"Apa yang terjadi di sini?" tanya Naya, bingung.
"Kau adalah permaisuriku, Naya. Sejak dulu, kau telah ditakdirkan untukku," jawab Arya tegas.
"Tidak, Arya... Aku sudah menikah. Aku mencintai suamiku," kata Naya, berusaha mengingatkan dirinya sendiri tentang Hari. Namun, Arya tidak peduli. Ia hanya tersenyum tipis.
"Menikah? Tidak, kau adalah milikku sejak dulu, Naya. Di sini, kau adalah pengantinku," katanya.
Upacara pernikahan mereka pun dilangsungkan. Naya dirias seperti seorang ratu. Hatinya dipenuhi kebingungan dan ketakutan, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Setelah upacara yang tak biasa itu selesai, Naya berusaha mencari celah untuk melarikan diri. Sayangnya tak ada jalan keluar dari negeri itu. Ia berlari hingga tiba di air terjun, tempat Arya muncul kembali.
"Biarkan aku pulang Arya, aku mohon!" pinta Naya setengah memohon.
"Tidakkah kau mencintai aku Naya. Ratusan tahun aku menunggu untuk membawamu kesini!" jelas Arya.
"Tidak Arya, aku harus kembali pada keluargaku. Aku mohon!" tangis Naya.
"Baik, aku akan membiarkanmu kembali ke duniamu, Naya. Tapi ingat, kapan pun kau merindukanku, aku akan datang," katanya. Ia kemudian memeluk Naya erat, menumpahkan seluruh kasih sayang dan kerinduannya kepada Naya. Saat itu Naya tak mampu menolak. Dalam pelukan itu, ia merasakan sesuatu yang lebih dalam dari apa yang pernah ia rasakan pada suaminya. Sebelum ia menyadarinya, dunia di sekelilingnya mulai memudar.
Naya terbangun di rumah sakit, ia ditemukan pingsan oleh suaminya. Ternyata ia sudah tidak sadarkan diri selama seminggu. Namun dalam pikirannya, ia merasa hanya berada di desa itu sebentar saja.