Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Indonesia Malas Jalan Kaki?

16 Februari 2014   04:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312182" align="aligncenter" width="509" caption="Manfaat jalan Kaki (doc: menjadibijak.blogspot.com)"][/caption]

Saya tidak tahu apakah kesimpulan ini benar atau salah.  Tapi dugaan saya sementara, memang menjurus ke arah yang benar. Maklum sebagai orang yang sudah terbiasa jalan kaki, maka saya berusaha jalan untuk suatu jarak yang masih wajar. Apalagi kalau pergi di pagi hari. Rasanya sayang kalau tidak dimanfaatkan waktunya untuk sekalian berolah raga. Bagi saya menyediakan waktu khusus untuk berolahraga, kadang sulit. Hal ini disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus diberesin.

Untungnya, saya selalu mendorong anak saya untuk berolah raga dan dia seringnya mau melakukannya. Bagi saya olah raga merupakan hal yang penting buat anak saya, karena saya tahu bagaimana dia sehari-harinya yang selalu duduk di depan komputer. Makanya saya dukung dia untuk berolahraga di luar.

Kembali kepada kesimpulan saya diatas, ada dua kejadian yang membuat saya benar-benar terpana. Pertama, saat saya mengantar anak saya, Amri untuk mengikuti turnamen catur di Blu Mal, Bekasi. Saya sudah menanyakan bagaimana caranya saya bisa kesana. Termasuk juga saya menanyakan kepada penumpang lain dalam perjalanan kami kesana. Salah seorang ibu menyarankan  untuk turun disini, habis itu naik angkot lagi untuk bisa sampai ke tujuan.

Okailah saya ikutin saja saran ibu tadi, karena memang saya memasuki daerah baru dan belum pernah kesana. Anak saya sudah melihat Blu Mal sewaktu turun dari bus, tapi saya tidak dengar apa yang dia ucapkan. Akhirnya saya ikutin saja pesan ibu tadi. Kami berdua naik angkot untuk sampai ke tujuan yang kami kehendaki.

Ternyata kami baru saja duduk belum ada 5 menit, Blu Mal sudah kelihatan. Sontak kami kaget, "ha! kami sudah harus turun lagi." Lha dekatnya jarak yang harus saya tempuh, kenapa si ibu menyarankan untuk naik angkot?. Kami duduk saja masih belum nyaman, alias baru saja naik dan menempatkan diri. Eh sudah harus turun lagi. Kalau saya tahu, tentu kami males kalau harus naik angkot, dengan catatan saya lebih baik jalan kaki saja. Karena waktunya masih pagi jam 8:00 an dan tentunya Blu Mall pun belum buka. Paling-paling tidak lebih dari 15 menit kami jalan, sudah sampai tujuan.

Sambil jalan menuju mal saya cuma sedikit mbantin. Sudah begitu maleskah orang kita untuk sekadar jalan kaki? Apakah kita sudah menganggap enteng dan remeh kegiatan jalan kaki itu dan menyerahkannya ke ojek, atau angkot/mikrolet?

Terus terang saya setiap hari memaksakan diri keluar rumah untuk sekedar jalan kaki, dengan mencari-cari apa yang bisa saya lakukan sekalian saya keluar. Walau hanya sekadar membeli sesuatu di warung, beli sayuran atau pun ke ATM ketika saya pulang dari jalan kaki. Tapi itu saya lakukan setiap hari.

Kejadian lainnya (kedua) boleh dikatakan masih relatif baru yaitu saat saya pergi ke Kuningan City Mal, awal bulan ini. Saya sempat terkaget juga karena saya sudah jalan dari halte Busway menuju ke mal nya. Sebelum keluar dari halte, saya tanyakan ke petugas busway dimana Kuningan City Mal itu. Saya disarankan untul jalan keluar halte, terus nanti naik angkot no ini di bawah jembatan itu.

Saya pun mengiyakan apa yang petugas sarankan. Saya keluar dari halte dan terus jalan untuk mencari angkutan umum yang membawa saya ke Mal. Sampai di jembatan, saya tanya lagi ke seorang Bapak yang lewat. "Pak kalau saya mau ke mal naik angkutannya dimana?, tanya saya. "Ohh disana," jawab si Bapak tadi . "Emang masih jauh mal nya, ya Pak? tanya saya untuk meyakinkan. Bapak itu kemudian menjawabnya, "Iya jauh, kalau jalan kaki. Naik  angkot saja."

Dalam perjalanan naik angkot, saya sambil lihat kanan kiri, jangan sampai nanti kelewatan. Ah! bener juga belum ada lima menit saya duduk sudah kelihatan Kuningan City Mal. Bahkan saya naiknya sampai ke Ambasador Mal, yang berarti saya harus balik lagi jalan, karena sudah kelewatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun