Teringat lima tahun silam, ketika putraku baru menginjak usia yang ke-3. Dia sudah sangat tertarik dengan layang-layang. Entah apa yang membuatnya sangat menikmati layangan, yang pasti aku harus rela menemaninya pergi ke lapangan depan sekolah negeri di belakang rumah. Yang namanya main layangan, pastinya lebih banyak anak laki-laki yang main. Otomatis aku adalah perempuan paling cantik di antara kerumunan anak-anak kecil itu.
Yang namanya anak usia 3 tahun, pastinya belum bisa nerbangin layangan. Akhirnya, aku lah yang harus bolak-balik pegangin layangan dan dia berusaha untuk menerbangkannya. Hasilnya? Jangan ditanya deh. Banyakan gak terbangnya ketimbang melayangnya! Ya, tapi demi anak, sebete apapun, tetap aja harus nemenin main.
Itu dulu, lima tahun yang silam. Sekarang? Aku baru lihat siang ini ternyata putraku sudah pandai bermain layang-layang. Sudah sering dengar sih dari kakak saya kalau sekarang dia sudah bisa menerbangkan layang-layang. Tapi belum pernah lihat langsung. Nah, baru tadi lah aku berkesempatan melihatnya. Dan rasanya? Bangga dan senang. Setelah perjuangan 5 tahun bermain layangan, sampai kulit berubah gelap dan kusam, akhirnya bisa juga.
Kadang sempat kesal juga sih, setiap hati harus mengeluarkan uang demi layangan. Tetapi, setelah lihat bahwa putra saya menikmatinya, uang menjadi tidak ternilai lagi. Kapan lagi kita memberikan kesempatan kepada putra kita untuk menikmati masa kecilnya? Dengan bermain bola, bermain layang-layang, bersepeda, memanjat pohon, atau apapun yang anak-anak kita lakukan, itu merupakan pengalaman berharga dan menjadi satu proses belajar yang sangat krusial di masa kanak-kanak mereka.
Tentu kita harus tetap memberikan arahan dan perhatia kepada mereka, agar aktivitas bermain mereka tidak lalu melukai atau membahayakan diri mereka. Kita tidak boleh bosan mengingatkan mereka untuk berhati-hati, misalnya tidak bermain layangan di pinggir jalan raya, tidak bermain terlalu jauh, tetap meminta ijin ketika hendak pergi bermain, dan tetap mengontrol seberapa sering mereka bermain.
Percayalah, bahwa bermain merupakan proses dan pengalaman hidup yang sangat berharga. Dalam permainan, ada ilmu di sana, ada saling menghargai, muncul kerja sama, timbul perasaan bersaing sehat, belajar menerima kekalahan dan kegagalan. Intinya, berikan waktu dan dukungan terhadap aktivitas bermain anak-anak kita. Tidak perlulah kita melarang mereka pergi bermain ke sana kemari, karena itu akan membatasi ruang gerak anak kita, sementara mereka butuh mengembangakn kemapuan otak mereka untuk berpikir, kemampuan verbal mereka untuk berkomunikasi dengan teman sepermainan, kemampuan interpersonal mereka untuk saling berinteraksi dengan orang lain, dan mengembangakan kemampuan motorik halus dan kasar mereka.
Semoga anak-anak kita menjadi anak yang tidak kehilangan masa kecil mereka yang indah dan penuh canda dan tawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H