Mohon tunggu...
Nunung Sulistyowati
Nunung Sulistyowati Mohon Tunggu... -

Saya seorang Pengajar di salah satu sekolah anak-anak autis swasta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Budaya Indonesia Kini Kian Pudar

23 Mei 2013   06:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:09 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moderenisasi, kemajuan teknologi, dan peradaban, memang akan selalu berjalan dan berkembang seiring waktu dan kemajuan jaman. Akan tetapi haruskah generasi muda bangsa ini melupakan budayanya sendiri? Sudah menjadi penomena sehari-hari, generasi muda kita lebih banyak yang merasa gengsi untuk membahas budaya negrinya sendiri. Misalnya; ketika seorang anak yang berasal dari sebuah daerah kemudian tinggal di salah satu kota besar. Lalu ia bertemu teman lama dari daerahnya, dia seolah merasa enggan untuk berbicara dengan bahasa daerahnya.

Tetapi ketika membicarakan trend remaja masa kini, seperti membicarakan gaya rambut ala sebuah negri yang terkenal itu tuhh...., atau membicarakan lagu-lagu barat yang sedang populer, membahas gaya pakaian terbaru artis luar yang sedang menjadi favorite. Seolah mereka begitu bersemangat. Namun tatkala ada pembahasan mengenai lagu daerahnya sendiri, membicarakan tradisi asli indonesia, membahas makanan daerah, seolah menganggap kuno, merasa ketinggalan jaman, bahkan  merasa malu. Seperti membicarakan lagu daerah, makanan khas daerah, atau kesenian daerah.

Disatu sisi, teramat disayangkan sekali. Ternyata kemajuan teknologi dan pesatnya peradaban serta kecanggihan jaman. Yang hampir semuanya masuk ke era digital. Lambat laun semakin mengikis budaya anak negri ini. Sampai-sampai membicarakan bahasa, kesenian, atau dari mana aslinya ia berasal saja sepertinya merasa gengsi dan malu. Ini sangat menyedihkan sekali, seorang anak bangsa yang malu untuk membanggakan budaya negrinya sendiri. Padahal mereka tidak dilahirkan di Amerika, Jepang, Korea atau di negri lainnya. Mereka asli dilahirkan di negeri ini, di Indonesia tercinta. Dimana para pahlawan mati-matian memperjuangkannya supaya generasinya kelak bisa lahir dan menikmati kebebasan seperti sekarang ini.

Tapi kenapa, generasi muda negeri ini seolah lebih membanggakan budaya asing. Hampir di setiap segi. Haruskan seperti itu? Tidak semua memang. Tapi berapa persen yang termasuk sangat atau lebih mencintai budayanya sendiri. Dimanakah identitas diri? Orang manakah kita? dilahirkan dimanakah kita?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun