Apakah ada yang salah dengan modernisasi dan teori-teori asing?
Tidak. Tentu saja tidak. Hanya saja tidak dapat begitu saja "dicomot" dan dipindahkan ke Indonesia. Jika itu yang terjadi (seperti selama ini), maka itulah yang salah.
Indonesia mempunyai keunikan dan kecanggihan lokal yang tidak dapat disaingi oleh segala tetek-bengek-western yang dielu-elukan oleh mayoritas arsitek kita.
Teori? Indonesia punya banyak sekali pakar-pakar teori arsitektur dan filosof2 hebat yang nilai-nilai dan pandangannya sesuai dengan kondisi masyarakat dan bumi Indonesia. Sebut saja Ringgowarsito, Romo Mangun, Ir. Soekarno dan segudang master-master hebat dalam negri yang dengan piciknya tlah banyak dilupakan dan diremehkan oleh anak-anak negri ini. Yang lebih mengagungkan teori dan pandangan barat. Yang tentu saja tidak semuanya sesuai dengan kepribadian dan kondisi bangsa ini.
Teknologi? Indonesia begitu kaya dengan teknologi-teknologi lokal yang sangat hebat dan membumi. Masyarakat kita telah menemukan berbagai kearifan lokal untuk menyelaraskan arsitektur dengan alam dan kebudayaan setempat yang hidup di masyarakat. Ya, saya berbicara tentang arsitektur tradisional.
Arsitektur tradisional kita yang begitu menawan (saya benar-benar kagum dengan kepintaran nenek moyang kita di masing-masing daerah tentang berbagai teknologi lokal dan filosofi yang terkandung di dalamnya) telah begitu saja dilupakan oleh para arsitek-arsitek kita yang (menurut mereka) hebat dan berpendidikan.
Arsitektur tradisional dianggap sebagai "arsitektur murahan" dan "tidak berkelas". Begitu piciknya pola pikir dan pandangan anak bangsa! Apakah ini yang disebut penjajahan ideologi? Ideologi barat telah "mencuci otak" arsitek-arsitek kita, baik dari sisi akademis maupun praktis.
Masuk akal jika outcomes yang muncul dari para arsitek Indonesia sebagian besar justru merusak bumi pertiwi.
Desain-desain yang tidak memihak kepada masyarakat dan alam, tetapi kepada kepentingan segelintir investor atau kalangan eksklusif yang selalu berujung pada uang.
Kerusakan-kerusakan alam menjadi buah dari kerakusan mereka. Ketamakan mengeroposi tanah air dengan egoisme dan ke"uang"an. Ironis sekali memang.
Arsitek-arsitek yang budiman, Indonesia menanti uluran tangan dan torehan penamu.