[caption id="attachment_304199" align="aligncenter" width="529" caption="The 8th MarkPlus Conference 2014 (doc: Kompasiana.com)"][/caption]
Tulisan ini sekedar melengkapi oleh-oleh dari the 8th MarkPlus Conference 2014 yang diselenggarakan pada tanggal 12 Desember 2013 yang lalu di Hotel Ritz Carlton. Kebetulan saya dan Kang Tarjum berkenan hadir pada acara tersebut, sementara 3 Kompasianer yang lainnya saya tidak ketemu. Tidak jelas apakah mereka datang atau tidak pada acara tersebut, karena kami tidak ada saling kontak dengan ketiga teman Kompasianer lainnya.
Sebenarnya tulisan dari Kang Tarjum sudah komplit, apalagi ditulis dalam 2 artikel berturut-turut yang berjudul Oleh-oleh dari the MarkPlus Conference 2014 dan Hermawan Kertajaya: Indonesia 2014, Wow!. Namun disini saya akan melihatnya dari sisi lain, sehingga bisa melengkapi tulisan tersebut. Saya memang pernah aktif dan terjun langsung di lapangan dalam dunia marketing selama saya di Amerika dan juga sekarang sebagai pelaku aktif untuk suatu UKM. Akan tetapi sebagai seorang yang pernah terjun dalam dunia pendidikan, saya lebih tertarik untuk mencermati diskusi yang dibawakan oleh Robert Walcott yang judul persisnya seperti diatas, Innovations in the Paradox Era. Bob adalah seorang akademisi (Prof) dari Kellog School of Management, Northwestern University, Chicago, IL, USA.
Kebetulan saya pernah berkunjung ke Universitas ini pada saat ada acara Seminar Permias (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Amerika) dulu. Jadi sedikit tahu ketika Bob menceritakan bagaimana Chicago pada saat ini. Makanya dia menyarankan untuk tidak datang ke Chicago sekarang ini, karena suhu sedang dingin. Dan itu wajar karena Chicago memang terkenal kota angin (kota yang banyak sekali angin nya yang berasal dari hembusan danau Erie). Jadi bisa dibayangkan sudah musim salju/dingin ditambah dengan angin yang sangat kencang.
Ok, kembali pada topik diatas, Bobb dalam diskusinya mengatakan bahwa nothing is right forever and everything is possible (tak ada kebenaran atau penemuan yang abadi dan segala sesuatunya adalah mungkin). Menurut saya apa yang diomongkan oleh Robert Wolcott memang benar adanya, bahwa perkembangan teknologi yang baru akan menggantikan teknologi yang sebelumnya/lama. Persis seperti perkembangan suatu ilmu atau penemuan baru akan memperbaharuhi penemuan yang lama. Maka automatis produk lama/temuan lama akan segera ditinggalkan. Paling tidak penemuan baru akan jauh lebih canggih dari sebelumnya.
Itulah sebabnya beliau sangat mendukung munculnya inovasi-inovasi baru dari semua perusahaan agar bisa melangkah maju ke depan. Dan hanya perusahaan yang berani melakukan inovasi jangka panjanglah yang akhirnya tampil jauh dari perusahaan yang menjadi pesaingnya. Tidak heran istilah Innovate or Die, sangat tepat untuk kemajuan suatu ilmu pengetahuan dan technology ini. Tentunya inovasi jangka panjang yang dibutuhkan untuk bisa maju beberapa melangkah ke depan. Sebaliknya jika suatu perusahaan sudah/hanya puas dengan kondisi yang ada, maka tunggulah saat untuk merebut atau bahkan gulung tikar (going out of business), seperti kebanyakan perusahaan besar yang ada di Amerika. Inilah yang disebut the Success trap, kata Bob.
Mereka bangga dengan kemajuan yang sudah ada. Akhirnya lupa untuk melakukan inovasi jangka panjang yang baru dan dibutuhkan. Beliau mencontohkan, perusahaan di Amerika yang mengalami the success trap diantaranya adalah Xerox, Kodak, Kmart, IBM, Herts, Lehman Brothers dan lain-lain. Apa yang dilakukan mereka hanya sekedar pengurangan biaya dan bekerja yang lebih keras dan cepat saja. Padahal yang seharusnya dibutuhkan oleh perusahaan tersebut adalah suatu lompatan teknologi. Makanya tidak heran jika IBM adalah salah satu perusahaan yang menuju kehancuran karena bertahan pada pola-pola yang lama (8 years to come to death, because they are stuck in the old patterns)
Untuk itu, menurut beliau inovasi adalah kunci dari kemajuan suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan berani melakukan inovasi untuk jangka panjang (innovating in the long run) dan itu benar-benar berhasil, maka perusahaan tersebut akan maju beberapa langkah jauh ke depan, melebihi perusahaan lainnya yang menjadi pesaingnya. Ibaratnya perusahaan tersebut sedang menciptakan masa depan and keeping the future relevant. Walaupun dalam kenyataannya tidak ada yang bisa memrediksikan masa depan (no one can predict the future). Tapi paling tidak perusahaan tersebut sudah bisa merencanakannya apa yang bakal terjadi.
Bob juga mengatakan untuk bisa melakukan inovasi tersebut memang dibutuhkan Strategic plans yang berupa 1) tunjukkan komitmen nya; 2) Berikan dukungan yang terdiri dari real support, sumber daya (resources) dan perlindungan (protection) dan yang ke 3) berilah jalan keluarnya dan tetap berdiri dibelakang . Hal ini dilakukan karena situasi bisnis sekarang sedang bagus-bagusnya, yang ditunjukkan oleh adanya kompetisi yang sehat dalam bidang usaha/ekonomi, biaya yang bisa ditekan menjadi lebih murah karena adanya internet dan juga ekspektasi masyarakat yang sudah berubah .
Inilah sebenarnya yang menjadi tantangan bagi setiap perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi posisi kita dalam suatu perusahaan, maka yang ditanyakan adalah apa agenda yang ada untuk suatu perubahan. Karena dunia ini sudah berubah, maka yang diutamakan adalah inovasi dan tumbuh. Mungkin inovasi bisa dilakukan dengan berawal dari kebutuhan, dari nilai-nilai luhur budaya maupun dari inovasi yang berawal dari cerita-cerita, karena pada dasarnya cerita-cerita yang menarik adalah sangat relevan dalam menuju ke autentikan suatu inovasi.
Namun dari semua itu, Bob berpesan janganlah menghitung-hitung tingkat kegagalannya, tapi hitunglah biaya dari kegagalan itu. Untuk itu, buatlah portfolio dari berbagai pilihan yang ada. Karena dengan kita mempunyai kemampuan untuk melakukan inovasi berarti kita mampu mengontrol masa depan perusahaan, sebelum perusahaan lain mengontrol perusahaan kita.
Begitulah kira-kira pesan dari ceramah beliau. Bagi saya benar-benar menarik, karena ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap perushaan yang ingin maju beberapa langkah ke depan dibanding lawannya. Asalkan kita mau melakukan inovasi jangka panjang. Atau kita memilih untuk tetap bertahan seperti biasa, tapi akhirnya redup dan lenyap.
Bagaimana menurut Anda? Maaf baru sempat nulis oleh-oleh dari acara seminar the 8th MarkPLus Conference nya. Maklum mood nya datang belakangan, hehhehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H