Namun, dalam sistem feodal yang berlaku, ia bukan istri dalam arti sebenarnya, melainkan hanya "istri simpanan" yang dapat dicampakkan kapan saja.
Awalnya, Gadis Pantai merasa terhormat mendapatkan perhatian dari seorang bangsawan, tetapi kebahagiaannya tak berlangsung lama. Ia dipaksa tunduk pada aturan istana yang ketat dan kehilangan kebebasannya.
Setelah melahirkan seorang anak, ia justru diusir tanpa belas kasihan karena tidak lagi dibutuhkan oleh sang Bendoro.
Dengan hati hancur dan tangan kosong, ia kembali ke desanya, menyadari bahwa perempuan miskin sepertinya hanyalah alat dalam sistem sosial yang tidak berpihak pada mereka.
Pesan yang Disampaikan: Perlawanan terhadap Ketidakadilan
Pramoedya melalui novel ini ingin menunjukkan bagaimana feodalisme telah menindas perempuan dan merampas hak-hak mereka. Sistem sosial yang tidak adil ini membuat perempuan diperlakukan sebagai barang, bukan manusia yang memiliki kehendak bebas.
Namun, dalam penderitaannya, Gadis Pantai tidak sepenuhnya kalah. Ia menolak menjadi korban tanpa perlawanan.Â
Meskipun secara fisik ia tak bisa melawan, ia mempertahankan harga dirinya dengan menolak tunduk sepenuhnya pada kekuasaan yang menindasnya.
Novel ini mengajarkan kita untuk tidak menerima ketidakadilan begitu saja. Perjuangan perempuan dalam mendapatkan hak dan kebebasan tidaklah mudah, tetapi harus terus diperjuangkan.
Selain itu, Gadis Pantai juga mengingatkan kita tentang pentingnya empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Banyak perempuan di berbagai belahan dunia masih mengalami ketidakadilan serupa, meskipun zaman telah berubah.
Bagi pencinta sastra, Gadis Pantai adalah novel yang wajib dibaca. Tidak hanya karena keindahan bahasanya, tetapi juga karena pesan kuat yang dibawanya.