Mohon tunggu...
Nunuk Cita
Nunuk Cita Mohon Tunggu... -

pembelajar dan menyukai fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Rose RTC] Cintai Aku dengan Sederhana

15 September 2016   23:32 Diperbarui: 16 September 2016   00:22 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya." Jawabku singkat dan datar.

"Wah, kode keras nih. Hahaha ....Nanti deh, kita belanja ke Pasar. Sekalian jemput anak-anak terus langsung makan siang di depot kesukaanmu. Gimana?" Katanya, sambil memijit hidungku pelan.

Wajahku langsung berbinar. Sebenarnya, 15 September adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Tapi dia selalu tidak pernah mengingatnya. Meski begitu, selama ini aku tetap bahagia.
Akan kuberi dia kado kejutan seperti tahun-tahun sebelumnya, sepulang dari makan siang nanti.

Aku sangat memaklumi jika dia tidak pernah ingat satu pun tanggal dan bulan bersejarah di keluarga kecil kami. Karena banyaknya pekerjaan yang menyita hampir seluruh tenaga dan pikirannya.
Bagi kami, yang terpenting adalah cintanya yang teramat besar untukku dan anak-anak.
Kesan romantis memang jauh dari dirinya. Tapi, cinta sederhana yang dimilikinya tulus dari hati dan itu lebih dari segalanya.

Biarlah setiap bulan September, aku yang akan selalu memberinya kejutan. Bagiku, cinta yang dia berikan setiap detik pada kami sangat berharga. Lebih dari perayaan apa pun. Menerima segala kelebihan dan kekurangan adalah prinsip awal pernikahan kami.

Terdengar pintu diketuk keras sekali. Aku meloncat dari sofa, tergopoh-gopoh membukakan pintu. Pasti sudah sangat lama dia mengetuk pintu. Wajahnya terlihat lelah dan kesal. Belum sempat mulutku berkata-kata, meski sekedar kata maaf. Dia sudah mengomel panjang. Tentang betapa lelah dia di luar mengetuk pintu dan aku yang tidak pengertian karena jatuh tertidur tanpa mempertimbangkan jika suami pulang ... bla ... bla ... bla.

Ya Allah, ternyata semua yang indah-indah tadi, hanya mimpi. Terpaksa kudengarkan saja omelan darinya. Karena aku salah, tidak meletakkan kunci cadangan di bawah pot bunga saat kantuk menyerang tanpa ampun. Lalu aku tidak mendengar apa-apa lagi, sampai pagi menjelang. Rupanya aku tertidur pulas di sofa. Kini aku mungkin lebih siap mendengarkan semua omelannya yang pasti lebih panjang dari semalam.

Mojokerto, 15 September 2016

karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC

[caption caption="Sumber: rumpies the club.doc"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun