Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan dan Legasi

10 November 2020   04:56 Diperbarui: 10 November 2020   05:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata pahlawan. Mungkin yang terlintas di benak adalah  pertempuran dahsyat melawan musuh dimana satu orang memimpin dan mereka berkorban nyawa untuk hal yang mereka perjuangan dalam pertempuran itu. Dengan pengorbanan itu situasi sekitar bisa berubah, semisal dulu ditindas sekarang tidak.

Atau mungkin terlintas di benak kita adalah orang yang menemukan vaksin Covid-19 yag sedang melanda negara-negara. Dengan vaksin itu , kita bisa menyelamatkan banyak  nyawa dan menghindari dampak sosial ekonomi yang kini melanda sebagian besar negara di dunia. Penemu vaksin Covid-19 sama halnya dengan penemu penisilin atau penemu listrik, layak disebut pahlawan.

Dua ilustrasi di atas menyiratkan satu hal yang sama yaitu legasi. Bahwa esensi pahlawan ada pada hal yang diperjuangkannya akan mengubah keadaan dan itu adalah warisan yang sangat berharga bagi sekitar alias legasi. Warisan itu bisa dihunakan belasan bahkan ratusan tahun setelahnya. Kita tahu penemu listrik  seperti Thomas Alva Edison memberikan legasi yang bisa mengubah banyak hal di dunia. Dengan listrik, era industri bisa mencapai puncaknya dan akhirnya bisa meningkatkan banyak kesejahteraan di dunia.

Hal ini juga berlaku pada beberapa penemu dunia seperti Felix Hoffman, penemu aspirin, Gottlieb Daimler sebagai oenemu mobil dan mesin pembakaran internal, Hans von Ohain menemukan mesin jet dll. Mereka semua meninggalkan legasi yang berharga dan dapat dimanfaatkan sepanjang masa.

Lalu, bagaimana dengan pahlawan masa kini ? Apakah dia harus meninggalkan hal besar dan dikenang oleh perubahannya atas dunia sekitarnya ?

Pahlawan masa kini lebih luwes dan kompleks. Dia tidak hanya memberikan perubahan atas sekitar tapi juga keledanan dan prespektif terpuji dari yang bersangkutan. Kita ambil contoh saja Gus Dur. Meskipun beliau menjabat presiden hanya tiga tahun saja, namun apa yang sudah diberikan Gus Dur kepada bangsa Indoesia adalah hal luar biasa. Pluralisme dan prespektif toleransi adalah teladan dan legasi yang sudah diwariskan Gus Dur untuk bangsa Indonesia, meski beliau belum masuk daam daftar pahlawan nasional.

Toleransi adalah hal yang dibutuhka oleh Indonesia yang beragam ini. Saat Gus Dur menjabat Presiden, banyak hal membuka mata kita karena keputusannya seperti mengakui satu agama lagi yaitu Kong Hu Cu sebagai agama yang diakui di Indonesia. Kita tahu Kong Hu Cu banyak dianut oleh komunitas Tionghoa yang sudah hidup di Indonesia selama ratusan tahun lamanya. Gus Dur memberi teladan kepada sekitar bahwa diluar lingkungan dirinya (beliau sebagai ulama) ada umat lain yang membutuhkan keleluasaan berbakti kepada Tuhan mereka.

Jadi kepahlawanan kekinian bukan lagi soal mengangkat senjata, tapi soal keteladanan yang bisa kita berikan kepada sekitar kita. Dengan keteladanan maksimal kita bisa memberi manfaat kepada sekitar kita. Mari kita lakukan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun