Mohon tunggu...
NW
NW Mohon Tunggu... Lainnya - good people are you

mencoba aktif menuliskan kembali apa yang ada di kepala, semata2 untuk kewarasan menjadi manusia. karena kata pram: menulis adalah bekerja untuk keabadian, bukan.?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nuklir sebagai Alat Diplomasi Korea Utara

17 Desember 2011   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:08 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bentuk Diplomasi Korea Utara

Pada masa perang dingin, yaitu ada dua negara yang memegang kuasa atas dunia, Amerika dan Uni Soviet dimana mereka adalah sama-sama memiliki senjata yang banyak ditakuti oleh semua negara yaitu Nuklir. dan pada masa itu kendali senjata nuklir sangat dipegang secara hati-hati oleh keduanya mengingat terlalu tinggi resiko dan akibat yang akan diterima bagi masing-masing negara jika smapai salah meluncurkannya. Dengan berakhirnya Perang Dingin, kedua negara melakukan penyesuaian besar-besaran terhadap militer mereka, terutama persenjataan nuklir.Meski demikian, bukan berarti dunia steril dari ancaman nuklir.

Pasca perang dingin, banyak masalah muncul karenanya. Salah satunya adalah terdapatnya penguasaan akan nuklir oleh negara-negara blok ketika masa perang dingin. Yang di khawatirkan adalah kepemilikan nuklir di tangan negara yang tidak stabil bisa berujung pada bencana.Salah satu negara yang dikategorikan berbahaya sampai-sampai AS menggolongkannya ke dalam poros setan adalah Korea Utara.

Awal mula kesadaran Korut akan pentingnya menguasai pengetahuan tentang nuklir ketika pada seperti yang S. L. Roy katakan dalam mengutip K. J. Holsti, bahwa tujuan diplomasi ialah untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri, yang terdepan adalah pemeliharaan keamanan. Jadi alasan pertama dan terutama ialah untuk menjaga keamanan rejim Korut. Pada umumnya, Korut menganggap AS sebagai ancaman utama. AS juga mengawasi Korut sebagai negara pendukung teroris. Dengan alasan itu, Washington memberikan sanksi ekonomi kepada Pyongyang. Dalam keadaan seperti itu, melihat hasil perang di Afganistan dan Irak, Korut mengkhawatirkan bahwa pihaknya akan bisa juga menjadi sasaran berikut dalam daftar gempuran AS. Oleh karena itu, Korut menaruh perhatian pada pengembangan senjata nuklir dengan harapan bahwa nuklir itu akan mencegah AS tidak melakukan aksi provokasi militer terhadap Korut. Alasan kedua adalah bahwa kepemilikan senjata nuklir membuat Korut memiliki posisi unggul dalam negosiasi. Keamanan rejim Korut bisa dicapai sempurna melalui perbaikan hubungan dengan AS. Karena itu, menurut pandangan Korut, kepemilikan senjata nuklir akan meningkatkan motivasi AS untuk memperbaiki hubungan dengan Korut.

Jadi inilah dua alasan yang korut anggap penting dalam pengembangan kekuatan nuklir. dan sampai pada akhirnya tahapan yang mengatakan bahwa nuklir adalah sebuah diplomasi yang amat relevan masa kini.

Berbicara tentang bentuk diplomasi yang dilakaukan oleh Korea Utara saat ini jika melihat nuklir sebagai modal utamanya maka dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuannya akan penguasaan terhadapa teknologi nuklir menjadikan Korut memliki nilai tawar dalam berdiplomasi dengan negara lain atau tidak jarang dapat dikatakan bahwa Korut menganut bentuk Diplomasi Koersif dalam prakteknya. Mengapa demikian? Karena terlihat jelas dalam prakteknya korut tidak segan menjadikan nuklirnya sebagai modal utamanya dalam merumuskan sebuah kebijakan baru dalam negosiasi agar kepentingan negaranya dapat terpenuhi. Sebagai contoh, korut adalah negara yang belum dapat mencukupi kebutuhan warga negaranya sendiri dan tidak memiliki bayak sumber daya alam yang mencukupi dan atas dasar itulah maka korut menggunakan nuklirnya unetuk memenuhi kebutuhannya.

Diplomasi koersif yang korut lakukan diantaranya telah berhasil menghasilkan, Di tahun 1994 pada pencapaian persetujuan dengan IAEA, penutupan reaktor nuklir light water (Air Ringan) dan Korut menerima minyak solar sebagai imbalan penutupan reaktor nuklirnya. Namun di tahun 1998 ia melanggar perjanjian tersebut dan kembali melakukan uji coba dengan meluncurkan rudal dengan jangkauan jelajah 1.700-2.200 km. Lalu pada bulan November 2002, AS menghentikan pemasokan minyak solar, Pyongyang pun mulai mengoperasikan kembali fasilitas nuklirnya dan mengusir tim pemantau IAEA dari negara mereka.

Kemudian pada tanggal 11 Juni 2005 dalam KTT Korsel dan AS sepakat untuk menjamin rejim maupun upaya normalisasi hubungan, apabila Korut membuang program nuklirnya dan pada 22 Juni 2005, AS kembali memutuskan untuk memberikan bantuan pangan 50 ribu ton ke Korut. Lalu di bulan Maret 2007, di sebuah sesi ketiga dalam pertemuan enam pihak (negara pemilik nuklir di dunia) yang kelimakalinya dibuka kembali di Beijing. Dalam pertemuan itu, negara peserta setuju agar Korut menutup fasilitas nuklirnya di Yongbyeon dalam jangka waktu 60 hari dan mengizinkan kegitan inspeksi IAEA, dan sebagai imbalannya bantuan energi senilai sama dengan 50 ribu ton minyak solar. Negara perserta juga setuju agar Korut mengambil langkah untuk melaporkan dan melumpuhkan semua fasilitas nuklirnya, Korut akan menerima 950 ribu ton bantuan energi secara tambahan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Korea Utara dengan serius menunjukkan hasrat kepemilikan teknologi senjata nuklir.Namun kepentingan di balik itu adalah untuk mencari pengakuan dan kekuatan melalui ancaman dalam perundingan.Tujuannya tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan Korea Utara akan energi, finansial, dan juga insentif ekonomi.

Kesimpulan

Semua negara di dunia pasti membutuhkan interaksi dengan negara lainnya dan adanya saling mempengarahu antar satu negara ke negara lain dan hal ini terjadi dalam kehidupan politik internasional. Setiap negara mempunyai kepentiungan yang berbeda-beda dan sebisa mungkin kepentingan nasionalnyalah yang menang untuk dicapai. Dan apabila ada tujuan satu negara dan itu memerlukan bantuan atau peran dari negara lain maka permintaan bantuan ini dapat di capai melalui Diplomasi. Ada diplomasi efektif dan ada pula diplomasi koersif. Dan disini lebih memfokuskan pada diplomasi koersif seperti apa. Contoh yang melakukan diplomasi koersif adalah salah satu negara di Asia yaitu Korea Utara.

Korea utara cenderung menjalankan diplomasi yang koersif yaitu bersifat menekan dan tidak jarang melalui saling mengancam. Hal ini didukung karena faktor kemapanan di bidang pengusaaan teknologi nuklir yang dimiliki oleh Korut. Negara di dunia khususnya Asia timur dan AS merasa cemas dan tidak bisa tinggal diam ketika tahu bahwa Korut memiliki pengusaan terhadap tenaga nuklir. karena jika tidak hati-hati maka dapat menimbulkan kekacauan dan ketidakstabilan keadaan dunia. Dan Korut memanfaatkan ketakutan negara-negara lain dengan melakukan diplomasdi koersif dalam memenuhi tujuan atau lkepentingan nasionalnya serta kebutuhan hidup bangsanya.

Referensi

Handout Mata Kuliah Politik Internasiional. Tundjung Linggarwati.

Roy, S.L. 1991, Diplomasi, Jakarta : Rajawali Press.

http://adhipriamarizki.wordpress.com/

http://damnthetorpedo.blogspot.com/2009/06/proliferationsecurity-initiative-dan.html

http://liputan6.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun