Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Langit Lembayung: Lukisan Takdir di Atas Sebuah Keterbatasan (1)

5 September 2024   20:55 Diperbarui: 6 September 2024   06:44 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Sementara itu, Arum tenggelam dalam keputusasaan. Ia tak bisa melihat Lembayung sebagai sesuatu yang lain selain beban. Kekecewaan itu begitu mendalam, dan perlahan mulai meracuni hubungan mereka.

***

Hari demi hari berlalu, tak jarang Arum membiarkan Lembayung kecil menangis kehausan. Sebagai suami Bima terus menguatkan dan mengingatkan istrinya akan tugasnya sebagai seorang ibu. "Dek Lembayung menangis, kasihan dia kehausan," ujar Bima.

"Entah kenapa tapi rasanya aku tidak mencintai dia mas. Apalagi setelah mendengar banyak sekali tetangga yang bergunjing tentang bayi ini dan aku. Katanya ini kutukan, katanya aku pembawa sial mas, amit-amit. Aku tidak sanggup menjalani hidup dengan gunjingan dan rasa malu seperti ini," ucap Arum dingin, menghindari pandangan suaminya.

"Mas belikan saja dia susu formula mas. ASI nya tidak ada. Aku tidak bisa menyusuinya," lanjut Arum.

Bima hanya bersitigfar dan mengelus dada. Ia terdiam, mencoba meredam luka di hatinya. Satu hal yang ia tahu, apapun yang terjadi, ia tak akan meninggalkan Lembayung. 

"Aku akan menjaga Lembayung. Apa pun yang terjadi, aku akan bertahan," gumamnya pelan, suara yang lebih ia tujukan pada dirinya sendiri daripada pada istrinya. 

Bima menguatkan diri untuk mengambil peran lebih banyak merawat Lembayung yang lebih banyak dibiarkan begitu saja oleh Arum. Ia membelikan beberapa kotak susu formula dan keperluan Lembayung lainnya dengan sisa uang tabungannya. Kondisi tersebut membuatnya tak tenang ketika berusaha mencari pekerjaan baru. Ia selalu teringat dan khawatir akan kondisi Lembayung di rumah.

Di tengah semua kegelapan itu, Bima hanya bisa berharap bahwa waktu akan membantunya dan Arum istrinya menerima kenyataan pahit ini. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa Arum mungkin tak bisa mencintai Lembayung sebagaimana seharusnya seorang ibu mencintai anaknya.

*Bersambung*

_Allah tidak pernah menciptakan produk gagal, ataupun sesuatu yang cacat, Demi Allah ! Karena setiap penciptaan Allah adalah proses dari Dzat yang Maha Ilmu dan Maha Hikmah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun