[caption id="attachment_361911" align="aligncenter" width="512" caption="Rundown dan Peta yang dibagikan oleh Panitia (doc: mas Rio)"]
[caption id="attachment_361918" align="aligncenter" width="514" caption="Inilah kendaraan yang kami pakai untuk Test Drive: Tantangan Hemat (dokpri)"]
Sebelum Test Drive dimulai, kami kumpul di depan Bentara Budaya Jakarta (BBJ) untuk sedikit menerima briefing dari panitia mengenai route mana yang perlu dilalui serta menentukan kelompok mana bagi masing-masing peserta. Kami juga dibagikan kertas yang berisi rundown dan peta perjalanan menuju Taman Budaya, Bukit Sentul (check point1), TMII (checkpoint 2) dan BBJ lagi (check point 3). Kami akhirnya kebagian no3 dengan anggota mas Topik, mas Rio dan mas Fajar.
Dua peserta dalam team kami, yaitu mas Rio dan mas Topik sudah tidak asing lagi, karena kami pernah ketemu darat. Tapi dengan mas Fajar rasanya saya baru kemarin ketemu. Walaupun kami sudah saling bertegur sapa lewat dunia maya Kompasiana, makanya ketika saya share ID twitter saya, dia bilang " oh, saya kenal dengan foto ini, rasanya profile saya sudah tidak asing lagi", hahahaha.
Karena saya dan mas Topik Irawan tidak mempunyai SIM A, maka status kami berdua sebagai penumpang. Sedangkan mas Rio dan mas Fajar yang berjuang di garda depan dalam menjawab Tantangan Hemat ini. Selama dalam perjalanan menuju Bukit Sentul, kami mencoba berdiskusi kelebihan dan kekurangan dari Datsun Go + Panca ini. Tentunya dengan kondisi fisiknya, karena untuk uji Tantangan Hemat erat kaitannya dengan bagaimana kita mengendarai dan apa saja yang dilakukan selama dalam berkendaraan (perjalanan).
Keluhan pertama dari mas Rio adalah mengenai power steering yang tidak ada, sehingga untuk menggerakkan steer nya terasa berat. Keluhan kedua, mobil MPV ini terlalu kecil untuk mereka yang mempunyai postur tubuh yang tinggi. Kebetulan mas Rio, karena postur tubuhnya memang tinggi. Jadi dia merasakan sekali ketidaknyamanan itu. Lain halnya dengan saya yang relatif kecil dan mungil, maka body dari Datsun Go+Panca tidak menjadi masalah. Namun kendaraan ini terasa sempit kalau dipakai untuk keluarga besar, apalagi kalau masing-masing penumpang mempunyai berat badan yang besar dan lumayan berat, maka kendaraan ini terasa sempit dan penuh. Memang tipe Datsun Go+ Panca ini mirip seperti sedan, bukan sejenis MPV yang sering kita dengar selama ini.
Untuk AC sudah cukup dingin, tapi kalau terlalu lama menggunakan AC akan mempengaruhi pemakaian bensin (bahan bakar) juga. Kondisi ini menjadi dilema juga kalau kita harus membuka kaca jendela atau menggunakan AC alam. Apalagi dengan banyaknya debu atau udara kotor di jalanan. Untuk itu pemakaian AC perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Cuma masalahnya untuk uji tantangan, sekecil apapun bedanya akan mempengaruhi penilaian.
Kemudian untuk pemakaian bensin, jelas akan berbeda perjalanan di jalan tol dan wilayah kota yang banyak kendaraan dan bisa membuat kemacetan serta banyaknya lampu merah. Hal ini disebabkan kalau kita jalan didalam kota, pasti sebentar-bentar harus menginjak rem atau berhenti karena lampu merah. Bisa saja tidak harus mengerem, kalau kita menyetir nya relatif stabil (smooth) dan tidak membuat kejutan, dengan cara mendadak ngerem atau berhenti.
Inilah sebenarnya tantangan dalam menggunakan kendaraan sejenis LCGC. Walaupun direncanakan sebagai kendaraan hemat bahan bakar yang bisa dipakai untuk dalam kota. Tapi seberapa hematnya, itu dipengaruhi juga oleh cara kita berkendaraan. Maka tuntutan dari mobil LCGC ini adalah perlunya menyiasati dan mengetahui trik dalam berkendaraan, sehingga tujuan dari penghematan bahan bakar bisa tercapai. Belum lagi kalau kita dihadapkan oleh naiknya harga bahan bakar, mau tidak mau strategi penghematan dalam berkendaran tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan kata lain, suatu keharusan untuk diketahui dan dipraktekkan kalau kita memang mau menghemat bahan bakar.
Hal lain yang menjadi perhatian dari group kami adalah kendaraan MPV ini terlihat kecil, apalagi untuk jumlah kami yang berlima (5) orang. Memang di bagian belakang bisa digunakan sebagai tambahan untuk tempat duduk, tapi terlihat begitu sempit. Akhirnya bagian belakang tidak dipakai, dan kami bertiga duduk di jok kedua. Terasa sempit memang, sehingga kami tidak bisa bebas bergerak.
Keluhan fisik lainnya adalah dari mas Fajar yang berusaha mencari colokan untuk power banknya. Lama dia mencari-cari belum ketemu juga. Akhirnya ketika giliran dia sebagai driver, baru dia coba dicolokkan di depan. Saya tidak tahu apakah itu satu-satunya tempat untuk mencolokkan?.