Sejak kepulangan saya ke Indonesia sekitar tahun 2008, saya selalu menyediakan uang tunai (cash) dalam dompet. Bukan hanya untuk berjaga-jaga kalau di jalan ada apa-apa, tapi memang menjadi suatu keharusan.
Ke mana-mana saya pakai transportasi publik. Belanja ke warung tetangga maupun sekadar bersedekah kepada pengemis. Semua itu tidak bisa saya lakukan dengan penggunaan kartu, baik e-money maupun credit card.
Bahkan di Transjakarta saya sering menggunakan cash dalam melakukan pembayaran, karena sering mesin yang dipakai tidak sama dengan kartu e-money yang saya punyai.
Haruskah saya mempunyai 3 kartu e-money, hanya untuk melakukan pembayaran ongkos naik bus? Lebih baik saya memegang cash daripada saya mempunyai 3 kartu e-money. Bukankah itu merupakan penghematan dan membuat dompet saya lebih ramping dan mudah dimasukkan ke tas?
Begitu juga kalau saya belanja di supermarket, mereka pun punya kebijakan sendiri. Seringnya bank yang dipakai sebagai kerja sama tidak mengenakan biaya, sedangkan bank lainnya dikenakan biaya seperti biaya transfer.
Akhirnya kalau saya ingin belanja di tempat tersebut, tetapi saya bukan menjadi nasabah di bank tersebut, praktis saya tidak mempunyai kartu debitnya. Jalan satu-satunya, yaa saya harus menggunakan cash untuk pembayarannya.
Bagaimana dengan kartu kredit, alhamdulillah sampai sekarang belum punya kartu kredit. Entahlah saya beranggapan masih belum perlu untuk punya saat ini.
Hal ini karena saya berprinsip, belanjalah kalau saya punya uang. Kalau belum yaa ditunda dulu, karena pakai kartu pun saya tetap harus bayar. Walaupun pembayarannya bisa sedikit ditunda, tapi tetap saya harus bayar.
Tidak punya kartu kredit kok bangga? Hehehehe. Bukan itu maksud saya, mungkin saya belum perlu banget. Suatu saat saya pasti butuhlah, namanya juga manusia kan?
Terus apa kelebihannya lagi dengan menggunakan uang cash? Bukankah hal itu "menuh-menuhin" dompet kalau pakai cash?
Iya betul, kalau belanja dalam jumlah besar, ya tinggal diatur saja. Kapan saya mau belanja banyak atau dalam jumlah besar, tinggal dihitung untung ruginya atau manfaat dan kerugian. Selama ini saya terbilang orang yang cukup hati-hati dalam bertindak. Walaupun masih juga sering tertipu, karena keluguannya. Nasib... Nasib, hahahaha.