kenikmatan yang  ebih besar dan produktif dimasa depan. Insha Allah, saya akan dan bisa menikmati hasilnya setelah saya berinvestasi. Karena bagi saya uang tidak turun dari langit, tapi harus diusahakan dan melalui proses. Bagi saya tdak ada istilah get rich quick atau proses instant untuk menjadi kaya. Semuanya harus melalui proses.

Demikian gambaran singkat kenapa saya menyukai dua (2) produk perbankan ini. Produk perbankan ke 1 tidak bisa dipisahkan dengan produk  yang kedua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun