Mohon tunggu...
Nuno Yusuf
Nuno Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

penikmat sastra, bola, dan kopi tanpa gula

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "Perfect Strangers" Indonesia 2022

31 Desember 2022   11:30 Diperbarui: 31 Desember 2022   11:38 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Film

Judul                     : Perfect Strangers

Sutradara            : Rako Prijanto

Skenario              : Alim Sudio

Studio                   : Falcon Pictures

Pemain                 : Vino G. Bastian, Darius Sinathrya. Adipati Dolken, Denny Sumargo, Clara Bernadeth, Nadine Alexandra, Jessica Mila, Dannia Salsabilla

Durasi                   : 126 menit

Ponsel telah menjadi semacam black box yang sangat penting bagi manusia karena semua riwayat percakapan dan file yang tidak penting hingga sangat rahasia tersimpan di dalamnya atau dengan kata lain, ponsel membuat manusia memiliki tiga macam kehidupan yaitu kehidupan publik, pribadi, dan rahasia.

Tiga macam kehidupan yang tersimpan di dalam ponsel itu memengaruhi manusia memerlukan keamanan yang terjamin seperti mengunci ponsel dengan kata sandi, atau lebih gila dengan sensor mata, yang tidak sembarang orang boleh mengetahuinya.

Kita bisa melihat pengaruh itu bekerja melalui tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang dialami dalam film Perfect Strangers. Ada dua tokoh yang membangun narasi tidak sembarang orang berhak punya akses untuk membuka dan mengetahui isi ponsel, yaitu Enrico (Darius Sinathrya) dan Tomo (Vino G. Bastian).

Enrico diciptakan sebagai tokoh yang memahami boundaries dan sangat menghormati privasi orang lain, tidak terkecuali privasi anaknya, Bella (Dannia Salsabilla), sedangkan Tomo diciptakan sebagai tokoh yang mendukung Enrico membangun narasi itu ketika terjadi ledakan-ledakan akibat permainan Buka Isi Ponsel yang diusulkan Eva (Nadine Alexandra), istri Enrico, setelah menyantap menu appetizer atau pembuka.

Enrico dan Eva mengadakan makan malam sebagai bentuk syukuran atas rumah baru mereka. Mereka mengundang kelima sahabatnya, yaitu Tomo, Anjas (Denny Sumargo) dan Keisha (Jessica Mila), Wisnu (Adipati Dolken) dan Imelda (Clara Bernadeth), di rumah baru mereka.

Suasana makan malam itu meriah dan hangat sampai ide permainan Eva terwujud yaitu ketujuh orang di meja makan itu mengetahui setiap notifikasi di ponsel masing-masing yang telah dikumpulkan di tengah meja makan.

Ledakan pertama terjadi pada pasangan suami-istri Anjas dan Keisha akibat notifikasi pesan seks dan telepon rayuan seorang perempuan dengan nomor yang tidak disimpan di ponsel Anjas.

Sebelum melihat ledakan berikutnya, kita diperlihatkan ketakutan Wisnu yang menyimpan rapat-rapat kehidupan rahasia di ponsel dari istrinya, Imelda, lalu ledakan terjadi secara bergilir dan tidak ada satu tokoh pun yang bisa menghindari ledakan dari notifikasi ponsel sehingga kekacauan atau bahkan layak disebut sebagai kehancuran pun terjadi di meja makan, malam itu.

Tidak ada satu tokoh pun yang bisa menghindari ledakan dari notifikasi ponsel karena permainan Buka Isi Ponsel berjalan mengikuti notifikasi masuk di ponsel yang mungkin berakhir ketika menu dessert atau penutup habis, tetapi konflik cerita memuncak atau ledakan-ledakan dari notifikasi dialami semua tokoh sebelum sampai pada menu penutup.

Masalah atau bahkan aib setiap orang di meja makan itu terkuak satu per satu, seperti masalah perselingkuhan, investasi bodong, serta orientasi dan fantasi seks. Konflik dalam film ini semakin seru karena masalah ketujuh tokoh di meja makan itu berkaitan antara satu tokoh dan tokoh lain secara langsung hingga memengaruhi tokoh-tokoh lain secara tidak langsung seperti masalah orientasi seks Tomo dan perselingkuhan Anjas.

Saya sangat menikmati ledakan-ledakan yang terjadi dalam film ini karena terlihat seperti kembang api; sumbu terbakar habis, ledakan kecil muncul, kemudian ledakan besar pecah di langit. Ledakan besar indah dalam Perfect Strangers bagi saya adalah Keisha memutar cincin di meja makan setelah merias diri di toilet, lalu berjalan meninggalkannya begitu saja secara elegan.

Narasi yang coba dibangun Enrico dan didukung oleh Tomo menang karena peristiwa atau kehancuran pada acara makan malam di rumah Enrico dan Eva menunjukkan bahwa setiap orang perlu kesiapan menghadapi risiko akibat isi ponsel atau kehidupan rahasia di dalamnya terkuak.

Saya menyukai dan puas dengan akhir demikian, kehancuran yang menyadarkan atau memenangkan narasi yang dibangun lewat Enrico.

Perasaan kaget, haru, hingga kagum pada adegan Keisha memutuskan untuk memutar cincin di meja makan dan berjalan meninggalkannya secara elegan mendadak berubah gemas dengan kejutan lain setelahnya. Saya memberi nilai 7 dari 10 untuk Perfect Strangers versi Indonesia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun