Mohon tunggu...
nunik hariyani
nunik hariyani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Merdeka Madiun (Unmer Madiun), dengan minat penelitian kebijakan komunikasi, media dan budaya. Penulis adalah Dekan FISIP Unmer Madiun (2020-2024), menyelesaikan pendidikan Informatika Terapan di Universitas Airlangga (2000), S1 Ilmu Komunikasi-FISIP Unmer Madiun (2007), S2 Ilmu Komunikasi-Universitas Gadjah Mada (2012), dan S3 Kajian Budaya dan Media-Universitas Gadjah Mada (2019) dengan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN). Penulis sebagai Reviewer/Evaluator Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Auditor Mutu Internal (AMI) Perguruan Tinggi, dan pimpinan redaksi Jurnal Sosial, juga aktif menulis buku, artikel, pembicara, peneliti, pegiat literasi, wartawan, dan pengamat politik. Penulis pernah menjadi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unmer Madiun (2020), anggota senat FISIP Unmer Madiun (2020-2024), senat Unmer Madiun (2020-2024), Koordinator/PIC MBKM (2020-2024), Duta Kampus Merdeka/DKM (2022), ketua magang dosen muda Dikti di UGM (2010) Program Kementerian Pendidikan Nasional. Saat ini, menjadi koordinator komisi pertimbangan Komite Komunikasi Digital-Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun (2023-2025), wakil ketua pengurus cabang relawan TIK Kota Madiun (2023-2027), Pandu Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika, humas dan promosi IKA KATABUMI Program Studi Magister dan Doktor KBM Sekolah Pascasarjana UGM (2022-2027). Penulis juga aktif di organisasi profesi Persaudaraan Dosen Republik Indonesia (PDRI), Perkumpulan Dosen Perguruan Tinggi Nusantara (PDPTN), Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), Denpasat Institute Lembaga Riset dan Pengembangan SDM, Asia Pacific Network for Sustainable Agriculture, Food and Energy (SAFE-Network), dan International Communication Association (ICA) Indonesia Chapter. Penulis bisa dihubungi melalui email hariyani_nunik@yahoo.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Peluang, Tantangan dan Solusi Penerapan Work From Anywhere (WFA) di Era Digital

6 Januari 2025   20:03 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di era digital, konsep Work From Anywhere (WFA) semakin populer di kalangan perusahaan dan pekerja. WFA adalah sistem kerja fleksibel yang memungkinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja selama mereka memiliki akses ke internet dan perangkat kerja yang diperlukan. Tren ini telah didorong oleh kemajuan teknologi, perubahan pola pikir tentang kerja, serta dampak pandemi COVID-19 yang memaksa banyak organisasi untuk mengadopsi sistem kerja jarak jauh.

Bayangkan bisa bekerja dari pantai tropis, kafe favorit, atau bahkan dari kenyamanan rumah sendiri, sambil tetap produktif dan terhubung dengan tim Anda. Inilah era Work From Anywhere (WFA), sebuah revolusi cara kerja yang membuka peluang tanpa batas. Namun, apakah fleksibilitas ini tanpa tantangan?.

WFA menawarkan banyak peluang bagi perusahaan dan karyawan. Salah satunya adalah fleksibilitas yang dapat meningkatkan produktivitas. Dengan kebebasan untuk bekerja dari lokasi pilihan, karyawan sering kali merasa lebih seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebuah studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam lokasi kerja dapat meningkatkan produktivitas hingga 13%. Selain itu, perusahaan dapat merekrut talenta terbaik dari seluruh dunia tanpa batasan geografis, membuka akses ke tenaga kerja global yang lebih luas. Dari sisi perusahaan, WFA juga memungkinkan pengurangan biaya operasional seperti sewa kantor dan fasilitas pendukung lainnya. Startup teknologi seperti GitLab, yang sepenuhnya mengadopsi WFA, telah berhasil menghemat biaya secara signifikan. Lingkungan kerja yang beragam secara geografis juga dapat mendorong inovasi karena adanya pertukaran ide dari perspektif yang berbeda.

Namun, penerapan WFA juga menghadirkan tantangan. Salah satu kendala utama adalah komunikasi. Tim lintas lokasi sering menghadapi hambatan, terutama jika terdapat perbedaan zona waktu. Sebagai contoh, rapat tim yang melibatkan karyawan dari Asia, Eropa, dan Amerika sering kali membutuhkan kompromi waktu yang signifikan. Selain itu, keamanan data menjadi perhatian besar karena karyawan bekerja dari berbagai lokasi dengan tingkat keamanan yang bervariasi. Laporan dari McAfee menyebutkan bahwa serangan siber meningkat hingga 630% selama pandemi, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya pengamanan perangkat kerja jarak jauh. Tantangan lain adalah kesehatan mental karyawan. Isolasi sosial dan sulitnya memisahkan waktu kerja dengan waktu pribadi dapat berdampak negatif pada kesejahteraan karyawan. Di sisi lain, manajer sering kali merasa kesulitan untuk memantau dan mengevaluasi kinerja karyawan yang bekerja dari lokasi berbeda, menimbulkan keraguan terhadap efektivitas WFA.

Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan dapat mengadopsi berbagai solusi. Investasi dalam teknologi adalah langkah penting, seperti penggunaan alat kolaborasi digital seperti Slack, Microsoft Teams, dan Zoom untuk memastikan komunikasi yang lancar. Selain itu, perangkat lunak manajemen proyek seperti Asana atau Trello dapat membantu tim mengatur pekerjaan mereka. Memberikan pelatihan tentang keamanan siber dan menetapkan kebijakan yang jelas mengenai penggunaan perangkat kerja juga sangat diperlukan untuk mengurangi risiko keamanan data. Pendekatan hybrid yang menggabungkan WFA dengan kerja di kantor dapat menjadi solusi untuk menjaga fleksibilitas sekaligus meningkatkan interaksi tatap muka. Untuk mendukung kesejahteraan karyawan, perusahaan dapat menyediakan akses ke layanan konseling, pelatihan manajemen waktu, dan menciptakan ruang kerja yang nyaman.

Contoh implementasi sukses WFA dapat ditemukan pada perusahaan seperti GitLab. Sebagai perusahaan yang sepenuhnya berbasis WFA, GitLab memiliki lebih dari 1.300 karyawan yang tersebar di lebih dari 65 negara. Perusahaan ini menggunakan dokumentasi yang ekstensif untuk memastikan transparansi dan efisiensi. Twitter juga menjadi salah satu contoh sukses, dengan mengizinkan karyawan mereka untuk bekerja dari rumah secara permanen jika mereka mau. Langkah ini tidak hanya meningkatkan fleksibilitas tetapi juga memperkuat citra perusahaan sebagai organisasi modern.

Penerapan WFA di era digital adalah peluang besar bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, meningkatkan efisiensi, dan memperluas cakupan operasional mereka. Meskipun tantangan seperti komunikasi, keamanan data, dan kesejahteraan karyawan tetap ada, solusi yang tepat dapat membantu mengatasi hambatan tersebut. Dengan strategi yang baik, WFA dapat menjadi sistem kerja yang tidak hanya produktif tetapi juga berkelanjutan di masa depan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun