Di era transformasi digital, di mana informasi mengalir deras dan media sosial menjadi ruang publik utama, muncul tantangan baru bagi generasi muda. Provokasi kebencian dan tindak kriminal yang marak terjadi di dunia maya menunjukkan perlunya semangat kepahlawanan untuk melawannya. Para pahlawan masa lalu, yang berjuang melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia, menunjukkan keberanian, tekad, dan semangat pantang menyerah. Semangat ini dapat diadopsi oleh generasi muda saat ini untuk melawan provokasi kebencian dan tindak kriminal di media sosial.
Saat ini, literasi merupakan senjata ampuh yang bisa digunakan para pahlawan digital. Apa manfaatnya literasi bagi generasi muda seperti kita? Dengan literasi, kita memiliki kemampuan untuk membedakan fakta dan opini, berita dan hoaks, sangat penting untuk menghindari terjebak dalam provokasi kebencian. Literasi juga mendorong kemampuan berpikir kritis, sehingga generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh ujaran kebencian dan propaganda. Harapannya, ketika generasi penurus bisa memperkuat literasi, anak muda bisa menyuarakan kebenaran dalam melawan ujaran kebencian dengan argumen yang kuat.
Dan memerangi kebencian di era transformasi digital seperti sekarang ini, tentu akan menjadi hal yang sangat positif. Lalu bagaimana langkah nyata yang harus dilakukan oleh para generasi muda untuk menjadi pahlawan digital ini? Yang pasti adalah meningkatkan literasi digital. Banyak cara yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah dengan mengikuti pelatihan literasi digital, baca buku dan artikel tentang literasi media, dan bergabung dengan komunitas literasi digital.
Ketika kita sudah membekali diri dengan literasi digital, maka harus aktif pula untuk melaporkan ujaran kebencian jika menemui di media sosial. Kita tidak boleh mendiamkan. Karena niat awalnya adalah memerangi ujaran kebencian, makan harus dilawan dengan konten positif. Gunakan media sosial untuk menyebarkan konten positif, seperti konten edukatif, inspiratif, dan kreatif. Kita mungkin juga perlu bergabung dengan gerakan anti-kebencian di media sosial dan komunitas, agar perlawanannya lebih terarah dan masif.
Setiap era tentu mempunyai karakter yang berbeda. Dan menjadi pahlawan digital bukan berarti harus melakukan tindakan heroik yang dramatis. Tindakan sederhana seperti meningkatkan literasi digital, melaporkan ujaran kebencian, dan menyebarkan konten positif sudah merupakan bentuk kepahlawanan di era digital.
Meningkatkan kedulian juga penting. Karena akan menjadi percuma, jika membekali diri dengan literasi tapi tidak aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dan karena kita hidup di masyarakat yang majemuk, saling menghargai dan menghormati juga penting untuk dilakukan. Karena hidup berdampingan dalam keberagaman, merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari di Indonesia.
Dengan semangat kepahlawanan, generasi muda dapat melawan provokasi kebencian dan tindak kriminal di media sosial. Literasi menjadi senjata utama, dan tindakan nyata menjadi bukti nyata perjuangan. Mari kita bersama-sama menjadi pahlawan digital untuk menciptakan ruang digital yang aman, damai, dan edukatif.
Mari menjadi generasi penerus yang cerdas. Yang tidak hanya sharing tanpa melakukan saring terlebih dulu. Mari kita menjadi generasi yang suka merangkul, bukan generasi yang gemar memukul. Indonesia adalah negara besar. Akan menjadi percuma jika mempunyai generasi yang terpapar radikalisme, yang Sukanya hanya menebar kebencian dan provokasi. Mari tingkatkan literasi, karena hal itu merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh siapa saja. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H