Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gegara Kesulitan Mencari Uang Receh, Celengan di Rumah Menjadi Sasaran

18 Agustus 2014   01:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_338521" align="aligncenter" width="391" caption="Coin Saving Jar (doc: www.aliexpress.com)"][/caption]

Sebagai UKM kecil yang bergerak dalam jasa retail, saya setia mengumpulkan pundi-pundi dari jumlah uang receh dengan nominal yang terkecil sampai uang kertas yang berwarna merah. Namun resikonya saya harus menyiapkan uang pengembalian, apabila jasa yang mereka butuhkan lebih kecil dari uang yang mereka bayarkan.

Untuk melakukan pengembalian ini, pada awalnya saya berusaha mencari uang kecil dari tetangga kanan kiri dengan penuh harap mereka punya. Sekali dua kali memang bisa saya peroleh tanpa saya harus membeli barang yang mereka jual. Tapi lama kelamaan saya malu juga, jika hanya mencari pengembalian secara gratis. Maka dicarilah cara dengan membeli sesuatu, agar saya dapat memberikan pengembalian terutama untuk uang receh dengan nominal Rp 1000 dan Rp 500,-.

Saya benar-benar kesulitan untuk mencarinya. Sementara saya tidak mau mempunyai hutang untuk setiap pengembalian kepada mereka. Bagi saya meminta uang untuk disedekahkan atau didonasikan ke Panti Asuhan bukan pada tempatnya. Akhirnya jalan yang saya tempuh adalah dengan membongkar celengan saya di rumah. Ups! dengan terpaksa, karena hal itu yang bisa saya lakukan. Awalnya saya coba ambil beberapa koin dari celengan setiap harinya untuk membayar uang pengembalian.

Namun karena rasa penasaran berapa uang yang ada dalam celengan itu, akhirnya saya coba ambil semua. Kebetulan isi dalam celengan itu, khusus untuk koin yang Rp 1000 an. Jadi saya bisa dengan mudah  menghitungnya, tinggal menambahkan 3 angka nol (0) dibelakangnya.

Ternyata lumayan sekali  jumlah uang yang berada di dalamnya. Tanpa terasa sudah mencapai 595 koin. Bagi saya suatu prestasi yang menggembirakan, karena celengan tersebut belum genap 1 tahun usianya. Kira-kira baru 9 bulan anlah. Kalau pun saya menabung Rp 1000 per hari, paling-paling hanya mencapai Rp 365 ribu. Tapi yang ada di celengan itu sudah jauh melebihi dari jatah One day one thousand, heheheheh.

Alhamdulillah bisa menambah simpanan yang ada di bank.  Caranya, sebagian uang koin itu saya pakai untuk pengembalian. Begitu juga saya sempat tukarkan beberapa ratus koin ke toko tetangga, biar mereka bisa memeroleh kemanfaatan dari keberadaan uang koin tersebut. Kami yakin, sekarang ini sudah sangat sulit mencari uang recehan dengan nominal 1000 an ke bawah. Sebaliknya kalau mau mencari uang yang lebih besar, justru banyak sekali dan bersliweran dimana-mana.

Makanya saya kadang heran, kenapa banyak toko memasang harga yang tidak ada nominalnya seperti  memasang harga Rp 8760? Bagaimana si pemilik toko akan memberikan pengembalian dengan harga tersebut? Itu yang seharusnya yang perlu dipikirkan. Jangan memasang harga hanya untuk menarik pembeli saja? Akhirnya pelanggan terkecoh dengan harga yang murah. Tapi saatnya pemilik toko harus memberi uang kembalian tidak ada. Lantas sisa pengembalian akhirnya dibulatkan. Kalau masih juga belum ada uang untuk pengembaliannya, uang itu dialihkan ke permen atau untuk didonasikan pada salah satu program CSR perusahaan tersebut.

Bagi saya itu lucu dan sepertinya ini merupakan akal-akalan si pemilik toko. Kenapa tidak dibulatkan saja, baik kebawah maupun ke atas agar pembeli pun mudah dalam melakukan pembayaran? Kayaknya di China atau pun di US semua harga yang mereka pasang, ada uang pengembaliannya. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan pengembalian sekecil apapun nominalnya.

Untuk mengantisipasi ketidakpastian, saya juga sudah mulai menabung lagi untuk periode berikutnya. Saya tidak tahu berapa lama untuk bisa mencapai jumlah yang sama. Bisa cepet dan bisa juga lambat, karena hal itu tergantung pada pelanggan dalam melakukan pembayaran dengan koin 1 ribuan atau dari pengembalian uang belanjaan. Uang tersebut nantinya akan saya pakai untuk membeli sapi seperti yang saya tulis dalam resolusi 2014. Hmmm, masih jauh memang untuk mencapai harga sapi yang diperjualbelikan sekarang. Namun semua itu tidak mengurangi rencana saya untuk melakukan niatan untuk penyembelihan korban. Semoga ada rezeki berlimpah datang yang tidak saya sangka-sangka, aamiin.

Bagaimana kawan? Sekedar share pengalaman bagaimana sulitnya untuk mendapatkan uang receh yang saya perlukan. Mungkinkah ini pertanda bahwa masyarakat kita sudah semakin kaya dan meningkat penghasilannya? Semoga saja hal itu yang terjadi, saya pun ikut senang dan semoga saja saya bisa ikut kecipratan dan  menikmatinya, aamin.

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69

Salam Kemerdekaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun