Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Sinergi Revolusi Digital dan Tradisi Melawan Hoaks dan Kebencian

30 Maret 2019   21:45 Diperbarui: 30 Maret 2019   21:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Perkembangan teknologi informasi memang tidak bisa dibendung. Internet sudah bukan menjadi barang yang mahal dan langka. Internet sudah menjadi teknologi yang bisa digunakan oleh siapa saja, dari anak-anak hingga dewasa. Kemajuan internet juga sinergis dengan perkembangan smartphone yang begitu pesat. Lihat saja yang terjadi saat ini. 

Anak kecil sudah begitu familiar dengan youtube. Bahkan ketika orang tua sibuk, anak sedang menangis, ibu lebih sering memberikan handphone dari pada mainan. Dan sang anak begitu gembira, karena bisa mengakses video yang dia sukai. Di usia remaja, sudah mulai ramai mengakses media sosial. Bahkan, ujian nasional pun juga sudah mulai menggunakan internet. Begitulah perkembangan teknologi di era digital sekarang ini.

Ironisnya, perkembangan teknologi di era digital ini, seringkali digunakan untuk menebar hoaks dan kebencian. Tidak sedikit teknologi digunakan untuk menebarkan teror di dunia maya. Dan ketika memasuki tahun politik seperti sekarang ini, teknologi justru seringkali digunakan untuk menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas pasangan calon dengan cara menebar kebohongan dan kebencian. 

Sebuah perilaku yang semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena menebar kebohongan dan kebencian bukanlah tradisi dan budaya masyarakat Indonesia. Sayangnya, karena masih belum terbangunnya mental kebangsaan, membuat sebagian masyarakat masih tidak menggunakan teknologi untuk kepentingan yang tidak baik.

Dampak penggunaan teknologi untuk kepentingan yang tidak baik, tentu tidak hanya membahayakan kondisi saat ini, tapi juga akan membahayakan kondisi yang akan datang. Juga tidak hanya membahayakan generasi dewasa, tapi juga membahayakan anak-anak. Dan tentu tidak hanya membahayakan daerah tertentu, tapi juga membahayakan republik ini. 

Dan ketika kita membiarkan teknologi terus digunakan untuk kepentingan yang tidak baik, maka akan hancurlah negeri ini. Indonesia pernah mempunyai banyak pengalaman konflik dan potensi konflik, yang disebabkan oleh provokasi kebencian dan kebohongan di dunia maya.

Mari kita introspeksi. Boleh kita upgrade teknologi sebagai konsekwensi dari perkembangan zaman, tapi kita juga tidak boleh melupakan tradisi bangsa. Sebagai seorang milenial yang paham teknologi, kita juga harus paham tentang tradisi. Tradisi dan kearifan lokal harus tetap dipertahankan, agar mental kita sebagai bangsa tetap terjaga. 

Agar kita tetap bisa saling hidup berdampingan, tanpa harus saling membenci dan mencaci. Teknologi dan tradisi harus bisa saling sinergi, agar peradaban di negeri ini bebas dari kebencian dan kebohongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun