Selain berwisata, di sini kita juga bisa belanja, untuk mensupport semangat para perajin. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau untuk ukuran kain batik yang tulis. Saya sempat bertanya kepada seorang perajin, harga kain batik tulis berkisar antara dua ratus hingga lima ratus ribu rupiah.
Dapat menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan, kampung wisata ini, pas juga program untuk studi tour anak sekolah atau mahasiswa, juga orang-orang yang yang menyukai batik, fashion, filosofi dan sejarah.
2. Kampung Pulo Geulis
Beranjak dari Kampung Batik Cibuluh, tujuan kami berikutnya adalah ke Kampung Pulo Geulis. Kampung ini berada di daerah Jl. Riau, kota Bogor.
Untuk masuk ke dalam kampung Pulo Geulis, kami harus menyeberang jembatan kampung yang terbentang di atas sungai ciliwung yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan pengguna kendaraan roda dua.
Kampung Pulo Geulis adalah sebuah kampung berada di tengah, membelah sungai ciliwung, hingga jika dilihat jadi seperti sebuah pulau di atas sungai.
Nama pulo geulis sendiri diambil dari Bahasa sunda, pulo yang berarti pulau dan geulis yang berarti cantik, jadi kampung pulo geulis artinya kampung pulau cantik
Kampung Pulo Geulis dihuni oleh lebih dari dua ribu penduduk, dengan luas 3,5 hektar, makanya tidak heran kalau kampung ini terasa padat dan rapat. Terdiri dari berbagai macam suku dan daerah, secara umum penghuni kampung ini didominasi orang sunda dan tionghoa. Karena keunikannya inilah kampung ini kemudian dikembangkan menjadi kampung etnik sebagai tempat wisata.
Selain itu, kelebihan kampung ini adalah terdapatnya situs peninggalan sejarah yaitu Klenteng Phanko Bio, tempat untuk bersembahyang warga keturunan tionghoa.
Memasuki kampung pulo geulis, kami tiba di klenteng Phanko dan disambut oleh penampilan barongsai yang atraktif, lalu kemudian bertemu dengan bapak Chandra selaku pimpinan klenteng Phanko, Bapak Hamzah ketua RW dan dua anak muda warga kampung Pulo Geulis yang menggerakkan pengembangan pariwisata kreatif kampung etnik pulo geulis.
Klenteng Phanko Bio termasuk dalam kuil tertua di nusantara, lokasi klenteng ini berdiri sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan Pajajaran, ditandai dengan batu-batu besar di dalam klenteng, konon di sini tempat peristirahat Prabu Siliwangi, juga menjadi tempat petilasan para penyebar agama islam zaman dahulu.