Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alasan Mengapa Guru Harus Beralih ke Kindness Strategy: Inspirasi Pembelajaran Mendalam

27 Januari 2025   11:31 Diperbarui: 27 Januari 2025   11:49 3504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya Kindness Strategy Dibandingkan Reward dan Punishment dalam Pendidikan Anak

Sistem punishment berupa pengurangan point untuk meningkatkan kedisplinan atau sistem reward berupa pengumpulan bintang atau token banyak diterapkan oleh berbagai sekolah. Akan tetapi pada umumnya para siswa melaksanakan semuanya hanya karena takut hukuman atau menginginkan reward tertentu. 

Jika sistem punishment atau reward nya dihilangkan, masihkah siswa siswi berlomba-lomba untuk datang lebih pagi atau mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya? Jika karakter yang sebenarnya belum tertanam tentunya jawabannya "tidak".

Dalam sebuah presentasi yang menginspirasi, Prof. H. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd., menyoroti pentingnya penerapan kindness strategy dalam mendidik anak-anak, dibandingkan metode tradisional berbasis reward (penghargaan) dan punishment (hukuman). 

Beliau menegaskan bahwa ketika anak melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan reward atau menghindari punishment, mereka tidak memiliki pemahaman akan makna dibalik tindakannya dan kehilangan esensi keikhlasan atau "lillah" di dalamnya.

Bahkan, implementasi reward dan punishment yang berlebihan dapat memicu "mitomania" atau kebohongan kronis pada anak.

Kindness strategy adalah pendekatan yang berfokus pada pengasuhan berbasis kasih sayang, empati, dan pemahaman. Dalam pendekatan ini, anak dibimbing untuk memahami nilai moral dari tindakannya, bukan hanya sekadar mengejar hasil.

Misalnya, guru atau orang tua dapat mengajak anak berdialog tentang pentingnya datang tepat waktu ke sekolah untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, bukan sekadar karena takut dihukum atau ingin hadiah.

Menurut Prof. Dedi, pendekatan ini membantu anak memahami alasan mendasar di balik aturan atau norma sosial yang mereka jalani, sehingga tumbuh kesadaran intrinsik untuk berperilaku baik.

Mengapa guru perlu mempertimbangkan untuk beralih menggunakan Kindness strategy? Karena melalui kindness stategy siswa akan melakukan tindakan sesuai kesadaran diri yang akhirnya membentuk sebuah karakter.

Dalam berbagai kasus, reward dan Punishment mungkin berhasil. Tapi hasil tersebut tak bisa bertahan lama. Siswa bisa saja kehilangan motivasi apabila reward atau punishment tersebut tak lagi dijalankan.

Berikut beberapa kelebihan dan Kekurangan dari implementasi Reward dan Punishment.

Kelebihan:

  1. Efektif Jangka Pendek: Memberikan hadiah atau hukuman sering kali efektif untuk mendorong perilaku tertentu dalam waktu singkat.
  2. Struktur yang Jelas: Anak memahami konsekuensi dari tindakannya secara langsung, sehingga cenderung lebih mudah diatur.
  3. Motivasi Eksternal: Membantu anak yang belum memiliki kesadaran intrinsik untuk tetap bertindak sesuai aturan.

Sedangkan bebeberapa kekurangannya antara lain;

  1. Menghambat Kesadaran Intrinsik: Anak cenderung hanya berperilaku baik jika ada hadiah atau ancaman hukuman.
  2. Risiko Manipulasi: Anak belajar "berbohong" untuk mendapatkan reward atau menghindari punishment, alih-alih benar-benar memahami pentingnya aturan.
  3. Ketergantungan: Anak tidak mampu bertindak mandiri tanpa adanya insentif eksternal.
  4. Menurunkan Keikhlasan: Tindakan yang dilakukan menjadi transaksional, bukan karena pemahaman moral.

Berbeda dengan sistem reward & punishment, kindness strategy membawa siswa kedalam pemikiran menyeluruh mengenai suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan. Siswa secara sadar memikirkan makna serta dampak dari tindakan yang dilakukan. Apa pun tindakannya didasari kesadaran diri dan keikhlasan atau ada makna"lillah" nya.

Berikut ini merupakan beberapa keunggulan dari Kindness Strategy:

  1. Membangun Kesadaran Moral: Anak diajarkan memahami nilai di balik setiap tindakan, sehingga mereka bertindak atas dasar pemahaman, bukan paksaan.
  2. Mengembangkan Rasa Empati: Pendekatan ini melibatkan dialog yang membangun rasa empati dan pengertian terhadap orang lain.
  3. Mengurangi Stres dan Ketakutan: Anak merasa lebih dihargai dan dipahami, sehingga mereka tidak hidup dalam tekanan karena takut dihukum.
  4. Mendorong Keikhlasan: Anak berperilaku baik dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, bukan karena tuntutan eksternal.

Mengapa Kindness Strategy Lebih Baik dan Efektif?

Reward dan punishment hanya menciptakan perilaku yang bersifat artifisial, sementara kindness strategy melibatkan proses internalisasi nilai yang mendalam.

Pendekatan berbasis kasih sayang ini tidak hanya membentuk anak yang disiplin, tetapi juga pribadi yang berkarakter. Mereka mampu bertanggung jawab atas tindakannya tanpa bergantung pada insentif atau ancaman.

Dalam jangka panjang, anak yang dididik dengan kindness strategy lebih cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis, empati yang tinggi, dan kematangan emosional. 

Prof. Dedi mengingatkan bahwa tujuan pendidikan sejati adalah membentuk manusia yang berperilaku baik karena kesadaran, bukan keterpaksaan.

Kindness strategy adalah solusi yang lebih manusiawi dan efektif dalam mendidik anak. Dengan mengutamakan dialog, pemahaman, dan kasih sayang, metode ini membangun generasi yang ikhlas, berkarakter, dan bertanggung jawab secara intrinsik. 

Mari mulai meninggalkan pola reward dan punishment yang terbatas dan beralih ke pendekatan yang lebih penuh kasih dalam mendidik generasi masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun