Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Komunikasi Politik Telanjang ala PDIP

24 April 2014   02:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai Pemilu Legislatif , semua mulai kasak kusuk. Mendekati dan mulai lakukan interaksi dari satu partai ke partai lainnya. Termasuk PDI Perjuangan (PDIP).

Sayangnya PDIP melakukan interaksiatau komunikasi politik dengan pihak lain dengan sangat terbuka malah dengan telanjang. Setidaknya PDIP telah melakukan dua komunikasi telanjang dengan pihak lain. Komunikasi itu cenderung mengarah ke blunder. Dengan siapa sajakah itu ?

Dua komunikasi itu mengacu pada pertemuan Permata Hijau yang digelar minggu lalu di rumah pengusaha Jacob Soetojo dan terlibatnya Vatikan dalam pertemuan itu. Sekitar tujuh duta besarhadir pada pertemuan itu masing-masing dutabesar China, Peru, AS, Vatikan dll.

Kesalahan pertama, kalaupun PDIP menganggap pertemuan multi country di Permata Hijau itu sangat penting, harusnya tidak setelanjang itu ke publik. Blunder bagi nama besar PDIP dan mengabaikan retorika-retorika kemandirian dan anti-asing khas Bung Karno itu di mata publik.

Kesalahan kedua adalah melibatkan Vatikan pada pertemuan itu.

Orang masih bisa memaklumi terlibatnya AS dengan ke dalam pertemuan, mengingat negara adidaya itu faktor penting dalam percaturan dunia saat ini. Apalagi kalau kita membuka data statistik tentang ketergantungan Indonesia, yang tak hanya melulu soal ekonomi, melainkan juga kebudayaan, sosial, hukum dan demokrasi.

Tetapi Vatikan?

Vatikan sangat tidak strategis hadir pada pertemuan itu. Tidak ada alasan kuat untuk Vatikan dan hadirnya Duber Vatikan justru memberi noda pada pertemuan itu.

Isu sektarian keagamaan sering dipakai orang untuk menjatuhkan seseorang. Termasuk ketika pencalonan, Jokowi juga diterpa isu ini. Isu yang tak juga lekang di masa Pileg kemarin.

Isu itu dengan gampang disebarkan ke public dengan berbagai cara, pamphlet, selebaran, baik itu dalam bentuk cetakan maupun yang berseliweran di dunia maya termasuk internet dan telepon seluler kita. Jokowi dan PDI Perjuangan jugalah yang repot menepis isu primordial yang mengembalikan kita seperti tahun-tahun awal kemerdekaan, setidaknya era 1950-60-an itu? PDIP tahu isu itu sangat kejam menghantam mereka dan sulit berkelit darinya.

Unsur PDIP-kah yang lupa memikirkan dampak dari mengundang Vatikan ke dalam pertemuan?Atau justru semua telah tertata dalam rencana?

[caption id="attachment_321151" align="alignleft" width="300" caption="Jokowi / detik.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun