Mohon tunggu...
Nunung Nuraida
Nunung Nuraida Mohon Tunggu... profesional -

teacher, English, novel, x-files, Rayhan \r\n\r\nhttp://nunungnuraida.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Jogja, Masih Menjadi Pilihan Utama

23 April 2012   14:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah, ditinggal selama tiga hari, kangen juga sama kompasiana. Berhubung ada wisata sekolah ke Jawa Tengah dan Jogjakarta, terpaksa deh vakum menulis selama tiga hari. Maunya sih tetap bawa netbook dan menulis selama perjalanan. Namun, berhubung perjalanannya menggunakan bis dan jauh, terpaksa deh niat bawa netbook dibatalkan. Khawatirnya malah ga kepegang. Dan benar saja, liburan kali ini super duper padat jadual dan jauh lebih lama di dalam bis dibandingkan on land.

Pilihan wisata Jogjakarta ini bukan tanpa alasan. Sebelum menentukan pilihan Jogja, pihak sekolah memberikan semacam angket sederhana berisi tiga tujuan wisata yang diinginkan oleh siswa kelas XII beserta dana yang harus dikeluarkan untuk masing-masing tujuan wisata tersebut. Dari hasil angket, ternyata Jogjakarta masih menjadi pilihan utama sekitar 75% siswa. Maklumlah, bagi siswa-siswi warga Bekasi dan sekitarnya berwisata ke daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta memang masih menjadi harapan mereka. Apalagi yang bukan berasal dari daerah Jawa Tengah dan sekitarnya yang notabene belum pernah ke daerah sana. Pasti mereka ingin merasakan keindahan kota jogja dan dunia belanja di Malioboro.

Berangkat tepat pukul dua siang menggunakan dua buah bis besar dan satu buah bis kecil, perjalanan kami diiringi hujan yang cukup deras. Padahal sebelumnya cuaca sangat terik. Sepertinya Allah meridhoi perjalanan kami dengan memberikan kesejukan di luar bis. Beristirahat untuk makan siang di daerah Indramayu, kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Masjid Agung Jawa Tengah yang berlokasi di Semarang tepat pukul dua pagi.

Subhanallah, Masjid Agung Jateng memang semegah yang diceritakan orang-orang dan seindah yang digambarkan di internet. Walaupun kami datang dini hari, keindahan nya tetap terlihat. Sayangnya kami tidak bisa menikmati indahnya payung yang bisa terbentang seperti halnya yang ada di Masjid Nabawi. Kami pun tidak bisa menaiki menara masjid karena hari masih sangat pagi. Tapi tak apalah, bisa sholat malam disana saja rasanya sudah nikmat sekali. Dilanjutkan dengan sarapan dan foto-foto, kami pun off dari masjid menuju Ambawara dengan tujuan museum kereta api.

Sayangnya, sesampai di sana, kami tidak memasuki museum karena sedang dalam proses renovasi. Ternyata ada sedikit kekeliruan dengan informasi yang kami dapat. Dengan sedikit kecewa, kami pun berangkat ke objek wisata sleanjutnya, yaitu Candi Prambanan.

Butuh waktu kurang lebih dua setengah jam untuk sampai di Candi Prambanan. Tepat pukul 11.30 kami tiba di Prambanan. Setibanya di sana kami disambut dengan teriknya sinar matahari. Payung, topi dan kaca mata hitam pun mewarnai tubuh-tubuh kami. Dengan tiket seharga 12.500 per kepala (setelah mendapat diskon darai harga tiket asli seharga 30.000), kami memasuki objek wisata. Di sekitar lokasi candi, panas tetap menyertai kami. Namun, kami pun tetap bersemangat mengambil gambar. Puas jepret sana sini, kami pun diminta berkumpul di arena permainan untuk menikmati makan siang sambil berteduh dari teriknya mentari.

Puas di Candi Prambanan, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel Galuh, yang letaknya sekitar 500 meter saja dari Candi Prambanan. Hotel nya cukup nyaman dan tersedia pula water boom hingga anak-anak pun tak melewatkan kesempatan untuk berenang dan bermain air. Karena waktu cukup singkat, kami pun kembali berkumpul pukul 16.30 untuk pergi menuju Malioboro.

Adzan maghrib pun menandai kehadiran kami di alun-alun kota Jogjakarta. Sebelum kami menyebar dan menikmati malam di Malioboro, kami pun sholat di Masjid Gede Kraton atau yang bisa disebut dengan Masjid Kauman. Karena lokasi dari masjid ke Malioboro cukup jauh, kami pun naik becak. Untuk becak wisata, tarifnya seharga 5000 rupiah saja, asalkan kami minta diantarkan ke tempat belanja tujuan kami dan pasti membelinya. Saya pribadi menyewa becak wisata itu untuk membeli bakpia pathok, penganan khas kota Jogja dan seolah-olah menjadi oleh-oleh wajib jika kita bertandang ke kota Jogja. Dengan harga berkisar antar 22000 sampai 25000, penganan ini laris manis diserbu pembeli yang sebagian besar wisatawan lokal. Saya pun minta diantarkan ke toko Dagadu, namun ternyata diantarkan ke toko Central. Sepertinya Central ini menjadi merk saingan dari Dagadu. Dengan harga selisih sekitar 10000 sampai 15000, kualitasnya lumayan bagus dan kelebihannya ada di penyediaan kaos berlengan panjang yang tidak tersedia di Dagadu.

Terakhir, tujuan saya adalah toko batik. Walaupun saya tidak pandai menawar, akhirnya saya mendapat dua buah batik dewasa seharga 110000 saja. Lumayan lah tidak terlalu melebihi budget yang disediakan hanya 10000. Karena tujuan sudah tercapai, saya pun kembali ke bis. Di sana sudah ada beberapa guru yang selesai berbelanja juga. Kami pun tinggal menunggu kembalinya anak-anak dari hasil hunting oleh-olehnya di Malioboro. Namun, satu yang terlewatkan oleh saya, yaitu makan di angkringan. Tapi tak apalah, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, saatnya kami kembali ke hotel. Sesampai di hotel pukul 23.00 malam. Seemua orang sudah kelelahan dan langsung menuju kamar masing-masing untuk istirahat.

Esok paginya, kami pun bersiap packing untuk check out dari hotel sekitar pukul 07.30 pagi. Sebelumnya kami pun sempat sarapan bersama dengan menu yang alhamdulillah sesuai selera lidah. Tepat pukul 08.00 kami berangkat dan menuju objek wisata Candi Borobudur yang merupakan puncak dari acara wisata kami sekaligus penutup dari rangkaian acara tour kali ini. Walaupun panas mentari lebih menyengat dibandingkan di Prambanan, tetapi tidak menyurutkan niat kami untuk naik hingga ke puncak candi. Sebelum menuju candi, kami diminta mengenakan kain batik sebagai usaha pengelola objek wisata untuk memperkenalkan batik dan melestarikannya dengan selalu memakai batik di lokasi candi Borobudur.

Ajang perjalanan ini tidak pernah dilewatkan dengan berfoto ria. Momen-momen indah pun kami abadaikan dengan kamera-kamera yang dibawa oleh beberapa orang. Semakin matahari meninggi, kami pun turun dan mencari makan siang di sekitar candi yang dilanjutkan dengan kembali ke bisa sambil melihat-lihat penjual souvenir yang ada di kiri dan kanan jalan menuju parkiran bis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun