Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dalam Pendidikan Khusus

8 Januari 2025   19:31 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 8 Januari 2025 -- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah meluncurkan kebijakan "Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" sebagai upaya membentuk karakter positif anak sejak dini. 

Kebiasaan ini meliputi bangun pagi, berdoa, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta istirahat cepat. Tidak hanya diterapkan di sekolah umum, kebijakan ini juga dirancang untuk mendukung pendidikan khusus, terutama bagi siswa berkebutuhan khusus.

Kebijakan ini melibatkan berbagai pihak, seperti siswa berkebutuhan khusus, guru di SLB dan sekolah inklusif, orang tua, serta komunitas masyarakat. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah bertindak sebagai pengarah utama kebijakan.

Dalam implementasinya, sekolah luar biasa (SLB) dan pusat layanan pendidikan inklusif menyesuaikan program tersebut dengan kebutuhan siswa. Misalnya, di SLB Negeri Tasikmalaya, kebiasaan bangun pagi diterapkan melalui koordinasi  dengan orang tua. 

Guru berkoordinasi dengan orang tua dan memberikan edukasi terkait cara melatih dan membiasakan bangun pagi bagi siswa sesuai dengan kondisi dan karakteristik mereka, diantaranya menggunakan jadwal visual bagi siswa autis dan hambatan pendengaran, alarm aktivitas bagi siswa dengan hambatan penglihatan dan sebagainya.

Kegiatan berdoa diajarkan melalui pendekatan interaktif, seperti menggunakan aplikasi berbasis augmented reality (AR) untuk siswa tunarungu. Sementara itu, kebiasaan berolahraga disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing siswa, seperti senam ringan untuk anak dengan disabilitas fisik.

Dalam hal makan sehat dan bergizi, sekolah bekerja sama dengan orang tua untuk menyusun menu yang memenuhi kebutuhan gizi anak. sekolah juga menyediakan asupan bergizi berupa susu & roti bagi siswa pada setiap hari Jumat. Apalagi kedepannya akan ada makan siang bergizi dari pemerintah untuk siswa.

Guru juga mengajarkan cara memilih makanan sehat melalui permainan dan eksperimen sederhana, yang diintegrasikan ke dalam pelajaran keterampilan hidup bagi siswa.

Kebiasaan gemar belajar dalam pendidikan khusus diterapkan dengan metode pembelajaran individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajar peserta didik. Contohnya, siswa tunanetra menggunakan alat bantu braille untuk belajar membaca, sementara siswa dengan gangguan komunikasi didukung dengan teknologi asistif seperti perangkat komunikasi berbasis gambar.

Untuk kebiasaan bermasyarakat, siswa dilibatkan dalam kegiatan sosial, seperti bazar sekolah, market day dan kunjungan ke komunitas setempat dan sebagainya. Hal ini bertujuan membangun rasa percaya diri dan keterampilan bersosialisasi mereka.

Terakhir, kebiasaan istirahat cepat diterapkan dengan mengatur jadwal harian yang terstruktur, termasuk waktu tidur siang yang singkat, untuk menjaga keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Kepala sekolah dan guru memantau perkembangan siswa secara rutin untuk memastikan efektivitas kebijakan ini. Kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini.

Dalam pendidikan khusus, penerapan tujuh kebiasaan ini sangat bermanfaat. Anak-anak diharapkan dapat lebih terorganisasi dan menunjukkan perkembangan signifikan, baik dalam hal kemandirian maupun keterampilan sosial.

Kementerian berharap kebijakan ini dapat diadopsi lebih luas, sehingga seluruh anak Indonesia, termasuk anak berkebutuhan khusus, memiliki fondasi karakter yang kuat untuk masa depan. Keberhasilan implementasi ini sangat bergantung pada kolaborasi antara guru, orang tua, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun