Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tren Baru Makan Tidak Bayar?

28 Maret 2014   03:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Membaca berita beberapa hari yang lalu ada seorang pejabat yang lupa bayar makanannya. Tadi pagi tetangga juga ngomel-ngomel karena ada orang makan bakso sampai beberapa mangkok. Tapi tidak bayar. Alasan si pembeli katanya "mau ambil uang dulu di ATM." Dikiranya mungkin jauh, jadi dipakai buat alasan.  Lha penjual bakso merasa seperti dibohongin. Mau makan kok tidak dicek dulu isi dompetnya. Akhirnya si penjual bilang, "itu ada mesin ATM di depan." Kebetulan Indomaret dan Alfamart ada di dekatnya. Namun pembeli ngeloyor saja pergi dan tidak bayar. Boro-boro mau balik lagi setelah dari ATM. Katanya ini sudah yang ke dua kalinya dengan pembeli yang berbeda.

Ada-ada saja. Berbagai cara dipakai untuk menipu. Tidak peduli bagaimana cara yang mereka lakukan, yang penting dapat. Kenapa yaa?, budaya penipuan sudah meraja lela. Kalau pejabat, keluhannya bisa langsung membuat berita. Kalau orang kecil, paling-paling ngomel-ngomel sendiri. Si penjual bilang, "kalau minta saja, malah saya kasih daripada sudah makan  banyak dan pesen ini itu. Baru bilang mau ambil uang." Khan lucu? Ada juga mungkin yang benar-benar balik lagi dan bayar. Dikiranya uangnya cukup untuk makan, ternyata setelah dicek uangnya nggak ada.

Seperti kebiasaan sebenarnya kalau ada pembeli makan bakso dan mie ayam di tukang bakso dan makan di warteg tetangga kami, mereka makan dulu sampai kenyang. Baru kemudian ditotal berapa jumlah yang harus bayar. Tentunya tetangga kami beranggapan, semua yang makan di tempat, pasti akan bayar. Ternyata sudah beberapa kali, pembeli tidak bayar apa yang sudah mereka makan. Jadi ngomelnya tentu belakangan, setelah mereka pergi. Begitulah resiko dari UKM, ada saja yang mau memanfaatkan.

Lain kalau kita makan di restaurant, bayar dulu apa yang dipesan. Baru boleh makan. Itu jauh lebih baik untuk mengantisipasi penipuan.  Walaupun ada juga restaurant yang menyuruh kita bayar belakangan. Tapi resiko nya mungkin tidak separah yang UKM, karena pembeli yang mau makan di restaurant cukup besar, pasti punya cukup uang. Walaupun mungkin bayarnya pakai kartu kredit atau debit card. Tapi dua kartu itu seringnya ada di dompet. Atau sekarang yang lagi gencar bisa saja pembeli menggunakan  e-cash dan Rekening Ponsel. Karena hampir semua orang sekarang pegang cell phone.Yang penting uang sudah ada disana, membuat kita bebas untuk belanja.

Trend apa lagi yang mau dipakai untuk melakukan penipuan??? Kita sendiri yang harus selalu waspada dengan berbagai gempuran, daripada kita terkena dan menyesal di kemudian hari.

Saya sendiri  juga sudah sering kena tipu. Ah! memang pahit, tapi mau diapakan lagi. Paling kita berusaha untuk mengambil hikmahnya dan mengikhlaskan apa yang telah hilang. Semoga mendapat ganti yang lebih banyak suatu saat nanti. Betul nggak? Just move on and keep going.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun