Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah Ideologis Menuju Indonesia Damai

13 Juli 2024   20:38 Diperbarui: 13 Juli 2024   20:49 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, publik disuguhi dengan peristiwa bubarnya salah satu organisasi yang paling banyak dicari dunia ketika itu. Organisasi tersebut adalah Jamaah Islamiyah. Organisasi yang banyak dicari setelah munculnya bom Bali, yang menewaskan ratusan orang. Organisasi itu juga merupakan yang bertanggung jawab atas terjadinya serangkaian bom gereja di Indonesia ketika itu. Organisasi teror tersebut berafiliasi dengan Al Qaeda, yang dipimpin oleh Osama bin Laden. JI beberapa waktu lalu memutuskan bubar dan menyatakan berdaulat ke dalam negara kesatuan republik Indonesia.

JI menyatakan telah menyatakan pembubaran diri. Lalu, apakah Indonesia sudah bebas dari jaringan terorisme? Tentu belum. Masih ingat dengan keputusan pemerintah yang membubarkan HTI? Sebuah organisasi yang dianggap radikal di Indonesia? Faktanya, hingga saat ini para simpatisan HTI masih terus menyebarkan propaganda radikalisme di media sosial. Mereka terus menyebarkan provokasi dan ujaran kebencian di media sosial. Justru setelah dibubarkan, pergerakan mereka menjadi sulit dideteksi, karena semakin masifnya di media sosial.

Tentu saja, kita harus menyikapi secara positif pembubaran JI. Namun bukan berarti kita merasa sudah selesai. Karena penyebaran bibit radikalisme sejatinya masih terus terjadi hingga saat ini. Mereka terus memanfaatkan kecanggihan teknologi, untuk mempengaruhi pola pandang seseorang. Mari kita lihat apa yang terjadi di media sosial saat ini. Antar sesama bisa dengan mudah menebar kebencian. Hanya karena persoalan suka tidak suka saja, bisa saling hujat dan menyulut amarah masyarakat.

Sebagai generasi penerus, kita tentu harus bisa menyikapinya secara obyektif. Jangan sampai kita juga mudah terprovokasi, oleh informasi yang menyesatkan. Pembubaran organisasi teroris seperti JI, tetap harus diwaspadai. Karena penyebaran ideologi radikal di Indonesia saat ini, terus menyebar menyesuaikan perkembangan zaman. Tanpa disadari, kebencian yang terus mengakar tersebut memudahkan kita untuk terpapar paham radikalisme.

Berawal dari saling benci, lalu saling menebar provokasi dan menghasut masyarakat untuk melakukan tindakan intoleran. Akibatnya antar sesama bisa saling melakukan diskriminasi. Dan ketika hal tersebut dilakukan, tanpa sadar sejatinya kita sudah menjadi intoleran. Dan ketika seseorang sudah menjadi intoleran, maka dia sudah selangkah lebih dekat dengan yang namanya radikalisme. Sementara akar dari terorisme itu adalah radikalisme.

Karena itulah, pembubaran JI sebagai organisasi perlu diapresiasi, namun penyebaran ideologi radikal nyatanya tidak hanya dilakukan oleh JI. Organisasi seperti HTI pun setelah dibubarkan masih tetap melakukan penyebaran propaganda radikalisme. Mari kita terus melakukan introspeksi. Mari kita tetap pertahankan nilai kearifan lokal yang telah menjadi karakter kita. Mari tetap saling menghargai dan menghormati di tengah keberagaman. Mari tetap mengedepankan nilai-nilai gotong royong, yang menjadi ciri khas kita bersama. Dengan melakukan itu semua, maka kita bisa mencegah bibit negatif yang bisa mengganggu pola pikir generasi penerus.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah mari terus menyebarkan pesan menyejukkan, pesan yang bisa menyatukan, dan pesan yang bisa memberikan inspirasi. Negeri ini butuh generasi yang menyatukan, bukan generasi yang menceraiberaikan. Negeri ini butuh generasi yang bisa merangkul, bukan generasi yang gemar memukul. Indonesia adalah negara besar, yang tidak bisa berdiri tanpa persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun