Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keep It Simple, Stupid (KISS) is my Style

8 Desember 2016   21:57 Diperbarui: 9 Desember 2016   04:41 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya pun pernah naik ke Great Wall China (dokpri)

Kesukaan saya akan jalan-jalan dimulai sejak saya duduk di bangku kuliah dan itu tidak bisa saya pungkiri. Prinsip saya ketika itu mumpung masih muda, kapan lagi kalau tidak sekarang. Jadi saya menabung yaa untuk sementara saja, habis itu uang saya pakai buat jalan-jalan atau membeli barang yang saya butuhkan. Boro-boro ketika saya muda sempat berpikir mau beli rumah atau menyisihkan uang untuk persiapan dana pensiun. Lha wong masih muda, kenapa berpikir terlalu jauh?, heheheh. Saya suka menikmati apa yang ada di depan saya saat ini,  sedangkan untuk urusan masa depan atau hari tua,  yaah saya pikir sambil jalan. Asal mau berusaha, insha Allah tetap ada jalan. Kenapa pusing dan terlalu dipikirin? Itulah saya dulu.

Maka jangan heran kalau saya sudah keliling hampir ke seluruh negara bagian Amerika dari California di ujung barat sampai ke Vermont dan New Hampshire di ujung timur. Saya pernah ke Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji, pergi ke Mesir untuk jalan-jalan. Dan tidak lupa saya pun pernah singgah di Netherlands, Jepang dan Taiwan. Dan terakhir saya pernah berada di Beijing, China selama 1 bulan. Sayangnya saya belum banyak menikmati jalan-jalan di Indonesia, kecuali saya pernah jalan-jalan ke Flores selama 3 minggu melalui jalan darat. 

Uniknya lagi, dari semua itu saya lakukan ketika saya masih single. Jadi bisa dibayangkan bagaimana orang tua saya tidak pusing melihat perilaku saya yang begitu mobile dan lincah kesana kemari. Tanpa pernah merasa takut akan masa depan yang belum jelas, pikir mereka.  

Ketika dulu saya pergi haji (doc: dokpri)
Ketika dulu saya pergi haji (doc: dokpri)
Kini sebagai orang yang mempunyai segundang aktivitas, namun masih tetap ingin jalan-jalan (traveling). Saya berharap dengan membuka wawasan dan menambah pengalaman baru, maka tidak ada jalan lain kecuali saya menyederhanakan berbagai peralatan yang akan dibawa. Namun berkualitas. Itu hal yang utama. Secara naluri, saya tidak suka mempunyai barang yang murah meriah, terutama untuk barang-barang yang bersifat elektronik atau yang memerlukan perawatan lebih. Sementara saya tidak bisa atau tidak mampu menangani sendiri. Hal ini karena seringnya saya hanya sebagai user atau pengguna akhir, maka saya pun tidak mau direpotkan oleh berbagai kemungkinan atau kerepotan yang datang nantinya. 

Saya pun pernah naik ke Great Wall China (dokpri)
Saya pun pernah naik ke Great Wall China (dokpri)
Itulah sebabnya saya suka memilih barang-barang yang mempunyai tingkat kepraktisan dan kualitas yang tinggi. Hal ini karena saya ingin barang-barang yang saya miliki awet, tahan lama dan barang atau produk yang dihasilkannya pun bagus dan berkualitas.  Makanya saya jarang membeli sesuatu (barang) hanya berdasarkan pada harga yang murah saat itu.  

Begitu juga saya jarang tergila-gila atau terbius setiap kali ada diskon besar-besaran atau bahkan obral. Beberapa kali saya dengar istilah Hari belanja online nasional (Harbolnas), dengan tawaran diskon sampai 90%, bagi saya sama sekali tidak menggiurkan dan saya jarang meliriknya. Lha wong saya sedang tidak butuh, kenapa saya mesti beli barang?. Bagi saya buat apa menumpuk barang kalau tidak dipakai. Lebih baik uangnya saya pakai untuk  membeli sesuatu yang lebih berguna nantinya.

Itulah prinsip saya terhadap barang-barang yang akan dibeli, tidak pernah keluar dari prinsip simple and stupid. Itu sebabnya Keep It Simple, Stupid (KISS) sangat cocok buat saya kapan dan dimana saja . Stupid disini yang saya maksudkan adalah saya tidak mau direpotkan oleh hal-hal yang tidak saya inginkan. Bahasa halusnya taken for granted. Otomatis saya berharap barang-barang yang saya miliki akan awet dan tidak cepet rusak atau ganti, yang berakibat rumah terasa penuh akan barang-barang yang tidak terpakai.   

Ketika saya dulu berada di Manhattan, NY (dokpri)
Ketika saya dulu berada di Manhattan, NY (dokpri)
Bagi saya mahal sedikit tidak apa-apa, kalau kualitasnya memang bagus. Namun dari semua itu, saya tetap melihat budget (dana) yang tersedia, karena saya tidak mau setelah bersenang-senang, eh pulang dari jalan-jalan pusing, karena ingat tagihan menumpuk. Itu sih numpuk beban di pundak dan mencari masalah sendiri. Kenapa beli barang kalau tidak punya uang atau tidak tahu bagaimana membayarnya nanti? Bagi saya prinsip gali lubang tutup lubang is just big no no. Kalau belum ada uang, yaa menabung atau berinvestasilah dulu, barulah bisa menikmati. Iya, tidak??

Berikut daftar barang-barang elektronik yang saya bawa sebagai teman dalam perjalanan (traveling).

1. Smartphone beserta chargernya - ini satu hal yang tidak bisa ditinggalkan untuk masa sekarang, baik untuk berkomunikasi dengan sesama, keluarga maupun untuk menghasilkan karya atau tulisan yang bisa memberikan informasi kepada orang lain dengan mengupdate status atau untuk dipublish. Dalam hal ini masalah kualitas jangan disepelekan, karena bagaimana pun suatu barang seringnya yang berkualitas, itulah yang lebih bagus. bagus.

2. Kamera mirrorless berguna untuk mengambil foto biar hasil yang diperoleh kelihatan jernih. 

3. Laptop kalau memungkinkan. Hal ini berguna untuk mengedit karya biar kelihatan lebih bagus karena lebih besar, sehingga lebih leluasa. Usahakan yang tipis, jadi tidak membebani saat bepergian (traveling)

4. Power bank berguna untuk persediaan energi, jika barang-barang elektronik yang kita pakai mendadak kehabisan baterai.  Tentunya dipenuhi lebih dahulu energi (betarainya) sebelum kita melakukan perjalanan, jadi bisa setia setiap saat dibutuhkan.

5. Tongsis untuk mengabadikan momen kebersamaan, jika tidak ada orang lain yang bisa membantu atau kita tidak ingin meminta bantuan pada orang lain, maka Tongsis merupakan senjata atau peralatan yang berguna untuk dibawa 

Hmmm rasanya itu peralatan elektronik yang akan saya bawa kemana saya mau melakukan perjalanan yang mengesankan. Saya tidak ingin berbagai momen menyenangkan hilang begitu saja tanpa ada kesan. Paling tidak saya bisa berbagi cerita dan pengalaman kepada anak dan saudara, dimana tulisan/foto atau pun update status bisa digunakan sebagai bukti dimana saya berada. 

Lebih-lebih dengan diberlakukannya UU ITE sekarang ini, berbagai informasi yang mau dihasilkan, perlu dipikirkan dengan bijaksana dan cerdas. Sekarang ini bukan saatnya lagi untuk bersifat ceroboh dengan begitu banyaknya informasi yang bersliweran di depan mata kita, terus dengan begitu mudah menyebarkannya kepada publik atau orang lain. Faktor kehati-hatian tetap diperlukan tanpa meninggalkan kesan betapa pentingnya ilmu atau informasi untuk dibagikan.

Sudah ah!. Yuk kita nikmati semua kegiatan traveling dan rasakan sensasinya. Saya yakin semua pengalaman dan wawasan baru yang diperoleh dari jalan-jalan, tidak akan ada nilainya. Walaupun mungkin kantong menjadi semakin tipis atau kering gegara uang telah banyak dipakai buat jalan-jalan. Tidak perlu disesali. Tersenyumlah dan kembali bekerja untuk mencari segenggam berlian dan merangkai masa depan.    

Have fun and happy travelling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun