Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Langit Lembayung: Lukisan Takdir di Atas Sebuah Keterbatasan (5)

15 September 2024   12:00 Diperbarui: 15 September 2024   14:11 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Lembayung yang sedang bermain dapat mendengar setiap kata dengan jelas. Meski masih kecil, Lembayung adalah anak yang cerdas. Ia mampu mencerna informasi tersebut dengan baik, dan tiba-tiba saja hatinya terasa berat. Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ia bergerak masuk ke dalam rumah sambil membawa boneka "Arum" di pelukannya.

Sesampainya di rumah, Lembayung segera menghampiri ayahnya. "Baba, benar ya, Bu Arum pergi karena Lembayung lahir cacat? Trus ibu sudah menikah lagi dan punya keluarga baru?" tanyanya dengan suara bergetar, air mata mulai mengalir di pipinya.

Bima, yang mendengar pertanyaan itu, merasa hatinya tersayat. Namun, ia tahu ia harus tetap tenang untuk menenangkan putrinya. "Tidak, sayang... Siapa yang bilang? Tidak seperti itu. Terkadang orang dewasa membuat keputusan yang sulit dipahami. Tapi apapun yang terjadi, Baba selalu ada di sini untuk kamu," jawab Bima sambil memeluk putrinya erat.

"Jadi itu gak benar Baba? Tapi... Lembayung kangen Ibu. Lembayung berharap Ibu pulang..." lirih Lembayung memeluk bonekanya.

Bima mengusap lembut rambut Lembayung dan berkata, "Kalau Lembayung sedang merasa sedih, coba berdoa kepada Allah, ya? Apa pun yang Lembayung minta, Allah pasti dengar. Kamu bisa sampaikan semua keinginanmu kepada-Nya."

Sejak saat itu, Lembayung mulai mengamati kebiasaan Bima yang selalu shalat dan berdoa di sepertiga malam. Setiap malam, saat Bima shalat tahajud, ia sering melihat ayahnya berdoa dengan khusyuk, tak jarang air mata menetes di wajah Bima saat memohon kepada Allah. Doa-doa panjang dan penuh harap itu selalu dipanjatkan dengan hati yang tulus, meminta kekuatan dan petunjuk di tengah segala kesulitan.

Melihat hal itu, hati kecil Lembayung tergerak. Suatu malam, ketika Bima hendak bangun untuk shalat, ia mendapati Lembayung sudah lebih dulu terjaga. Di bawah cahaya temaram lampu kamar, ia melihat putrinya sedang menyelesaikan rakaat terakhir shalatnya. Lembayung mengangkat tangan, lalu berdoa dengan penuh penghayatan.

Bima berdiri diam di ambang pintu, tak ingin mengganggu. Namun, saat mendengar doa putrinya, hatinya luruh.

"Ya Allah... Lembayung mau Ibu. Bawa ibu pulang atau berikan seorang Ibu dari langit untuk Lembayung dan Baba. Lembayung ingin punya Ibu sepertinya teman-teman," ucap Lembayung dalam isak tangis yang tertahan.

Mendengar doa tulus itu, Bima tak mampu menahan air matanya. Ia merasa sangat bangga dan sekaligus sedih. Lembayung, di usia yang masih begitu muda, telah belajar berdoa dan meminta hanya kepada Allah, tapi permintaannya adalah sesuatu yang tak bisa dijanjikan oleh Bima. Ia tahu bahwa Lembayung mungkin tidak akan pernah mendapatkan kembali ibunya, tetapi ia juga percaya bahwa doa-doa yang tulus selalu didengar oleh Sang Maha Kuasa.

Dengan langkah pelan, Bima menghampiri Lembayung yang masih tenggelam dalam doanya. Ia berlutut di samping putrinya dan memeluknya erat. "Lembayung, sayang... Baba selalu ada untukmu. Kita tidak tahu apa yang Allah rencanakan, tapi Baba yakin, apa pun yang terbaik, Allah pasti akan memberikan kepada kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun