Mohon tunggu...
nunung cheers
nunung cheers Mohon Tunggu... -

student, barbie dolls, secondhand serenade, dan brown, the bourne series, harry potter movie and book series, duffy, http://www.youtube.com/user/TheNunkz19

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arsitektur (Indonesia): Egoisme si Perancang Ataukah Wujud Kefitrahan Manusia?

22 Desember 2010   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Arsitektur? Bangunan megah. Canggih. Sophisticated. 'Nyleneh'. Desain yang mengusung pesan egoisme si arsitek. Biar langsung 'eye catching', cepat dikenal orang, pokoknya "gw banget" lah menurut si perancang. Menonjolkan kecirikhasan dan kepintaran si perancang meramu material dan knowledge-nya menjadi sebuah desain.

Pernahkah sedikit saja kita merenungkan peran yang hakiki dari seorang arsitek? Dalam konteks ini saya fokuskan pada arsitek-arsitek Indonesia, yang menorehkan jejak desainnya di tanah Indonesia.

Haruskah semua keilmuan dan pengetahuan yang dimiliki menjadikannya sosok-sosok individualis penuh keegoisan dan ke"aku"an di balik sebuah desain (yang menurutnya) spektakuler bagi negri ini?

Apakah peran arsitek di tengah kehidupan Ibu Pertiwi yang penuh carut marut ini?

Kemanakah arsitektur Indonesia membawa dunia Merah Putih dari masa ke masa? Apakah menuju modernisasi tanpa nurani dengan mengusung gaya-gaya arsitektural asing sebagai parameter sukses atau tidaknya suatu desain atau pembangunan?

Pernahkah seorang arsitek merenungi makna suatu desain? Untuk siapakah dia mendesain suatu lingkungan terbangun? Apakah untuk kepuasan diri dan egonya, atau untuk manusia yang akan menghuni dan beraktifitas di dalamnya?

Sudut pandang "aku" atau "masyarakat" dan "alam" yang digunakannya dalam memulai proses desain?

Sadarkah mereka, bahwasanya suatu desain yang akan ditorehkan di tanah pertiwi ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat dan alam?

Dan bahwa arsitektur bukanlah sebagai bangunan tunggal yang buta dan tuli terhadap lingkungan sekitar. Arsitektur adalah suatu kesatuan kompleks dengan lingkungan sekitar, dengan manusia yang menghuninya, dengan masyarakat yang berinteraksi dan bermukim di dalam dan sekitarnya, dengan alam (saya berbicara tentang udara, air dan tanah, dan biota-biota yang hidup di dalamnya), dan tentunya dengan Yang Maha Mendesain.

Pandangan picik arsitektur yang berorientasi hasil dan uang telah mengaburkan semua itu.

Dan idealisme-idealisme arsitek-arsitek muda dengan segala keegoisan dan ke-western-an yang ditonjolkan dengan bangga di setiap detail desainnya.

Apakah ada yang salah dengan modernisasi dan teori-teori asing?

Tidak. Tentu saja tidak. Hanya saja tidak dapat begitu saja "dicomot" dan dipindahkan ke Indonesia. Jika itu yang terjadi (seperti selama ini), maka itulah yang salah.

Indonesia mempunyai keunikan dan kecanggihan lokal yang tidak dapat disaingi oleh segala tetek-bengek-western yang dielu-elukan oleh mayoritas arsitek kita.

Teori? Indonesia punya banyak sekali pakar-pakar teori arsitektur dan filosof2 hebat yang nilai-nilai dan pandangannya sesuai dengan kondisi masyarakat dan bumi Indonesia. Sebut saja Ringgowarsito, Romo Mangun, Ir. Soekarno dan segudang master-master hebat dalam negri yang dengan piciknya tlah banyak dilupakan dan diremehkan oleh anak-anak negri ini. Yang lebih mengagungkan teori dan pandangan barat. Yang tentu saja tidak semuanya sesuai dengan kepribadian dan kondisi bangsa ini.

Teknologi? Indonesia begitu kaya dengan teknologi-teknologi lokal yang sangat hebat dan membumi. Masyarakat kita telah menemukan berbagai kearifan lokal untuk menyelaraskan arsitektur dengan alam dan kebudayaan setempat yang hidup di masyarakat. Ya, saya berbicara tentang arsitektur tradisional.

Arsitektur tradisional kita yang begitu menawan (saya benar-benar kagum dengan kepintaran nenek moyang kita di masing-masing daerah tentang berbagai teknologi lokal dan filosofi yang terkandung di dalamnya) telah begitu saja dilupakan oleh para arsitek-arsitek kita yang (menurut mereka) hebat dan berpendidikan.

Arsitektur tradisional dianggap sebagai "arsitektur murahan" dan "tidak berkelas". Begitu piciknya pola pikir dan pandangan anak bangsa! Apakah ini yang disebut penjajahan ideologi? Ideologi barat telah "mencuci otak" arsitek-arsitek kita, baik dari sisi akademis maupun praktis.

Masuk akal jika outcomes yang muncul dari para arsitek Indonesia sebagian besar justru merusak bumi pertiwi.

Desain-desain yang tidak memihak kepada masyarakat dan alam, tetapi kepada kepentingan segelintir investor atau kalangan eksklusif yang selalu berujung pada uang.

Kerusakan-kerusakan alam menjadi buah dari kerakusan mereka. Ketamakan mengeroposi tanah air dengan egoisme dan ke"uang"an. Ironis sekali memang.

Arsitek-arsitek yang budiman, Indonesia menanti uluran tangan dan torehan penamu.

Kembalikan Ibu pertiwi kepada fitrahnya. Untuk melindungi dan menaungi bangsa ini. Dan kembalikan fitrah manusia sebagai pemimpin di muka bumi pertiwi. Bukan sebagai perusak.

Semoga bisa mengetuk hati dan pandangan para arsitek Merah Putih.

Dan Selamat Hari Ibu untuk Ibu pertiwi kita tercinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun