Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Hilangnya Becak, Hilangnya Kenangan: Krisis Transportasi Publik di Kabupaten Tasikmalaya

22 Januari 2025   20:46 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:46 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Namun, perubahan zaman tidak memberi ruang untuk nostalgia. Abang becak yang dulu menggantungkan hidup pada roda tiga itu kini beralih profesi. Banyak yang menjadi buruh pabrik, pedagang kecil, atau bahkan menganggur. 

"Saya dulu narik becak, sekarang jadi kuli bangunan. Tapi beda rasanya. Becak itu jiwa saya," kata mang Aman, mantan pengayuh becak yang kini bekerja serabutan.

Hilangnya becak juga mencerminkan krisis transportasi publik yang kian nyata di Kabupaten Tasikmalaya. Anak-anak kecil kini kehilangan pengalaman unik bepergian dengan becak, sementara masyarakat desa yang tidak memiliki akses kendaraan pribadi semakin terpinggirkan. 

Tidak ada alternatif transportasi tradisional yang terjangkau, yang menggambarkan kesenjangan antara modernisasi dan kebutuhan masyarakat.

Rasanya rindu becak. Kadang saya berharap bisa melihat becak lagi di jalanan. Anak-anak perlu tahu bahwa ada masa di mana perjalanan tidak sekadar cepat, tetapi juga penuh cerita.

Apakah ini akhir bagi becak di kabupaten Tasikmalaya? Di beberapa titik di Kota mungkin masih ada, dan kebanyakan beralih menjadi bentor, tidak pagi di kayuh seperti dulu.

Di beberapa daerah lain, becak tetap bertahan sebagai daya tarik wisata. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dapat mempertimbangkan untuk melestarikan becak sebagai warisan budaya lokal. Program revitalisasi atau pengintegrasian becak ke sektor pariwisata dapat menjadi solusi untuk menghidupkan kembali alat transportasi ini.

Seperti yang dikatakan oleh seorang sejarawan lokal, "Becak adalah saksi sejarah. Hilangnya becak bukan sekadar hilangnya alat transportasi, tetapi juga hilangnya identitas budaya."

Ketika roda becak berhenti berputar, cerita-cerita tentangnya juga perlahan memudar. Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk berpikir ulang tentang pentingnya melestarikan transportasi tradisional ini. 

Agar anak-anak tidak hanya mengenal becak dari cerita, tetapi juga bisa merasakan kehangatan perjalanan yang sederhana namun penuh makna.

Bagaimana dengan Anda? Masih ingat kapan terakhir kali Anda naik becak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun