Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah Membangun Persaudaraan di Masa Pandemi

14 Agustus 2021   23:31 Diperbarui: 14 Agustus 2021   23:57 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid-19 telah melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jutaan orang meninggal akibat virus mematikan ini. Banyak perusahaan gulung tikar karena tidak bisa bertahan, dan otomatis angka pengangguran semakin meningkat. Masyarakat yang tidak bisa beradaptasi akan sulit bertahan. Karena perekonomian membutuhkan mobilitas, sementara untuk menekan penyebaran covid, butuh pembatasan.

Untuk bisa survive di masa pandemi ini memang tidak mudah. Apalagi di Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Dampak yang dirasakan setiap kelompok orang juga berbeda-beda. Persoalan tabung oksigen saja, menjadi persoalan yang sangat pelik. Terlebih ketika harganya sempat menyentuh diatas 2 juta untuk per tabungnya. Belum lagi akses untuk mendapatkan rumah sakit yang terus membludak, juga tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Dalam kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, muncul kepedulian antar sesama manusia di Indonesia. Kelas menengah atas mulai menggalang dukungan untuk membantu oksigen. Lalu muncul juga aktifitas saling membagikan makanan untuk masyarakat yang menjalani isolasi mandiri. Dorongan untuk saling membantu ini terus meluas hingga ke tingkat yang lebih luas. Perusahaan yang masih bisa bertahan, mulai menyisihkan dananya untuk membantu vaksinasi. Contoh ini merupakan bentuk pentingnya membangun persaudaraan.

Memang, di Indonesia masih saja ada sekelompok orang yang seringkali menebarkan bibit kebencian dan propaganda radikalisme, untuk membuat kegaduhan di masyarakat. Kelompok ini seringkal menyebarkan provokasi, ujaran kebencian dan hoaks. Dulu mereka seringkal menyebar isu yang berhubungan dengan radikalisme agama. Di masa pandemi ini, pola yang sama kembali muncul. Mereka terus menyerang pemerintah, karena dianggap membatasi ruang bergerak masyarakat, dianggap membatasi aktifitas peribadahan, dan segala macamnya.

Mari lupakan itu semua. Di masa pandemi ini hentikan segala bentuk cacian dan makian. Hentikan pula provokasi yang bisa memicu terjadinya ketidakpastian, apalagi konflik. Mari kita terus menyebarkan informasi yang valid, inspiratif dan membangun. Pada saat ini banyak orang yang sudah hopeless karena tidak tahu lagi harus berbuat apa. Banyak orang yang berpikiran pendek, sampai akhirnya mau melakukan apa saja yang penting bisa bertahan. Jika kita bisa menyebarkan informasi yang menguatkan dan membangun, diharapkan bisa membuat masyarakat lebih terbantu.

Pandemi yang tak kunjung selesai ini, harus dihadapi dengan energi positif. Salah satunya dengan tetap membangun sikap solidaritas dan semangat persaudaraan. Hal ini penting agar nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur juga tetap terjaga. Jika semangat persaudaraan dan solidartas terjaga, meka persatuan dan kesatuan akan terjalin dengan sendirinya. Jika hal ini terjadi, semangat saling peduli antar sesama otomatis akan mandarah daging dalam pribadi setiap orang.

Orang yang mengedepankan persaudaraan, akan lebih mementingkan kepentingan publik dibandingkan kepentingan pribadinya. Tidak ada yang mencari kentungan pribadi, karena bisa merugikan orang banyak. Semua orang harus bisa bergandengan tangan dan bergotong royong dalam hal apapun selama pandemi ini. Karena semangat gotong royong inilah yang pada akhirnya nanti akan memicu semua orang saling peduli dan tolong menolong. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun