Mohon tunggu...
nunk
nunk Mohon Tunggu... Arsitek - arsitek birokrat

arsitek birokrat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salatiga Bukan Kota Radiator Spring

19 Juni 2017   10:11 Diperbarui: 20 Juni 2017   22:41 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Radiator Spring dalam film The Cars. (Sumber gambar: www.pcmode.org)

Dengan adanya tol atau tidak adanya tol, Salatiga tetap ramai dikunjungi warga hinterland, seperti Beringin, Dadap Ayam, Suruh, Tengaran, Getasan, dan Tuntang yang membutuhkan pelayanan dalam berbagai sektor, seperti perdagangan jasa, pendidikan, dan kesehatan. Kegiatan perekonomian terus bergerak dimulai dari pasar pagi pedagang-pedagang sayur dari Getasan dan Kopeng sudah berdatangan sebelum subuh ke Salatiga. Pusat-pusat perbelanjaan dipenuhi warga dari sekitar Salatiga untuk berbelanja, sementara sekolah-sekolah di Salatiga menjadi tujuan menuntut ilmu, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Demikian pula mereka mendapat pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas kesehatan di Salatiga. 

Kota Salatiga harusnya tetap optimis menyambut tol. Memang kota kecil ini tidak memiliki potensi alam yang berlimpah, namun kota ini telah mengambil peran sebagai kota perdagangan dan jasa yang melayani tidak hanya warga Kota Salatiga, tetapi juga wilayah sekitarnya. Lihatlah Singapora, kota kecil yang tidak memiliki sumber daya alam tapi mengatur perdagangan di Asia, bahkan dunia. Di sektor pariwisata, Salatiga ke depan sebaiknya mengembangkan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), pertumbuhan hotel di Salatiga yang terus meningkat dapat didukung untuk mengembangkan MICE di Salatiga. 

Setelah Tol Semarang - Solo beroperasi, akses dari Bandara A. Yani Semarang maupun Adi Soemarmo Solo dapat dicapai dengan mudah dan cepat. Salatiga dengan adanya jalan tol akan semakin berperan mendukung kota-kota besar di Jawa Tengah seperti Semarang dan Solo. Penyediaan hunian bagi warga Semarang dan Solo dapat dipenuhi di Salatiga, kota yang relatif masih sejuk dan kota paling toleran di Indonesia, merupakan kota yang layak untuk dihuni dan dapat diakses hanya dalam satu jam dari Semarang maupun Solo. Julukan sebagai Indonesia mini membuktikan Salatiga sangat kondusif dan harmonis. Pendidikan yang berkualitas di Salatiga menjadi magnet bagi pencari ilmu, tidak hanya warga Salatiga dan sekitarnya, tetapi juga kota-kota di seluruh Indonesia.

Namun, Kota Salatiga jangan sampai terlena. Apa yang telah dimiliki oleh kota ini dan rencana-rencana yang akan datang jangan sampai melupakan aspek lingkungan hidup. Pembangunan jalan tol ini telah mengorbankan ratusan hektar lahan pertanian, baik sawah maupun tegalan. Jangan sampai tol dan tuntutan investasi tidak mengindahkan pembangunan berkelanjutan dan merusak keindahan alamnya.

Hilangkan ketakutan Salatiga akan mati. Salatiga bukan Radiator Spring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun