Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mencoba Menjawab "Tantangan Hemat dari Datsun Go + Panca"

27 Desember 2014   18:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_361912" align="aligncenter" width="511" caption="Deretan mobil Datsun yang dipakai untuk Uji Tantangan Hemat(doc: pribadi)"][/caption]

Saya mungkin termasuk yang beruntung dapat ikut acara Tantangan Hemat dari Datsun Go+ Panca ini. Pasalnya saya tidak mempunyai SIM A untuk mengendarai kendaraan di Indonesia. Walaupun sebenarnya saya pernah punya SIM (Driver's License) selama 15 tahun di Amerika dan terakhir Driver's License (DL) saya adalah keluaran dari Department of Motor Vehicle (DMV) New York State. Sampai sekarang DL of NY State saya masih ada dan saya simpan dalam dompet saya, biarpun masa berlakunya sudah habis (expired).

Kenapa saya masih menyimpannya? Hmmm, ini tidak lain untuk mempermudah saya kalau saya  ingin mempunyai DL ketika saya balik ke US lagi. Jadi saya tinggal menunjukkan DL saya saja, sehingga  tidak perlu melalui test-test lagi. Itu sebagai alasan praktis saya. Dengan saya menyimpannya dalam dompet, akan memudahkan saya dalam mencarinya dibanding kalau saya menyimpannya di tempat lain, yang kemungkinan besar saya akan lupa. Maklum faktor u(sia) turut mempengaruhinya, hehehehhe.

Jadi untuk masalah pengalaman berkendaraan, sebenarnya saya tidak ada masalah. Saya juga pernah mencoba berbagai merk kendaraan dari Honda Civic (tipe Hatchback), Toyota (Camry) dan Nissan Altima. Saya sendiri memang suka mobil keluaran Jepang karena kualitasnya bagus. Harganya memang sedikit lebih mahal dibanding mobil Amerika, tapi untungnya kalau dijual kembali harganya masih tinggi. Ibaratnya, saya cuma numpang pakai dengan membeli kendaraan keluar Jepang ini.

Itulah sekelumit cerita masa lalu saya dalam dunia otomotif. Sayangnya saya tidak (belum) mempunyai kendaraan sepulang ke Indonesia, makanya saya juga tidak mempunyai  SIM A. Hingga sekarang saya masih ngeri melihat para pengemudi yang main serobot ketika mereka berkendaraan di jalanan. Ditambah lagi karena saya kurang dan tidak hafal wilayah Jakarta ini. Jadi kalau saya  mempunyai kendaraan sendiri ada semacam pemborosan, karena saya harus mempunyai supir pribadi. Akhirnya bagi saya jauh lebih baik naik kendaraan umum, dimana saya tidak perlu memikirkan ini itunya. Mungkin suatu saat ketika mobilitas saya sudah meningkat dan semakin tinggi,  saya pun ingin memilikinya.  Semua itu bisa disesuaikan tergantung kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan apalagi untuk mengejar gengsi. Iya, tidak?, heheheh

Kembali ke acara tantangan ini, menurut jadwal yang saya terima, kami sudah harus  sudah sampai di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) jam 7:00 pagi, berarti saya pagi-pagi sudah harus keluar rumah. Untung hari libur, jadi jalanan masih sepi, ketika saya berangkat. Perjalanan cukup lancar dan saya ketemu Bang Nur ketika turun dari bus TransJakarta (busway). Saya jadi ada temannya dalam perjalanan menuju Bentara Budaya Jakarta.

Tak lama kemudian kami pun sampai di tempat (BBJ). Kesan sekilas memang masih sepi karena saya tidak melihat teman Kompasianers yang mau ikut Tantangan Hemat ini. Yang terlihat ramai justru para peserta Standing Up Comedy. Ternyata dugaan saya salah. Setelah Bang Nur menanyakan ke Satpam dimana para peserta Test Drive ini berkumpul, mereka sudah banyak yang datang dan berkumpul di halaman, tinggal beberapa orang saja yang belum datang.

Diantara mereka, saya sudah banyak mengenal mereka, terutama Kompasianawati, yaitu  mbak Ngesti dan mbak Nisa, karena kami sering dipertemukan dalam suatu acara. Sedangkan untuk Kompasianer pria, saya belum kenal semua. Maklum karena anggota Kompasiana banyak banget, jadi wajarlah kalau saya tidak hafal semua. Hanya yang sering Nangkring atau temu darat saja, saya kenal seperti mas Topik Irawan, mas Rahab Ganendra, mas Harris, mas Rio, Kang Arul dan Bang Nur.

[caption id="attachment_361941" align="aligncenter" width="524" caption="Kami berfoto bersama sebelum acara Test Drive dimulai (doc: Babeh Helmi)"]

1419674684637122377
1419674684637122377
[/caption]

Yeah, akhirnya saya ketemu lagi dengan mas Rio, (mantan) Admin Kompasiana yang pernah menggawangi acara Urbanesia di Paradyse Destiny, Central Park. Setelah acara itu kami nyaris tidak pernah saling ketemu pada berbagai kegiatan. Ternyata dia memang sudah tidak  menggawangi Kompasiana lagi. Pantes saja kami jarang ketemu. Tapi dia masih aktif menulis di Kompasiana, maka kami pun ketemu lagi pada acara Tantangan Hemat dari Kompas Otomotif bersama Datsun, salah satu segmen mobil murah dan ramah lingkungan(LCGC) dari produk Nissan.

Itulah yang membuat saya tanda tanya dengan model dan nama Datsun ini pada awalnya. Saya memang pernah dengar namanya, tapi kok jarang melihat ya?. Ternyata Datsun bagaikan hadir kembali mobil tipe lama dari Nissan yang pernah ada tahun 1981. Kehadiran kembali Datsun ke Indonesia membawa 2 model, yaitu tipe city car dan MPV. Kami kebagian Datsun, tipe MPV ini, yang Indonesia dikenal Datsun Go+ Panca. Bentuknya relatif lebih besar dibanding tipe City car.

[caption id="attachment_361911" align="aligncenter" width="512" caption="Rundown dan Peta yang dibagikan oleh Panitia (doc: mas Rio)"]

14196556961594603017
14196556961594603017
[/caption]

[caption id="attachment_361918" align="aligncenter" width="514" caption="Inilah kendaraan yang kami pakai untuk Test Drive: Tantangan Hemat (dokpri)"]

14196614311657427601
14196614311657427601
[/caption]

Sebelum Test Drive dimulai, kami kumpul di depan Bentara Budaya Jakarta (BBJ) untuk sedikit menerima briefing dari panitia mengenai route mana yang perlu dilalui serta menentukan kelompok mana bagi masing-masing peserta. Kami juga dibagikan kertas yang berisi rundown dan peta perjalanan menuju Taman Budaya, Bukit Sentul  (check point1), TMII (checkpoint 2) dan BBJ lagi (check point 3). Kami akhirnya kebagian no3 dengan anggota mas Topik, mas Rio dan mas Fajar.

Dua peserta dalam team kami, yaitu mas Rio dan mas Topik sudah tidak asing lagi, karena kami pernah ketemu darat. Tapi dengan mas Fajar rasanya saya baru kemarin ketemu.  Walaupun kami sudah saling bertegur sapa lewat dunia maya Kompasiana, makanya ketika saya share ID twitter saya, dia bilang " oh, saya kenal dengan foto ini, rasanya profile saya sudah tidak asing lagi", hahahaha.

Karena saya dan mas Topik Irawan tidak mempunyai SIM A, maka status kami berdua sebagai penumpang. Sedangkan mas Rio dan mas Fajar yang berjuang di garda depan dalam menjawab Tantangan Hemat ini. Selama dalam perjalanan menuju Bukit Sentul, kami mencoba berdiskusi kelebihan dan kekurangan dari Datsun Go + Panca ini. Tentunya dengan kondisi fisiknya, karena untuk uji Tantangan Hemat erat kaitannya dengan bagaimana kita mengendarai dan apa saja yang dilakukan selama dalam berkendaraan (perjalanan).

Keluhan pertama dari mas Rio adalah mengenai power steering yang tidak ada, sehingga untuk menggerakkan steer nya terasa berat. Keluhan kedua, mobil MPV ini terlalu kecil untuk mereka yang mempunyai postur tubuh yang tinggi. Kebetulan mas Rio, karena postur tubuhnya memang tinggi. Jadi dia merasakan sekali ketidaknyamanan itu. Lain halnya dengan saya yang relatif kecil dan mungil, maka body dari Datsun Go+Panca tidak menjadi masalah. Namun kendaraan ini terasa sempit kalau dipakai untuk keluarga besar, apalagi kalau masing-masing penumpang mempunyai berat badan yang besar dan lumayan berat, maka kendaraan ini terasa sempit dan penuh. Memang tipe Datsun Go+ Panca ini mirip seperti sedan, bukan sejenis MPV yang sering kita dengar selama ini.

Untuk AC sudah cukup dingin, tapi kalau terlalu lama menggunakan AC akan mempengaruhi pemakaian bensin (bahan bakar) juga. Kondisi ini menjadi dilema juga kalau kita harus membuka kaca jendela atau  menggunakan AC alam. Apalagi dengan banyaknya debu atau udara kotor di jalanan.  Untuk itu pemakaian AC perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Cuma masalahnya untuk uji tantangan, sekecil apapun bedanya akan mempengaruhi penilaian.

Kemudian untuk pemakaian bensin, jelas akan berbeda perjalanan di jalan tol dan wilayah kota yang banyak kendaraan dan bisa membuat kemacetan serta banyaknya lampu merah. Hal ini disebabkan kalau kita jalan didalam kota, pasti sebentar-bentar harus menginjak rem atau berhenti karena lampu merah. Bisa saja tidak harus mengerem, kalau kita menyetir nya relatif stabil (smooth) dan tidak membuat kejutan, dengan cara mendadak ngerem atau berhenti.

Inilah sebenarnya tantangan dalam menggunakan kendaraan sejenis LCGC. Walaupun direncanakan sebagai kendaraan hemat bahan bakar yang bisa dipakai untuk dalam kota. Tapi seberapa hematnya, itu dipengaruhi juga oleh cara kita berkendaraan. Maka tuntutan dari mobil LCGC ini adalah perlunya menyiasati dan mengetahui trik dalam berkendaraan, sehingga tujuan dari penghematan bahan bakar bisa tercapai. Belum lagi kalau kita dihadapkan oleh naiknya harga bahan bakar, mau tidak mau strategi penghematan dalam berkendaran tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan kata lain, suatu keharusan untuk diketahui dan dipraktekkan kalau kita memang mau menghemat bahan bakar.

Hal lain yang menjadi perhatian dari group kami adalah kendaraan MPV ini terlihat kecil, apalagi untuk jumlah kami yang berlima (5) orang. Memang di bagian belakang bisa digunakan sebagai tambahan untuk tempat duduk, tapi terlihat begitu sempit. Akhirnya bagian belakang tidak dipakai, dan kami bertiga duduk di jok kedua. Terasa sempit memang, sehingga kami tidak bisa bebas bergerak.

Keluhan fisik lainnya adalah dari mas Fajar yang berusaha mencari colokan untuk power banknya. Lama dia mencari-cari belum ketemu juga. Akhirnya ketika giliran dia sebagai driver, baru dia coba dicolokkan di depan. Saya tidak tahu apakah itu satu-satunya tempat untuk mencolokkan?.

Alhamdulillah perjalanan sekitar 2 jam ke Taman Budaya, Bukit Sentul tercapai juga dengan selamat dan tidak nyasar. Hal ini karena didukung oleh jalanan yang relatif lancar dan tidak macet.  Saya tidak tahu apakah ini karena weekend atau/dan masih pagi? atau  kondisi perjalanan yang memang rutin demikian?  Bahkan group kami masuk dalam urutan nomer 2. Lega juga rasanya tantangan menuju check point pertama bisa diselesaikan dengan baik.

Sambil menunggu groups atau peserta lain datang, kami istirahat sebentar di Bukit Sentul sebelum melanjutkan perjalanan ke check point ke 2, di TMII.  Setelah semuanya sampai, panitia menantang kami untuk menyusun puzzle. Sayangnya hanya untuk memperebutkan 1 kejuaraan dalam tantangan ini, maka berapa pun beda menitnya untuk kelompok (groups) lain tidak bisa masuk dalam kategori menang. Begitulah yang terjadi dengan group kami yang masuk dalam nominasi no 2 dengan beda kurang lebih 30 detik. Usul buat panitia, lain kali jangan hanya 1 kejuaraan,biar yang lain ikut juga merasakan kgembiraan. Iya nggak???, hahahha.

[caption id="attachment_361909" align="aligncenter" width="466" caption="Peserta Uji Tantangan Hemat dari Datsun (doc: mas Rio)"]

14196555561779577621
14196555561779577621
[/caption]

[caption id="attachment_361919" align="aligncenter" width="471" caption="Foto bersama sebelum kami meninggalkan Bukit Sentul (doc: mbak Ngesti)"]

141966160636573155
141966160636573155
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun