Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keteladanan Nabi Layak Ditiru

28 November 2020   08:48 Diperbarui: 28 November 2020   08:53 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa tahun lalu, seorang pengamat keislaman mengatakan bahwa organisasi masyarakat (ormas)  keagamaan seringkali menggelar kekuatan masa (baca : demo) untuk menekan pemerintah atau pihak-pihak lainnya. Ormas ini 'agak berbeda' dengan ormas keagaamaan lainnya yang bersikap santun dan bersedia berdialog dengan masyarakat dan pemerintah tentang banyak hal.

Seperti yang terjadi ada awal tahun 2017 lalu dimana dua ormas bersitegang usai pemeriksaan pimpinan FPI oleh polisi karena dituduh melecahkan Pancasila. Ketegangan itu berakhir dengan bentrokan sebelum disudahi oleh aparat keamanan.

Lalu ketagangan lain juga dilakukan oleh FPI dengan salah satu ormas usai pemeriksaan HRS (sebelum dia ke Arab) di Mapolda Jawa Barat. Ketegangan ini berlanjut dengan bentrokan dan kemudian ormas tadi membakar kantor GMBI di Bogor pada keesokan harinya.

Tak cukup hanya iu, ormas ini kemudian mengancam menggelar demonstrasi di depan Mabes Polri dan menuntut agar Kapolri mencopot Kapolda Jabar yang membiarkan bentokan berlangsung antara ormasnya dengan aparat.

Ini  menguras perhatian masyarakat karena terkesan ormas tadi tidak bisa menerima kenyataan bahwa pimpinan ormas mereka yang merupakan habib diperiksa oleh aparat. Padahal proses pemeriksaan oleh aparat wajar dan biasa dilakukan sebagai warga negara yang menaati proses hukum. Setelah proses itu dan pimpinan ormas itu ke Arab Saudi selama 3,5 tahun, narasi kriminalisasi ulama seringkali terdengar. Ini bertujuan untuk mendapatkan opini bahwa pimpinan itu 'teraniaya' oleh pemerintah dan terpaksa harus ke Arab.

Nah pengamat keislaman yang disebut pada paragraph pertama itu merasa aarat sudah seharusnya bertindak lebih tegas terhadap ormas, terutama yang melakukan kekerasan. Embakaran gedung adalah sikap ormas keagamaan yang sama sekali tidak terpuji, bahkan terkesan ormas ini bertindak sesuka hati untuk memaksakan kehendaknya.

Bagaimanakah dengan kekerasan oleh ormas keagamaan ini? Setidaknya ada dua solusi. Pertama dari masyarakat itu sendiri dan kedua dari para ulama.

Masyarakat hendaknya bersikap sewajarnya dalam menyikapi ormas keagamaan yang bersikap di luar batas, terutama sikap di media sosial. Kita tahu media sosial adalah hal penting yang sering menjadi alat provokasi untuk banyak kalangan. Dengan menahan diri dan tidak bersikap reaktif di media sosial soal ormas keagamaan yang bertindak provokasi, kita sudah membuat suasana lebih damai.  

Kedua, adalah peran para ulama baik yang tergabung dalam ormas maupun yang memiliki sejumlah santri dalam pondok pesantren. Sikap baik dan santun adalah sikap yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW. Kita ingat beberapa kali Nabi menerima hinaan dan cercaan tetapi beliau tetap dalam kesantunan, sehingga selayaknya umat Islam juga meneladani itu dalam kesehariannya. Yaitu dengan menghindari ucapan yang berbau provokasi dan ujaran kebencian. Dengan dua hal itu  inshaalah negara kita terbebas dari ormas yang berbuat semaunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun